"OM AWIGNAMASTU NAMA SIDDHEM OM SWASTIASTU" SEMOGA SEMUA DALAM PERLINDUNGAN TUHAN, SELAMAT MEMBACA DAN SEMOGHA BERMANFAAT.jangan lupa kunjungi videobsaya di link https://youtu.be/-UJdPDAjETM

6/18/2011

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Judul Penelitian
Judul penelitian ini adalah “Penerapan model pembelajaran konstruktivisme
untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai energi gerak di kelas III SD Negeri
1 Cilengkranggirang Kecamatan Pasaleman Kabupaten Cirebon”.
B. Bidang Kajian
Bidang kajian dalam penelitian ini yaitu strategi dan desain pembelajaran,
dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme untuk meningkatkan
pemahaman siswa mengenai energi gerak di kelas III SD Negeri 1 Cilengkranggirang
Kecamatan Pasaleman Kabupaten Cirebon.
C. Pendahuluan
Pendidikan adalah proses memproduksi sistem nilai dan budaya kearah yang
lebih baik, antara lain dalam pembentukan kepribadian, keterampilan dan
perkembangan intelektual siswa. Dalam lembaga formal proses reproduksi sistem
nilai dan budaya ini dilakukan terutama dengan mediasi proses belajar mengajar
sejumlah mata pelajaran di kelas. Salah satu mata pelajaran yang turut berperan
penting dalam pendidikan wawasan, keterampilan dan sikap ilmiah sejak dini bagi
anak adalah mata pelajaran IPA.
2
Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan yang rasional dan objektif
tentang alam semesta dengan segala isinya. IPA membahas tentang gejala-gejala
alam yang disusun secara sistematis olah manusia yang didasarkan pada hasil
percobaan dan pengamatan yang dilakukan manusia. Pembelajaran IPA berupaya
membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan
pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh rahasia yang tak habis-habisnya.
Khusus untuk IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa
ingin tahu siswa secara alamiah.
Menurut pandangan konstruktivisme keberhasilan belajar bukan hanya
bergantung lingkungan atau kondisi belajar melainkan juga pada pengetahuan awal
siswa. Pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke
siswa, namun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata, hal
ini sesuai dengan apa yang dilakukan oleh Piaget yaitu belajar merupakan proses
adaptasi terhadap lingkungan yang melibatkan asimilasi, yaitu proses bergabungnya
stimulus kedalam struktur kognitif. Bila stimulus baru tersebut masuk kedalam
struktur kognitif diasimilasikan, maka akan terjadi proses adaptasi yang disebut
kesinambungan dan struktur kognitif menjadi bertambah.
Dengan demikian jelas bahwa tahap berfikir anak usia SD harus dikaitkan
dengan hal-hal nyata dan pengetahuan awal siswa yang telah dibangun mereka
dengan sendirinya.
Pada saat pembelajaran IPA di kelas III SDN 1Cilengkranggirang Kecamatan
Pasaleman Kabupaten Cirebon, mengenai bentuk-bentuk energi dan perubahannya
yang diantaranya bentuk energi gerak, guru diawal pembelajaran tidak melakukan
3
apersepsi, guru langsung menulis materi di papan tulis, kemudian siswa disuruh
mancatat materi tersebut, setelah siswa mencatat guru langsung menjelaskan materi,
ketika guru menjelaskan banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru,
mereka bergurau, ngobrol dengan teman-temannya. Bahkan ada siswa yang menaikan
kakinya ke atas meja. Melihat kondisi kelas seperti itu guru langsung memberikan
pertanyaan kepada siswa seputar materi, namun mereka terdiam dan tidak paham.
Dalam proses pembelajaran guru juga tidak melakukan percobaan mengenai energi
gerak, pembelajaran yang dilakukan guru tidak berpusat pada siswa.
Pada saat guru melakukan evaluasi sebagian siswa tidak dapat menjawab soal
evaluasi sehingga hasil evaluasi siswa pun tidak sesuai dengan apa yang diharapkan,
yaitu nilainya dibawah KKM. Adapun nilai yang diperoleh siswa pada pembelajaran
tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 1
Daftar Nilai Siswa Kelas III
Mata Pelajaran IPA Mengenai Energi Gerak
No. Nama Murid Nilai Ket
1 CAHRONI 4 Tidak Lulus
2 HENDRI 2 Tidak Lulus
3 ISKANDAR 2 Tidak Lulus
4 ANGGA AUNUL KHOLIQ 9 Lulus
5 BAYU ANDIKA 6 Lulus
6 CANDRA LESMANA 3 Tidak Lulus
7 DHEA NURHASANAH 2 Tidak Lulus
8 INDRA LESMANA 6 Lulus
9 LEMBAYUNG 4 Tidak Lulus
10 LESTA LESTARI 5 Tidak Lulus
4
11 LILI MELIYANI 5 Tidak Lulus
12 MELINDA 4 Tidak Lulus
13 M. AGNAN 8 Lulus
14 MOMON 8 Lulus
15 PUJI TRISNA NINGRUM 4 Tidak Lulus
16 RIVALDI 4 Tidak Lulus
17 RIZKI SHOLEH 8 Lulus
18 SRI INDAH LESTARI 5 Tidak Lulus
19 DADAN 5 Tidak Lulus
20 HENI SUSANTI 6 Lulus
21 IDA JUBAEDAH 5 Tidak Lulus
22 INDRAWAN 7 Lulus
23 MEGA 7 Lulus
24 TATI CAHYATI 8 Lulus
25 NUNUNG 5 Tidak Lulus
JUMLAH 132
RATA-RATA 5,28
Dari data nilai siswa diatas, dengan jumlah siswa 25, hanya 10 siswa yang
mendapatkan nilai di atas 6 atau sekitar 40 %. Siswa yang mendapatkan nilai di
bawah 6 sebanyak 15 atau sekitar 60 %. Dengan demikian tujuan pembelajaran tidak
sesuai dengan apa yang diharapkan.
Dari analisis masalah yang ada, ditemukanlah beberapa penyebab masalah,
antara lain : pada awal pembelajaran guru tidak melakukan apersepsi, guru kurang
membangkitkan motivasi terhadap pembelajaran, siswa tidak memperhatikan
penjelasan guru, dalam menyampaikan materi kurang menarik sehingga pembelajaran
terasa membosankan dan dalam pembelajaran juga guru tidak melakukan percobaan
mengenai energi gerak.
5
Pembelajaran yang terjadi di atas mengakibatkan siswa tidak paham tentang
energi gerak dan siswa tidak berani mengungkapkan pendapatnya. Masih sering
terjadi, dalam pembelajaran IPA guru mengharapkan siswa diam dengan sikap duduk
tegak dan menghadap ke depan, sementara guru dengan fasih menceramahkan materi
IPA. Pembelajaran demikian jelas bertentangan dengan hakikat anak dan pendidikan
IPA itu sendiri. Pembelajaran IPA yang efektif dicirikan antara lain oleh tingginya
kemampuan pembelajaran tersebut dalam menyajikan hakekat pendidikan IPA di SD
yakni sebagai proses, produk dan sikap.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, peneliti mencoba menerapkan model
pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran IPA. Karena pembelajaran yang
mengacu pada pandangan konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan
siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka, dengan kata lain siswa lebih
berpengalaman untuk mengkonstruksikan sendiri pengetahuan mereka melalui
asimilasi dan akomodasi.
Latar belakang di atas mendorong penulis untuk megambil fokus penelitian
dengan judul “Penerapan model pembelajaran konstruktivisme untuk meningkatkan
pemahaman siswa mengenai energi gerak di kelas III SD Negeri 1 Cilengkranggirang
Kecamatan Pasaleman Kabupaten Cirebon”.
6
D. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka rumusan
masalah penelitian tindakan kelas yaitu :
a. Bagaimana gambaran penerapan model pembelajaran konstruktivisme
untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai energi gerak di kelas
III SD Negeri 1 Cilengkranggirang Kecamatan Pasaleman Kabupaten
Cirebon?
b. Bagaimana peningkatan kemempuan siswa dalam memahami energi
gerak di kelas III SD Negeri 1 Cilengkranggirang Kecamatan
Pasaleman Kabupaten Cirebon?
Untuk lebih spesifiknya, maka kedua rumusan masalah tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut :
a. Bagaimana gambaran penerapan model pembelajaran konstruktivisme untuk
meningkatkan pemahaman siswa mengenai energi gerak di kelas III SD
Negeri 1 Cilengkranggirang Kecamatan Pasaleman Kabupaten Cirebon?
1) Bagaimana perencanaan penerapan model pembelajaran
konstruktivisme untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai
energi gerak di kelas III SD Negeri 1 Cilengkranggirang Kecamatan
Pasaleman Kabupaten Cirebon?
2) Bagaimana pelaksanaan penerapan model pembelajaran
konstruktivisme untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai
7
energi gerak di kelas III SD Negeri 1 Cilengkranggirang Kecamatan
Pasaleman Kabupaten Cirebon?
3) Bagaimana evaluasi penerapan model pembelajaran konstruktivisme
untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai energi gerak di kelas
III SD Negeri 1 Cilengkranggirang Kecamatan Pasaleman Kabupaten
Cirebon?
b. Bagaimana peningkatan kemampuan siswa dalam memahami energi gerak
di kelas III SD Negeri 1 Cilengkranggirang Kecamatan Pasaleman
Kabupaten Cirebon?
1) Apakah model pembelajaran konstruktivisme dapat membantu siswa
dalam meningkatkan pemahaman energi gerak?
2) Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat dalam
memahami energi gerak dengan menggunakan pendekatan
konstruktivisme?
3) Bagaimana peningkatan kemampuan siswa dalam memahami energi
gerak setelah model pembelajaran konstruktivisme diterapkan?
2. Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi masalah di atas, peneliti mencoba menerapkan model
pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran IPA, karena model ini merupakan
salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam
proses belajar diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik kognitif tersebut
terjadi saat interaksi antara konsepsi awal yang telah dimiliki siswa dengan fenomena
8
baru yang dapat diintegrasikan begitu saja, sehingga diperlukan perubahan/modifikasi
struktur kognitif untuk mencapai kesimbangan.
Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan
dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain dan informasi itu
manjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar ini pembelajaran harus dikemas menjadi
proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan.
Proses pembelajaran IPA lebih menekankan pada pembentukan keterampilan
memperoleh pengetahuan yaitu daya fikir dan daya kreasi. Sementara daya pikir
kreasi sebagai indikator dari perkembangan kognitif itu sendiri bukan merupakan
akumulasi kepentingan perubahan perilaku terpisah melainkan merupakan
pembentukan oleh anak, suatu kerangka teori belajar terhadap usaha seseorang dalam
mengkonstruksi pengetahuannya.
Model pembelajaran konstruktivisme meliputi empat tahapan yaitu :
a. Tahapan pertama adalah apersepsi, pada tahap ini dilakukan kegiatan
menghubungkan konsepsi awal, mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan
dari materi sebelumnya yang merupakan konsep prasyarat. Misalnya :
mengapa baling-baling dapat berputar?
b. Tahap kedua adalah eksplorasi, pada tahap ini siswa mengungkapkan
dugaan sementara terhadap konsep yang mau dipalajari. Kemudian siswa
menggali menyelidiki dan menemukan sendiri konsep sebagai jawaban dari
dugaan sementara yang dikemukakan pada tahap sebelumnya, melalui
manipulasi benda langsung.
9
c. Tahap ketiga, diskusi dan penjelasan konsep, pada tahap ini siswa
mengkomunikasikan hasil penyelidikan dan tamuannya, pada tahap ini pula
guru menjadi fasilitator dalam menampung dan membantu siswa membuat
kesepakatan kelas, yaitu setuju atau tidak dengan pendapat kelompok lain
serta memotifasi siswa mengungkapkan alasan dari kesepakatan tersebut
melalui kegiatan tanya jawab.
d. Tahap keempat, pengembangan dan aplikasi, pada tahap ini guru
memberikan penekanan terhadap konsep-konsep esensial, kamudian siswa
membuat kesimpulan melalui bimbingan guru dan menerapkan pemahaman
konseptual yang telah diperoleh melalui pembelajaran saat itu melalui
pengerjaan tugas.
Dengan diterapkannya pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran
IPA, diharapkan dapat membantu siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan lebih
memahami penjelasan guru sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian tindakan kelas yang terdapat dalam
perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui gambaran penerapan model pembelajaran
konstruktivisme untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai energi
gerak di kelas III SD Negeri 1 Cilengkranggirang.
2. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan siswa dalam
memahami energi gerak di kelas III SD Negeri 1 Cilengkranggirang.
10
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi siswa, untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai
energi gerak.
2. Manfaat bagi guru, untuk mengembangkan potensi guru dalam
pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran
konstruktivisme.
3. Manfaat bagi sekolah, untuk meningkatkan kualitas pendidikan dasar.
G. Batasan Istilah
1. Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha (Nuryantini, 2004 : 9).
2. Energi gerak adalah energi yang dimiliki oleh benda yang sedang bergerak
(Nuryantini, 2004 : 88).
3. Turbin adalah jenis kincir angin yang digunakan untuk menghasilkan listrik
(Nuryantini, 2004 : 104)
4. Penerapan adalah Pengenaan perihal mempraktikan (Kamus Besar Bahasa
Indonesia halaman 935).
5. Pemahaman adalah proses, perbuatan atau cara memahami atau
memahamkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia halaman 636).
6. Model konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses
pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar diawali dengan
terjadinya konflik kognitif (Karli, 2004 : 2).
H. Kajian Pustaka
11
1. Hakikat Pembelajaran IPA di SD
a. Pembelajaran IPA
b. IPA di Sekolah Dasar .
2. Teori-teori Belajar
a. Teori Piaget dalam pembelajaran IPA
b. Teori Bruner dalam pembelajaran IPA
c. Teori Gagne dalam pembelajaran IPA.
3. Model Pembelajaran
a. Pengertian model pembelajaran konstruktivisme
b. Konstruktivisme dalam pembelajaran
c. Keuntungan dan kelemahan dalam menggunakan model
konstruktivisme.
4. Pembelajaran tentang energi gerak
a. Pengertian Model Pembelajaran Konstruktivisme.
Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang
proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan
pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik kognitif ini hanya
dapat diatasi melalui pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui
pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya.
Konflik kognitif tersebut terjadi saat interaksi antara konsepsi awal yang telah
dimiliki siswa dengan fenomena baru yang dapat diintegrasikan begitu saja, sehingga
diperlukan perubahan/modifikasi struktur kognitif untuk mencapai keseimbangan,
12
peristiwa ini akan terjadi secara berkelanjutan, selama siswa menerima pengetahuan
baru.
Perolehan pengetahuan siswa diawali dengan diadopsinya hal baru sebagai
hasil interaksi dengan lingkungannya, kemudian hal baru tersebut dibandingkan
dengan konsepsi awal yang telah dimiliki sebelumnya. Jika hal baru tersebut tidak
sesuai dengan konsepsi awal siswa, maka akan terjadi konflik kognitif yang
mengakibatkan adanya ketidakseimbangan dalam struktur kognisinya. Pada kondisi
ini diperlukan alternatif strategi lain untuk mengatasinya.
Berdasarkan pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa model
konstruktivisme dalam pembelajaran adalah suatu proses belajar mengajar dimana
siswa sendiri aktif secara mental, membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh
struktur kognitif yang dimilikinya. Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan
mediator pembelajaran. Penekanan tentang belajar dan mengajar lebih berfokus
terhadap suksesnya siswa mengorganisasi pengalaman mereka.
b. Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif, dimana siswa membangun
sendiri pengetahuannya. Siswa mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari, ini
merupakan proses menyesuaikan konsep-konsep dan ide-ide baru dengan kerangka
berfikir yang telah ada dalam pikiran mereka. Dalam hal ini siswa membentuk
pengetahuan mereka sendiri dan guru membantu sebagai mediator dalam proses
pembentukan itu.
Proses perolehan pengetahuan akan terjadi apabila guru dapat menciptakan
kondisi pembelajaran yang ideal yang dimaksud disini adalah suatu proses belajar
13
mengajar yang sesuai dengan karakteristik IPA dan memperhatikan perspektif siswa
sekolah dasar. Pembelajaran yang dimaksud diatas adalah pembelajaran yang
mengutamakan keaktifan siswa, menerangkan pada kemampuan minds-on dan handson
serta terjadi interaksi dan mengakui adanya konsepsi awal yang dimiliki siswa
melalui pengalaman sebelumnya.
Dalam pelaksanaan teori belajar konstruktivisme ada beberapa saran yang
berkaitan dengan rancangan pembelajaran yaitu sebagai berikut :
1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan
pendapatnya dengan bahasa sendiri.
2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang
pengalamannya sehingga lebih kreatif dan imajinatif.
3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru.
4) Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang
telah dimiliki siswa.
5) Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka.
6) Menciptakan lingkungan yang kondusif.
Dari berbagai pandangan di atas, bahwa pembelajaran yang mengacu pada
pandangan konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam
mengorganisasikan pengalaman mereka dengan kata lain siswa lebih berpengalaman
untuk mengonstruksikan sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan
akomodasi.
c. Keuntungan dan kelemahan dalam menggunakan model
konstruktivisme
Dalam penggunaan model konstruktivisme terdapat keuntungan yaitu :
14
1) Dapat memberikan kemudahan kepada siswa dalam mempelajari
konsep IPA.
2) Melatih siswa berfikir kritis dan kreatif.
Adapun kelemahan pembelajaran konstruktivisme adalah :
1) Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa
hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para
ilmuan sehingga menyebabkan miskonsepsi.
2) Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun
pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang
lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbedabeda.
3) Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua
sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan
dan kreatifitas siswa.
4. Pembelajaran tentang Energi Gerak
Setiap benda yang melakukan kegiatan atau usaha memerlukan energi. Energi
adalah kemampuan untuk melakukan usaha. Bentuk-bentuk energi antara lain energi
gerak, panas, energi cahaya, energi listrik, energi bunyi, dan energi kimia.
Energi gerak adalah energi yang dimiliki oleh benda yang sedang bergerak,
energi gerak dimiliki oleh air dan angin.
I. Hipotesis Tindakan
Dari hasil analisis tindakan, penulis membuat hopotesis bahwa, jika guru
menggunakan model pembelajaran konstruktivisme dengan siswa melakukan
15
percobaan mengenai energi gerak dan siswa berperan aktif dalam pembelajaran maka
pemahaman siswa tentang energi gerak akan meningkat.
J. Rencana Prosedur Penelitian
1. Rencana Penelitian
a. Tempat Penelitian
Lokasi tempat penulis melaksanakan penelitian adalah SD Negeri 1
Cilengkranggirang, dengan alamat jalan Pembangunan, Desa Cilengkranggirang
Kecamatan Pasaleman Kabupaten Cirebon. Lokasi ini dipilih sebagai tempat
penelitian karena letaknya strategis yaitu dekat dengan rumah penduduk dan dekat
pesawahan, sebagai tempat peneliti sehingga jika harus dilakukan penelitian
mendadak, peneliti dapat langsung mengadakan observasi tanpa harus pergi ke
tempat yang lebih jauh yang memerlukan waktu lebih banyak.
b. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri 1
Cilengkranggirang Tahun Pelajaran 2007/2008 yang berjumlah 25 orang, terdiri dari
13 siswa laki-laki dan 12 siswa perenpuan. Latar belakang ekonomi orang tua adalah
menengah ke bawah. Pendidikan orang tua siswa 65 % SD. Mata Pencahariannya 90
% sebagai wiraswasta dan sisanya sebagai buruh dan pegawai. Alasan peneliti
memilih sampel kelas III yaitu karena peneliti mengajar di kelas III sehingga peneliti
mengetahui karakteristik siswa dan dapat mengetahui peningkatan hasil belajar siswa
setelah pembelajaran dengan model konstruktivisme diterapkan dalam pembelajaran
IPA.
16
c. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini diperkirakan akan dilaksanakan dalam waktu 6
bulan mulai bulan Juli sampai Desember 2008.
2. Prosedur Penilaian
Prosedur yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini berbentuk
siklus yang akan berlangsung lebih dari satu siklus bergantung dari tingkat
keberhasilan dari target yang akan dicapai, dimana setiap siklus bisa terdiri dari satu
atau lebih pertemuan. Adapun prosedur penelitian yang dipilih yaitu dengan
menggunakan model spiral dari Kemmis dan Mc Taggart (1998). Siklus model
Kemmis dan Mc Taggart ini dilakukan secara berulang dan berkelanjutan, seperti
siklus di bawah ini :
Gambar 1
Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis & Mc Taggart
(Suharsimi Arikunto, 2006 : 97)
17
Langkah-langkah pada modul siklus Kemmis dan Taggart di atas yaitu sebagai
berikut :
a. Perencanaan tindakan
b. Pelaksanaan tindakan
c. Observasi
d. refleksi.
a. Perencanaan tindakan
Tahap ini mencakup semua perencanaan tindakan seperti pembuatan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang dialami, menyiapkan metode alat dan sumber
pembelajaran serta merencanakan pula langkah-langkah dan tindakan apa yang akan
dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Dalam tahap ini penulis menetapkan seluruh rencana tindakan yang akan
dilakukan untuk memperbaiki praktek pembelajaran mengenai energi gerak, yaitu
dengan menerapkan pembelajaran konstruktivisme, adapun langkah-langkah
perencanaannya yaitu :
1) Meminta izin kepada kepala sekolah dan guru SD kelas III.
2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.
3) Merumuskan langkah-langkah dan tindakan yang akan dilakukan untuk
menguji hipotesis.
4) Memilih prosedur evaluasi penelitian.
5) Melaksanakan tindakan.
b. Pelaksanaan Tindakan
18
Dalam tahap ini langkah-langkah pembelajaran dan tindakan mengacu pada
perencanaan yang telah dibuat yaitu :
Tahap Awal Pembelajaran
1) Guru mengucapkan salam.
2) Guru mengkondisikan siswa kearah pembelajaran.
3) Guru mengecek kehadiran siswa.
4) Guru melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan : “Pernahkah kalian
pergi ke sungai?”, “Apakah bergerak/mengalir air sungai itu?”.
Tahap Inti Pembelajaran
1) Siswa dibagi kedalam 5 kelompok (tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang).
2) Seminggu sebelum dilaksanakan pembelajaran tiap kelompok ditugaskan untuk
membawa alat dan bahan untuk membuat kincir angin sederhana.
3) Guru mengkondisikan siswa supaya duduk berkelompok.
4) Siswa menyimak panjelasan guru tentang tugas yang harus diselesaikan dalam
kelompoknya.
5) Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok.
6) Masing-masing kelompok melakukan percobaan untuk membuktikan bahwa air
dapat bergerak yaitu dengan membuat kincir air sederhana.
7) Siswa berdiskusi untuk menyelesaikan tugas yang terdapat dalam LKS.
8) Siswa bersama guru membahas LKS yang telah didiskusikan dalam kelompok.
9) Siswa bersama guru menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan seharihari
mengenai manfaat energi gerak.
10) Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan apa yang telah dipelajari bersama.
19
11) Guru melakukan evaluasi.
Tahap Akhir Pembelajaran
1) Guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
2) Melakukan tindak lanjut.
c. Observasi
Pada tahap ini terdiri dari pengumpulan data serta mencatat setiap aktivitas
siswa dan kinerja guru pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung. Observer
bertugas mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran
berlangsung dengan mengacu pada lembar observasi.
Observasi ini dilakukan oleh peneliti yaitu dengan mengamati aktivitas siswa
dan kinerja guru dalam pembelajaran IPA mengenai energi gerak dari awal
pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
apakah aktivitas siswa dan kinerja guru sudah sesuai dengan apa yang tercantum
dalam lembar observasi atau tidak. Sehingga hasil observasi dapat diperbaiki pada
siklus berikutnya.
d. Refleksi
Refleksi merupakan pengkajian hasil data yang telah diperoleh saat observasi
oleh peneliti, praktikan dan pembimbing. Refleksi berguna untuk memberikan makna
terhadap proses dan hasil (perubahan) yang telah dilakukan. Hasil refleksi yang ada
dijadikan bahan pertimbangan untuk membuat perencanaan tindakan dalam siklus
selanjutnya yang berkelanjutan sampai pembelajaran dinyatakan berhasil.
Peneliti akan melakukan refleksi diakhir pembelajaran dengan merenungkan
kembali secara intensif kejadian atau peristiwa yang menyebabkan sesuatu yang
20
diharapkan atau tidak diharapkan. Refleksi merupakan bagian yang sangat penting
untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil pembelajaran
yang terjadi yang dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Mengecek kelengkapan data pengumpulan data yang terjaring selama proses
tindakan.
2) Mendiskusikan dan pengumpulan data antara guru, peneliti dan kepala
sekolah (pembimbing) berupa hasil nilai siswa, hasil pengamatan, catatan
lapangan, dan lain-lain.
3) Penyusunan rencana tindakan berikutnya yang dirumuskan dalam skenario
pembelajaran dengan berdasar pada analisa data dari proses dalam tindakan
sebelumnya untuk memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan
pada siklus I untuk menyusun tindakan yang akan dilakukan pada siklus II.
3. Instrumen Penelitian
a. Pedoman Observasi
Pedoman observasi yang dilakukan peneliti, untuk mengamati seluruh
kegiatan yang berlangsung baik dari kinerja guru maupun aktivitas siswa, mulai dari
awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran IPA mengenai energi gerak. Tujuan
tindakan observasi adalah untuk memperoleh data perilaku siswa sehingga didapatkan
hasil perubahan perilaku siswa dalam memperbaiki pembelajaran (format observasi
terlampir).
b. Pedoman Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi dari terwawancara. Yang diwawancarai oleh peneliti adalah
21
guru dan siswa. Pedoman wawancara ini bisa mengenai pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Tujuan diadakannya wawancara adalah untuk memperoleh data verbal
atau konfirmasi dari siswa dan guru mengenai penyebab kesulitan siswa dalam
memahami energi gerak di kelas III SD Negeri 1 Cilengkranggirang (format
wawancara terlampir).
c. Tes
Tes adalah serentatan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk
mengukur kemampuan siswa. Tes yang digunakan peneliti untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam memahami energi gerak. Tes yang dilakukan dalam
penelitian ini ada dua yaitu tes tertulis dan tes unjuk kerja. Tes tertulis bertujuan
untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa mengenai gerak berupa soal-soal
yang harus dijawab. Tes yang kedua yaitu tes unjuk kerja yang bertujuan untuk
mengatahui kemampuan siswa dalam memahami energi gerak yaitu berupa pedoman
penilaian unjuk kerja.
4. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan tes
yang dilakukan terhadap siswa kelas III SD Negeri 1 Cilengkranggirang Kecamatan
Pasaleman Kabupaten Cirebon berkaitan dengan pemahaman siswa mengenai energi
gerak.
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri 1
Cilengkranggirang dan guru sebagai mitra peneliti serta seluruh komponen sekolah.
22
5. Validasi Data
Validasi data yang dipilih peneliti dalam penelitian ini merujuk pada pendapat
Hopkins (dalam Wiraatmadja, 2005 : 168-171), yaitu :
a. Member chek, memeriksa kembali keterangan-keterangan atau
informasi yang diperoleh selama observasi atau wawancara dilakukan
dengan cara mengkonfirmasi dengan guru dan siswa melalui diskusi
pada akhir pembelajaran.
b. Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperoleh peneliti
dengan membandingkan terhadap hasil yang diperoleh mitra peneliti
secara kolaboratif.
c. Audit Trail, yaitu mengecek kebenaran prosedur dan metode
pengumpulan data dengan cara mendiskusikan dengan pembimbing.
d. Expert Opinion, pengecekan terakhir terhadap kesahihan temuan
peneliti kepada pakar profesional, dalam hal ini penulis
mengkonfirmasikan temuan kepada pembimbing atau dosen.
Berdasarkan validasi diatas, maka validasi data yang akan digunakan oleh
peneliti yaitu member chek dan triangulasi. Untuk validasi member chek, setelah
wawancara dengan guru dan siswa serta observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas
siswa dalam pembelajaran IPA. Peneliti memeriksa hasil wawancara dan obsevasi,
apakah sudah tercatat sesuai yang terjadi atau ada yang belum tercatat.
Dalam melakukan triangulasi, setelah observasi dan wawancara terhadap
kinerja guru dan aktivitas siswa peneliti akan membandingkan serta mendiskusikan
hasil observasi tersebut dengan guru kelas III pada saat pembelajaran IPA.
23
K. Jadwal Penelitian
No. Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Januari
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Penyusunan Proposal X X X
2 Seminar Proposal X X
3 Perbaikan Proposal X X X
4 Pelaksanaan Siklus I X X
5 Pelaksanaan Siklus II X X
6 Pelaksanaan Siklus III X X
7 Pengolahan Data X X X
8 Penyusunan Skripsi X X X X X X
9 Perbaikan Skripsi X X X X
10 Pengesahan Skripsi X X X
11 Sidang Skripsi X X X
24
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta.
Iskandar, M., Srini. 1997. Pendidikan IPA di SD. Jakarta : Depdikbud.
Karli, H., Sri Yuliariatiningsih M. 2004. Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Bandung : Bina Media Informasi.
Kartini. 2007. Model-model Pembelajaran (Modul). STAIN Cirebon.
Moleong Lexy. (2002). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda
Karya.
Nasution, H. Noehi. 1999. Pendidikan IPA di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
Nuryantini, Ade Yenti. 2004. Pandai Belajar Sains SD Kelas III. Bandung : Regina.
Raden Sutiawan Leo. Pembelajaran IPA di SD. Jurnal Pendidikan Dasar Volume : 1
nomor : 1 Mei 2004.
Samatoa, Usman. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta
: Depdiknas.
Wardani, Wihardit, Kuswaya. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas
Terbuka.
Wuryastuti, Sri. Inovasi Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan
Dasar nomor 9 April 2008.
25
Lampiran I
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : IPA
Kelas / Semester : III / 2 (dua)
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Standar Kompetensi : Memahami berbagai cara gerak benda, hubungannya dengan
energi dan sumber energi.
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan hasil pengamatan tentang pengaruh energi
panas, gerak getaran dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator : mendeskripsikan keberadaan energi melalui pengaruh yang
ditimbulkan berdasarkan pengamatan.
I. Tujuan Pembelajaran
A. Setelah melakukan percobaan, siswa dapat mengamati bahwa air bisa
menggerakan suatu benda.
B. Setelah melakukan percobaan, siswa dapat meningkatkan pemahaman
tentang energi gerak.
C. Siswa dapat memberikan contoh manfaat energi gerak dalam kehidupan
sehari-hari.
II. Materi, Media dan Sumber Belajar
A. Materi
Energi gerak adalah energi yang dimiliki oleh benda yang sedang bergerak,
energi gerak dimiliki oleh air dan angin. Aliran angin dapat memutar kincir
penggerak bagi baling-baling. Begitu halnya dengan aliran air pada air
terjun yang menggerakan kincir air. Ini berarti, air merupakan tenaga
penggerak bagi kincir air. Contoh lain yang menghasilkan energi gerak
adalah bor listrik, kipas angin, dan blender.
26
B. Media
1. Lembar Kerja Siswa (LKS)
C. Sumber
1. KTSP SD/MI 2006
2. Buku Paket Pandai Belajar Sains untuk SD kelas III. Penulis Ade Yeti
Nuryantini. Penerbit Regina tahun 2004 hal 88.
III. Metode Pembelajaran
A. Ceramah
B. Tanya jawab
C. Diskusi
D. Percobaan
IV. Langkah-langkah
A. Kegiatan Awal (+ 10 menit)
1. Mengkondisikan siswa kearah pembelajaran dengan :
Berdoa sebelum belajar,
Mengecek kehadiran siswa,
Membangkitkan minat siswa untuk belajar.
2. Guru melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan :
“Pernahkah kalian pergi ke sungai?”, “Apakah bergerak/mengalir air
sungai itu?”
B. Kegiatan Inti (+ 60 menit)
1. Siswa dibagi kedalam 5 kelompok (tiap kelompok terdiri dari 4-5
orang).
2. Seminggu sebelum dilaksanakan pembelajaran tiap kelompok
ditugaskan untuk membawa alat dan bahan untuk membuat kincir angin
sederhana.
3. Guru mengkondisikan siswa supaya duduk berkelompok.
4. Siswa menyimak penjelasan guru tentang tugas yang harus diselesaikan
dalam kelompoknya.
5. Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok.
27
6. Masing-masing kelompok melakukan percobaan untuk membuktikan
bahwa air dapat bergerak yaitu dengan membuat kincir air sederhana.
7. Siswa berdiskusi untuk menyelesaikan tugas yang terdapat dalam LKS.
8. Siswa bersama guru membahas LKS yang telah didiskusikan dalam
kelompok.
9. Siswa bersama guru menghubungkan materi pelajaran dengan
kehidupan sehari-hari mengenai manfaat energi gerak.
10. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan apa yang telah dipalajari
bersama.
11. Guru melakukan evaluasi.
C. Kegiatan Akhir (+ 10 menit )
1. Guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah dipalajari.
2. Melakukan tindak lanjut.
V. Evaluasi
A. Prosedur Evaluasi : Proses dan post test
B. Bentuk Evaluasi : Unjuk Kerja dan tes tertulis
C. Alat Evaluasi : Format penilaian dan soal
FORMAT PENILAIAN UNJUK KERJA
No. Nama Siswa
Aspek yang dinilai
Kelengkapan alat
dan bahan
percobaan
Kerja sama Kesimpulan Jumlah
skor
Ket
1 2 3 1 2 3 1 2 3 B C K
Jumlah
Rata-rata
28
Keterangan : 3 = baik
2 = cukup
1 = kurang
Kriteria Penilaian
Diisi dengan tanda ceklis “” apabila
Baik (B) apabila jumlah skor 7 – 9
Cukup (C) apabila jumlah skor 4 – 6
Kurang (K) apabila jumlah skor 0 – 3
DESKRIPTOR PENILAIAN
A. Kelengkapan
3 = Jika alat dan bahan yang dibawa siswa dalam kelompok lengkap.
2 = Jika alat dan bahan yang dibawa siswa dalam kelompok kurang lengkap.
1 = Jika alat dan bahan tidak dibawa.
B. Kerja sama
3 = Jika semua siswa aktif bekerja sama dalam kelompoknya.
2 = Jika sebagian siswa aktif bekerja sama dalam kelompoknya.
1 = Jika didominasi oleh 1 orang.
C. Kesimpulan
3 = Jika siswa bersama-sama dengan kelompoknya membuat kesimpulan dan
benar.
2 = Jika siswa tidak bersama-sama dengan kelompoknya membuat
kesimpulan dan benar.
1 = Jika siswa bersama-sama dengan kelomoknya membuat kesimpulan dan
salah.
29
TES TERTULIS
1. Tuliskan bentuk-bentuk energi !
2. Jelaskan apa yang dimaksud energi gerak!
3. Tuliskan/contoh bentuk energi yang dapat digerakan oleh air!
KUNCI JAWABAN
1. Bentuk-bentuk energi antara lain : energi gerak, energi panas, energi cahaya,
energi listrik, energi bunyi, dan energi kimia.
2. Energi gerak adalah energi yang dimiliki oleh banda yang sedang bergerak.
3. Energi yang dapat digerakan oleh air adalah air terjun dapat menggerakan kincir
air.
KRITERIA PENILAIAN
1. Item 1 skor 5
2. Item 2 skor 3
3. Item 3 skor 2
Cilengkranggrang, 2008
Mengetahui
Kepala Sekolah Praktikan
Dsr. SODIK M. HASAN SIDIK
NIP. 131 011 249 NIM. 0611124
10 x
ideal Skor
diperoleh yang Skor
: akhir Nilai
30
HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS III
No. Nama Siswa
Item Soal
Jumlah
Keterangan
1 2 3 L TL
Jumlah
Rata-rata
Presentase (%)
31
Pengolahan Hasil
Berdasarkan hasil evaluasi siswa, maka peneliti menggunakan Passing Grade
sebagai kriteria lulus atau tidak lulus bagi siswa kelas III SD Negeri 1
Cilengkranggirang dalam pembelajaran energi gerak.
Passing Grade (PG)
PG = M + 0,25 SB
PG : Pasing Grade
M : Rata-rata M = ½ Si
SB : Simpang Baku
S1 : Skor ideal SB = 1/3 M
Berdasarkan instrumen proses di atas, maka didapatkan Passing Grade sebagai
berikut :
Si = 10
M = ½ Si
= ½ x 10
= 5
SB = 1/3 M
= 1/3 x 5
= 1,6
PG = 5 + (0,25 x 1,6)
= 5 + 0,4
= 5,4
Keterangan
Siswa yang mendapat skor 5,4 atau lebih dikatakan lulus.
Siswa yang mendapat skor dibawah 5,4 dikatakan tidak lulus.
32
Lampiran 2
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
PERCOBAAN MENGENAI ENERGI GERAK
Mata Pelajaran : IPA
Kelas / Semester : III / 2 (dua)
Tujuan : Untuk membuktikan bahwa air
dapat menghasilkan energi gerak
Kelompok : …………………………
Anggota : …………………………
Petunjuk Kegiatan
1. Alat dan Bahan
a. Gabus / Styrofoam berdiameter 7 cm
b. 8 potongan plastik dari botol aqua masing-masing berukuran 5 cm x 2 cm
c. 1 buah sedotan plastik
d. 1 buah lidi
2. Langkah Kerja
a. Buatlah bulatan dari styrofoam / gabus berdiamerter 7 cm!
b. Buatlah 8 irisan pada bulatan styrofoam tadi sedalam 2 cm di sekeliling
lingkaran, jarak satu irisan dengan irisan yang lain diusahakan sama.
c. Sisipkan irisan dari potongan plastik botol aqua pada bulatan styrofoam.
d. Buatlah lubang pada bagian tengah bulatan styrofoam dan masukan sedotan
pada lunbang itu.
e. Masukkan lidi pada sedotan plastik.
f. Gerakkan kincir air pada air yang mengalir dari kran.
3. Pertanyaan
a. Apa yang terjadi pada saat kincir air tadi dialiri air?
b. Apa yang perlu dilakukan agar kincir berputar cepat?
33
Lampiran 3
LEMBAR OBSERVASI KINERJA GURU
Nama Guru :
Bidang Studi :
Tanggal Observasi :
No. Aspek yang diamati
Hasil Pengamatan
Ket
SB B C K SK
1 Kegiatan awal pembelajaran
Diisi dengan
tanda 
2 Kegiatan inti pembelajaran
3 Kegiatan akhir pembelajaran
Keterangan :
B : Baik
C : Cukup
K : Kurang
SK : Sangat Kurang
Cilengkranggirang, …………………2008
Observer
M. HASAN SIDIK
NIM. 0611124
34
DESKRIPTOR PENILAIAN KINERJA GURU
1. Kegiatan Awal Pembelajaran
a. Mengkondisikan siswa kearah pembelajaran yang kondusif
b. Memberikan motifasi
c. Menyampaikan tujuan
d. Melakukan apersepsi.
2. Kegiatan Inti Pembelajaran
a. Menyampaikan materi dengan jelas dan mudah dipahami
b. Memberi kesempatan untuk bertanya
c. Mengarahkan siswa untuk bekerja sama dengan kelompok
d. Membimbing siswa dalam kegiatan kelompok.
3. Kegiatan Akhir Pembelajaran
a. Memberikan tes akhir
b. Mengevaluasi hasil siswa dalam diskusi kelompok
c. Memberikan balikan pada siswa
d. Menyimpulkan pelajaran.
Kriteria Penilaian
Sangat Baik (SB) : Jika keempat indikator dilaksanakan
Baik (B) : Jika hanya tiga indikator dilaksanakan
Cukup (C) : Jika hanya dua indikator dilaksanakan
Kurang (K) : Jika hanya satu indikator dilaksanakan
Sangat Kurang (SK) : Jika tidak satupun indikator dilaksanakan
35
Lampiran 4
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
No. Nama
Aspek yang diamati
Perhatian Kerja sama Ketekunan Keaktifan
Jumlah
Rata-rata
Presentasi
Cilengkranggirang, …………………2008
Observer
…………………………
36
DESKRIPTOR PENILAIAN AKTIVITAS SISWA
1. Perhatian
a. Menyimak penjelasan guru dengan sungguh-sungguh
b. Menunjukan antusia dalam pembelajaran
c. Menunjukan rasa senang.
2. Kerja sama
a. Memberi bantuan pada orang lain
b. Menghargai pendapat orang lain
c. Menunjukan kekompakan.
3. Ketekunan
a. Mengerjakan tugas dengan teliti
b. Tidak ngobrol dengan teman
c. Tidak mengganggu kelompok lain.
4. Keaktifan
a. Menyatakan pendapat
b. Mengajukan pertanyaan
c. Mengerjakan tugas dengan baik.
Keterangan :
Diisi dengan tanda ceklis ()
Baik (B) : Jika semua indikator dilaksanakan
Cukup (C) : Jika hanya dua indikator dilaksanakan
Kurang (K) : Jika hanya satu indikator dilaksanakan
Kurang Sekali (KS) : Jika tidak satupun indikator dilaksanakan
37
Lampiran 5
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK GURU
Nama Guru : …………………………
Waktu Wawancara : …………………………
No. Pertanyaan Ringkasan Jawaban
1
Bagaimana pendapat Ibu, apabila
pembelajaran mengenai energi gerak siswa
berperan aktif dalam pembelajaran?
2
Apakah dengan pembelajaran
menggunakan model konstruktivisme sudah
membuktikan konsepsi awal siswa?
3
Adakah kendala dalam pelaksanaan
pembelajaran melalui model
konstruktivisme?
4
Bagaimana kesan ibu dengan menerapkan
model konstruktivisme dalam pembelajaran
IPA dengan melakukan percobaan untuk
membuktikan bahwa air bisa menghasilkan
energi gerak?
Kesimpulan hasil wawancara
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
Cilengkranggirang, …………………2008
Pewawancara
……………………………
38
Lampiran 6
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK SISWA
Nama Siswa : …………………………
WaktU Wawancara : …………………………
No. Pertanyaan Ringkasan Jawaban
1
Menurut kamu apakah pembelajaran IPA
mengenai energi gerak itu mudah?
2
Apakah kamu paham mengenai energi
gerak setelah melakukan percobaan?
3
Apakah kamu berkesan pada pembelajaran
hari ini?
4
Manfaat apa yang bisa kamu ambil dari
pembelajaran hari ini?
Kesimpulan hasil wawancara
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
Cilengkranggirang, …………………2008
Pewawancara
……………………………
39
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA MENGENAI
ENERGI GERAK DI KELAS III SD NEGERI I CILENGKRANGGIRANG
KECAMATAN PASALEMAN KABUPATEN CIREBON
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan untuk Seminar Proposal
oleh
MUHAMAD HASAN SIDIK
NIM. 0611124 / 15
PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SUMEDANG
2008
40
41
UNIPERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
UPI KAMPUS SUMEDANG
PGSD S-1 KELAS UPI KAMPUS SUMEDANG
MONITORING PERBAIKAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, kami Dewan Skripsi Progran PGSD S1 kelas
semester genap Tahun Ajaran 2007/2008, menerangkan bahwa :
Nama : MUHAMAD HASAN SIDIK
NIM : 0611124
Judul : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA MENGENAI
ENERGI GERAK DIKELAS III SD NEGERI 1
CILENGKRANGGIRANG KECAMATAN PASALEMAN
KABUPATEN CIREBON.
Benar telah memperbaiki proposalnya sesuai dengan keinginan kami pada waktu
seminar proposal.
Waktu Perbaikan : Waktu Perbaikan : Waktu Perbaikan :
…………………… ……………………… ……………………
Penguji I, Penguji II, Penguji III,
Drs. Dadan Djuanda. M.Pd Drs. Parman Atep Sujana, M.Pd
NIP. 131781920 NIP. 130312921 NIP. 130307099
Mengetahui
Ketua Program PGSD S1 Kelas
Drs. Dadan Djuanda, M.Pd
NIP. 131781920
42
PARADIGMA PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA MENGENAI ENERGI GERAK DI
KELAS III SD NEGERI I CILENGKRANGGIRANG
KECAMATAN PASALEMAN KABUPATEN CIREBON
Masalah Tindakan Target Indikator 1. Analisa Proses
Siswa kurang memahami energi
gerak, permasalahan ini muncul
disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
a. Guru tidak melakukan apersepsi.
b. Guru kurang membangkitkan
motivasi terhadap pembelajaran.
c. Siswa tidak memperhatikan
penjelasan guru.
d. Guru dalam menyampaikan
materi kurang menarik sehingga
siswa merasa bosan.
e. Guru tidak melakukan percobaan
mengenai energi gerak.
Dengan menerapkan
model
pembelajaran
konstruktivisme
untuk meningkatkan
pemahaman
siswa mengenai
energi gerak.
Memperbaiki praktek
pembelajaran IPA dengan
menerapkan model
pembelajaran
konstruktivisme untuk
meningkatkan
pemahaman siswa
mengenai energi gerak di
kelas III SD Negeri 1
Cilengkranggirang
1. Analisa Proses
a. Kinerja Guru
1) Perencanaan
2) Pelaksanaan
3) Evaluasi
b. Aktivitas Siswa
1) Perhatian
2) Kerjasama
3) Ketekunan
4) Keaktifan
A. Proses
a. Kinerja guru
b. Aktivitas siswa
2. Analisa Hasil
Sebagian besar siswa kelas III SD
Negeri 1 Cilengkranggirang kurang
memahami tentang energi gerak
B. Hasil
a. Siswa dapat
memahami energi
gerak dengan
melakukan
percobaan.
2. Analisa Hasil
a. Siswa dapat mengamati
bahwa air menggerakan suatu
benda.
b. Siswa dapat meningkatkan
Pemahaman
tentang energi gerak.
c. Siswa dapat memberikan
contoh
manfaat energi dalam
kehidupan sehari-
43
KISI-KISI PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN
SISWA MENGENAI ENERGI GERAK DI KELAS III SD NEGERI 1 CILENGKRANGGIRANG
KECAMATAN PASALEMAN KABUPATEN CIREBON
Rumusan
Masalah
Tujuan
Penelitian
Pertanyaan
Penelitian
Aspek Yang
Diteliti
Komponen Indikator
Plat
Pemantau
1. Bagaimana
gambaran penerapan
model
pembelajaran
konstruktivisme
untuk meningkatkan
pemahaman
siswa
mengenai energi
gerak di kelas III
SD Negeri 1
Cilengkranggirang
Kec.
Pasaleman
Kab.Cirebon.
1. Untuk mengetahui
gambaran
penerapan model
pembelajaran
konstruktivisme
untuk meningkatkan
pemahaman
siswa
mengenai energi
gerak di kelas III
SD Negeri 1
Cilengkranggirang
Kec.
Pasaleman
Kab.Cirebon.
1. Bagaimana
gambaran
penerapan
model
pembelajaran
konstruktivisme
untuk meningkatkan
pemahaman
siswa
mengenai
energi gerak di
kelas III SD
Negeri 1
Cilengkranggirang
Kecamatan
Pasaleman
Kabupaten
Cirebon?
1. Penerapan
model pembelajaran
konstruktivisme
untuk meningkatkan
pemahaman
siswa
mengenai
energi gerak
di kelas III
SD Negeri 1
Cilengkrang
girang
Kecamatan
Pasaleman
Kabupaten
Cirebon.
1. Perencanaan
penerapan
model
pembelajaran
konstruktivis
me.
a. Menetapkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
1. Observasi
b. Guru mengkondisikan siswa
kearah pembelajaran.
c. Guru menyempaikan tujuan
pembelajaran.
d. Guru melakukan apersepsi.
2. Pelaksanaan
penerapan
model
pembelajaran
konstruktivis
me
a. Siswa dibagi kedalam 5 kelompok
(tiap kelompok terdiri dari
4-5 orang)
2. Wawancara
b. Guru mengkondisikan siswa
supaya duduk berkelompok.
c. Siswa menyimak penjelasan
guru tentang tugas yang harus
diselesaikan dalam
kelompoknya.
d. Guru membagikan LKS pada
setiap kelompoknya.
e. Masing-masing kelompok
melakukan percobaan mengenai
energi gerak.
44
Rumusan
Masalah
Tujuan
Penelitian
Pertanyaan
Penelitian
Aspek Yang
Diteliti
Komponen Indikator
Plat
Pemantau
f. Siswa berdiskusi untuk menyelesaikan
tugas dalam LKS.
g. Siswa bersama guru membahas
LKS yang telah didiskusikan.
h. Guru menghubungkan materi
pelajaran dengan kehidupan
sehari-hari mengenai energi
gerak.
i. Siswa diberi kesempatan untuk
menanyakan apa yang telah
dipelajari bersama.
j. Guru melakukan evaluasi
3. Evaluasi
penerapan
model pembelajaran
konstruktivisme.
a. memberikan penilaian. 3. Tes b. Guru memberikan tindak lanjut. a. Soal
b. Unjuk
kerja
2. Bagaimana
peningkatan
kemampuan
siswa dalam
memahami
energi gerak di
kelas III SD
Negeri 1
Cilengkranggirang
Kecamatan
Pasaleman
Kabupaten
Cirebon?
2. Mengetahui
peningkatan
kemampuan
siswa dalam
memahami
energi gerak di
kelas III SD
Negeri 1
Cilengkranggirang
Kecamatan
Pasaleman
Kabupaten
Cirebon.
2. Bagaimana
peningkatan
kemampuan
siswa dalam
memahami
energi gerak di
kelas III SD
Negeri 1
Cilengkranggirang
Kecamatan
Pasaleman
Kabupaten
Cirebon.
2. Hasil penerapan
model pembelajaran
konstruktivisme
untuk meningkatkan
pemahaman
siswa
mengenai
energi gerak di
kelas III SD
Negeri 1
Cilengkranggi
rang.
a. Siswa dapat mengamati bahwa
air dapat menggerakan suatu
benda.
1. Tes b. Siswa dapat meningkatkan
pemahaman tentang energi
gerak.
c. Siswa dapat memberikan contoh
manfaat energi dalam
kehidupan sehari-hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar