"OM AWIGNAMASTU NAMA SIDDHEM OM SWASTIASTU" SEMOGA SEMUA DALAM PERLINDUNGAN TUHAN, SELAMAT MEMBACA DAN SEMOGHA BERMANFAAT.jangan lupa kunjungi videobsaya di link https://youtu.be/-UJdPDAjETM

6/11/2011

Pemimpin Berwawasan Nitisastra


Oleh : Agus Muliana

Wahai pemimpin negara, datanglah dengan cahaya, lindungilah rakyat dengan penuh kehormatan, hadirlah sebagai pemimpin yang utama, seluruh penjuru memanggil dan memohon perlindunganmu, raihlah kehormatan dan pujian dalam negara ini.
(Atharva Veda: 3.4.1)

Pemimpin adalah tokoh yang sangat dibutuhkan dalam sebuah kelompok. Demikian pula halnya dengan seorang kepala daerah di suatu kabupaten/kota, peran pemimpin sangat dibutuhkan. Kemajuan suatu daerah sangat ditentukan oleh pemimpin tersebut. Pemimpin yang berwawasan luas, kreatif, inovatif, dan berbagai sifat-sifat utama lain dapat menjadikan suatu daerah berkembang lebih baik daripada daerah yang lain. Sebaliknya pemimpin yang korup, egois, berwawasan sempit akan mengantarkan suatu daerah ke dalam keterpurukan. Hal ini dapat dilihat dalam kepemimpinan Destarata yang membawa Hastina Pura ke dalam perpecahan dan kehancuran dalam cerita Mahabharata.

Dewasa ini pun kepemimpinan seperti Destarata ini masih terjadi. Pemimpin daerah sibuk dalam upaya untuk memperkaya diri dan keluarganya. Kebijakan-kebijakan yang dibuat hanya menguntungkan sekelompok orang saja. Hukum diterapkan dengan berat sebelah. Orang-orang suci dan pemuka agama tidak dihormati. Kesejahteraan dan kemakmuran rakyat pun diabaikannya demi kepentingan pribadinya. Pemimpin telah dibutakan oleh ambisi-ambisi pribadinya.

Hal ini juga terjadi di Bali. Sejak jaman kerajaan sampai sekarang ini fenomena pemimpin seperti ini masih saja terjadi. Bertambah majunya ilmu pengetahuan dan pendidikan ternyata tidak memberikan dampak positif bagi moral para pemimpin.

Untuk itu Pustaka Niti Sastra sebagai pedoman bagi para pemimpin hendaknya dapat diamalkan. Dijelaskan, bahwa ada enam sifat utama yang harus dimiliki seorang pemimpin. Ada pun kriteria kepemimpinan menurut Pustaka Niti Sastra yaitu:

1.    Abhikamika
Pemimpin harus tampil simpatik, berorientasi ke bawah dan mengutamakan kepentingan rakyat banyak daripada kepentingan pribadi atau golongannya. Pemimpin yang mengutamakan kepentingan rakyat daripada kepentingan pribadi dalam kepemimpinannya sangat sulit kita temukan. Pemimpin cenderung memperkaya diri. Adalah hal yang aneh apabila seorang pemimpin dapat mempunyai kekayaaan bermiliar-miliar banyaknya padahal gajinya hanya beberapa puluh juta. Mahalnya biaya kampanye juga turut andil mendorong tindak korupsi dari para pemimpin. Berkampanye di tengah masyarakat yang semakin apatis dengan Pilkada memang tidak mudah. Diperlukan uang dalam jumlah yang besar untuk menarik simpati warga karena memang kecenderungan orang dewasa ini adalah materialistis.

2.    Prajna
Pemimpin, harus bersikap arif dan bijaksana dan menguasai ilmu pengetahuan teknologi, agama serta dapat dijadikan panutan bagi rakyatnya. Kebijaksanaan seorang pemimpin akan menuntun seorang pemimpin untuk membuat berbagai kebijakan yang pro rakyat. Pemimpin yang bijak juga tentunya akan mencari solusi-solusi terbaik ketika daerahnya menghadapi masalah. Pemimpin yang tidak bijaksana akan cenderung membuat kebijakan-kebijakan yang aneh dan di luar ajaran agama.

Pemimpin juga hendaknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Tentunya kita tidak ingin daerah kita dipimpin oleh pemimpin-pemimpin yang bodoh. Pemimpin yang bodoh tentu akan berdampak buruk bagi kemajuan suatu daerah. Pemimpin hendaknya seorang yang cerdas yang menguasai ilmu politik, hukum, budaya, dan berbagai cabang ilmu lain sehingga mampu memberikan kebijakan-kebijakan yang inovatif dalam pemerintahannya. Penguasaan dan pengguanaan teknologi tentu juga tidak kalah pentingnya. Penggunaan teknologi akan mampu membuat seorang pemimpin bekeija lebih efektif dan efisien dalam kepemimpinannya.

Penguasaan terhadap ajaran agama juga sangat penting bagi seorang pemimpin. Kenderungan umum dari pemimpin di Bali adalah sangat aktif menunjukkan dirinya seorang yang religius ketika pilkada tetapi mengabaikan kehidupan beragama ketika menjabat. Ketika Pilkada banyak pemimpin yang rnendatangi berbagai pura untuk memohon kesuksesan dalam Pilkada. Para kandidat pemimpin itu ikut berdana punia dalam jumlah yang besar. Pemangku-pemangkunya juga diberikan bantuan lain. Namun hal itu hanya bersifat sementara. Ketika menjabat mereka ini malah mengabaikan pura dan tempat-tempat suci. Banyak areal suci yang dijual ke investor untuk mengejar Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kebersihan pura-pura juga terabaikan. Kesejahteraan para pemangku dan suliggih pun tidak diperhatikan lagi.

3.    Utsaha
Pemimpin harus proaktif, berinisiatif, kreatif dan inovatif (pelopor pembaharuan) serta rela mengabdi tanpa pamrih untuk kesejahteraan rakyat. Pemimpin seperti ini akan membuat kemajuan daerah sangat pesat. Gagasan yang kreatif dan inovatif yang disertai dengan peran aktif pemimpin akan membuat gagasan tersebut berhasil dijalankan sehingga kesejahteraan rakyat dapat ditingkatkan. Hal ini misalnya dengan mengolah lahan kering dan tandus menjadi obyek wisata. Selama ini pemimpin Bali cenderung kurang kreatif. Pemimpin Bali terlalu terpaku pada pariwisata. Dampaknya tentu sangat besar ketika industri pariwisata jatuh. Perekonomian menjadi terpuruk karena Bali terlalu tegantung kepada pariwisata dan tidak ada altenatif lain. Semestinya pemimpin Bali mencari alternatif baru sehingga ketika pariwisata terpuruk perekonomian juga tidak terpengaruh.

4.    Atma Sampad
Pemimpin mempunyai kepribadian, berintegritas tinggi, moral yang luhur serta obyektif dan mempunyai wawasan yang jauh ke masa depan demi kemajuan bangsanya. Integritas yang tinggi mungkin sangat jarang kita lihat sekarang ini. Kebanyakan para pemimpin hanya mengumbar janji-janji yang tidak pernah ditepati. Kesatuan akan ucapan dengan tindakan sesungguhnya sangat penting bagi rakyat. Kekecewaan rakyat terhadap janji-janji bisa jadi merupakan bumerang bagi seorang pemimpin. Dapat saja rakyat melakukan mosi tidak percaya dan menjatuhkan pemerintahan seperti halnya yang terjadi pada Presiden Soeharto. Bagaimanapun juga kepemimpinan adalah amanat dari rakyat.

Moral yang baik juga sangat penting bagi seorang pemimpin. Bagaimanapun pemimpin adalah panutan rakyat dalam bertingkah laku. Tingkah laku yang kurang baik tentu sangat tidak diharapkan. Seberat apa pun masalah yang dihadapi seorang pemimpin hendaknya dihadapi dengan cara-cara yang bermartabat bukan dengan aksi-aksi premanisme yang memaksakan kehendak dan main hakim sendiri.

5.    Sakya Samanta
Pemimpin sebagai fungsi kontrol mampu mengawasi bawahan dan berani menindak secara adil bagi yang bersalah tanpa pilih kasih/tegas. Kontrol terhadap kinerja bawahan juga sangat penting. Bagaimanapun juga pelaksana dari program-program pemimpin adalah para bawahannya sehingga perlu dilakukan kontrol terhadap kinerjanya. Perhargaan terhadap mereka yang berprestasi dan hukuman bagi mereka yang berkinerja buruk perlu dilakukan. Sudah saatnya mereka yang berkinerja baik mendapat kedudukan yang baik pula. Selama ini kedudukan dan jabatan tertentu cenderung diberikan kepada kerabat dekat saja sedangkan mereka yang berprestasi terpinggirkan.

6.    Aksudra Pari Sakta
Pemimpin harus akomodatif, mampu memadukan perbedaan dengan permusyawaratan dan pandai berdiplomasi, menyerap aspirasi bawahan dan rakyatnya. Kemampuan dalam menjadi penengah di tengah perbedaan di antara rakyat juga penting bagi seorang pemimpin. Pemimpin hendaknya bersikap netral terbadap perbedaan pendapat di antara rakyat. Adalah sangat utama apabila pemimpin dapat memberikan solusi apabila terjadi perbedaan tersebut.

Menyerap aspirasi rakyat juga hendaknya rutin dilakukan pemimpin. Hal ini dapat dilakukan dengan sebulan sekali melakukan kunjungan ke masyarakat untuk menyerap aspirasinya. Aspirasi ini hendaknya ditindaklanjuti sehingga kegiatan pemerintah sesuai dengan harapan dari rakyatnya.

Demikian beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi seorang pemimpin dalam menjalankan pemerintahannya berdasarkan ajaran Niti Sastra. Pengamalan kepemimpinan yang berwawasan Niti Sastra ini akan menyebabkan pemerintahan berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan-tujuan kepemimpinan yang diharapkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar