"OM AWIGNAMASTU NAMA SIDDHEM OM SWASTIASTU" SEMOGA SEMUA DALAM PERLINDUNGAN TUHAN, SELAMAT MEMBACA DAN SEMOGHA BERMANFAAT.jangan lupa kunjungi videobsaya di link https://youtu.be/-UJdPDAjETM

6/11/2011

Belenggu Tindakan — Kenikmatan




Krti maho dadhau patarla karanam
Phalam asasvatam gati nirodhakam
(Upadesa sara 2)
Dalam lautan kerja tanpa tepi, hasil yang tidak permanen adalah penyebab kejatuhan manusia dan hal tersebut merupakan rintangan untuk berkembang.
TUHANLAH sesungguhnya yang bertanggung jawab atas hasil perbuatan kita. Kita dapat menikmati hasil kerja karena Tuhanlah yang memberinya bukan semata-mata karena kita bekerja. Biasanya dalam hal ini kita melupakan Tuhan dan
melakukan tindakan lalu merasa bahwa kita melakukan kerja tersebut sendiri dan
mendapat hasil. Ini akan memberikan kesempatan ego kita melonjak. Kekeliruan akan ‘keakuan’ ini memunculkan keinginan yang egosentris yang juga memunculkan tindakan yang pamrih. Hasil dari tindakan tersebut adalah penderitaan dan rintangan.
Kejatuhan manusia disebabkan oleh hasil tidak permanen tindakan yang pada akhirnya merusak kemajuan dan bahkan menghalangi dia untuk mencapai tujuan. Keinginan untuk menikmati hasil dan tindakannya sendiri membuat orang bertindak. Dia menginginkan kenikmatan yang tidak pernah berakhir. Tetapi masalahnya adalah baik tindakan duniawi, religius, maupun berdasarkan kitab suci tetap mendatangkan hasil yang tidak permanen. Hasil tindakan ini tetap tidak permanen apakah itu uang, nama besar, dan bahkan surga. Seluruh tindakan terbelenggu oleh ruang dan waktu dan orang yang bekerja dalam ruang dan waktu tidak akan pernah mendapatkan kebahagiaan abadi.
Sesuatu yang abadi berada di atas ruang dan waktu. Kita sejak semula dibelenggu oleh ruang dan waktu sehingga badan kita sendiri tidak permanen. Badan kita tidak permanen karena berada dalam ruang dan waktu, lalu badan ini juga bekerja dalam ruang dan waktu sehingga hasil pekerjaan kita pun selalu tidak permanen. Manusia sebagian besar tidak beruntung karena mendapat pengalaman nikmat yang sementara yang dia peroleh dari hasil yang tidak permanen. Saat hasil tindakan berakhir maka kegembiraan juga berakhir.
Sehingga meskipun surga hasil tindakan kita, tetap hasil itu tidak permanen, karena ketika punia sebagai hasil dan tindakan itu habis, maka surga pun tidak akan ada lagi. Lalu orang ditekan untuk melakukan thndakan lagi sehingga mendapat kenikmatan/surga lagi.
Tekanan untuk melakukan tindakan lagi disebut vasana. Tekanan vasana ini menciptakan sebuah keinginan untuk mendapatkan kenikmatan. Sekali pikiran seseorang mendapat belenggu dari keinginan, dia tidak akan bisa duduk tenang.
Dia ditekan untuk melakukan kerja sehingga dia memperoleh hasil dan keinginannya. Dengan cara ini, seseorang bertindak untuk kenikmatan dan keterikatan akan hasil akan membuat orang untuk bertindak lagi dan lagi. Maka dari itu dia terjebak dalam arus tindakan/kerja — kenikmatan, tindakan — kenikmatan. Arus yang demikian dalam teks ini dibandingkan seperti lautan tanpa tepi. Lautan ini sangat berbahaya dan sulit sekali diseberangi.
Sebagian besar manusia terjebak dalam lingkaran ini sehingga tidak mampu progress secara mental atau spiritual. Pikirannya tetap terkondisikan secara total oleh keinginannya dan dia menemukan dirinya yang tidak mungkin keluar dari kebiasaan pemikiran dan tindakan yang keliru ini. Kemajuan hanya mungkin apabila seseorang mampu membuang keterikatan dan kebiasaan tersebut.
Orang yang bekerja keras akan lebih banyak gembiranya karena hasil yang dia peroleh dari kerjanya lebih banyak. Hal ini terjadi karena dia berpikir untuk memperoleh kenikmatan, dia harus menikmati sesuatu dan sesuatu itu didapat dan hasil kerja, sehingga dia terbelenggu untuk terus-menerus bekerja agar sesuatu yang membuat dia nikmat itu terus ada. Tapi apa pun hasil itu tetaplah tidak permanen, ia akan habis cepat atau lambat. Hasil tindakan tersebut tidak menyebabkan orang menjadi bahagia abadi. Lalu bagaimana agar seseorang mendapatkan kebahagiaan abadi? Inilah yang harus ditemukan oleh setiap orang. Setiap orang pada prinsipnya ingin bahagia atau gembira abadi, tetapi hanya sedikit yang dapat menemukan jalannya agar kebahagiaan abadi itu datang padanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar