"OM AWIGNAMASTU NAMA SIDDHEM OM SWASTIASTU" SEMOGA SEMUA DALAM PERLINDUNGAN TUHAN, SELAMAT MEMBACA DAN SEMOGHA BERMANFAAT.jangan lupa kunjungi videobsaya di link https://youtu.be/-UJdPDAjETM

12/27/2012

POLITIK SASTRA

Dalam Damono (2001;30), Politik merupakan segala urusan dan tindakan baik kebijaksanaan, sisaat dllnya mengenai pemerintahan negara tertentu. Dalam politik sastra jelas sudah ini merupakan suatu kebijaksanaan atau siasat yang terkandung atau diterapkan dalam dunia sastra ataupun seni pada umumnya untuk mencapai tujuan tertentu.

Berdasarkan hal tersebut secara sadar ataupun tidak, pengarang mempunyai motivasi atau tujuan, baik tujuan yang bersifat estetik semata maupun yang bersifat non estetik, seperti ekonomi, olitik,status sosial ataupun yang bersifat pragmatis. Kegiatan berpolitik di mukak bumi ini tak kan ada habis-habisnya semasih seseorang itu belum mersakan kenyamanan dari apa yang menjadi tujuannya.

Politik bersastra ataupun berkesenian setiap seniman tidak akan pernah sama karena setiap macam atau jeinis karya sastra/karya seni mempunyai karakteristik yang berbeda. Perbedaan tersebut menyebabkan hampir tidak ada seniman yang eksis pada semua jenis atau macam karya seni. Berkaitan dengan hal tersebut seniman bukanlah seorang tukang yang bisa mempelajari semua bentuk ketrampilan dan sekaligus mewujudkan ketrampilan dalam bentuk karya seni, walaupun memang ada seniman yang berangkat dari pertukangan. Seseorang seniman akan bisa secara total mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya apabila didukung media atau wadah yang tepat atau cocok ketika mengekspresiasikan pengalaman estetiknya ataupun pengalaman orang lain yang diungkapnya.

Bila kita lihat secara naluriah atau batiniah seseorang pengarang hanya mengabdikan dan memaparkan kebenaran baik dari dalam diri pribadinya ataupun lingkungannya tanpa ada kepentingan lain diluar kepentingan estetik. Pengarang ini lebih mengutamakan kepuasan batin saja dan tidak pernah terkontaminasi oleh segala macam bentuk material yang bisa menodai alur estetiknya. Nah dalam hal ini mungkin kita sudah banyak mengetahui karya-karya besar dari banyak sastrawan ata seniman sastra, disetiap karya-karya mereka memiliki suatu karakteristik yang berbeda-beda. pastinya seorang seniman sastra mempuyai kebijaksanaan, siasat atau strategi untuk berkarya supaya obsesinya bisa terwujud.

Secara lahiriah seorang pengarang  mengedepankan kepentingan-kepentingan yang bersifat pragmatis sehingga hakekat karya sastra terabaikan. Pengarang seperti ini mampu berkarya kapan dan dimana saja, bahkan bisa dirancan sesuai dengan keinginannya. Secara  tidak sadar, keadaan seperti inilah yang memicu munculnya pengarang-pengarang yang cepat terkenal sekaligus cepat menghilang. Disisi lain menyebbkan bermunculannya plagiator yang merusak dunia sastra.



DAFTAR PUSTAKA................
Damono,Djoko Sapardi.2001. JURNAL ILMU-ILMU BUDAYA POESTAKA " SASTRA POLITIK DAN IDEOLOGI". Fakultas Sastra Universitas Udayana


12/23/2012

Tembang Bali



        Tembang merupakan salah satu kesenian tradisional yang ada di Bali. Tembang merupakan bagian seni yang dituangkan dalam alunan suara, irama dan ritme dengan menggunakan laras pelog dan slendro (Budiyasa dan Purnawan, 1997:1). Tembang di Bali dikenal dengan sebutan Sekar. Tembang dibedakan atas empat, yaitu (a) Sekar Rare, (b) Sekar Alit, (c) Sekar Madia, dan (d) Sekar Agung.
                               a).     Sekar Rare
         Sekar Rare (gegendingan) tidak memiliki alunan-alunan seperti tembang lainnya. Sekar Rare (gegendingan) bersifat polos dengan menggunakan bahasa Bali lumrah. Sekar Rare merupakan tembang tertua di Bali yang sampai sekarang gegendingan tidak memiliki aturan yang pasti.  Sekar Rare dinyanyikan sesuai dengan suara gong yang lebih banyak menggunakan laras pelog. Sekar Rare dibedakan menjadi tiga, yaitu  (a) Gending Rare, (b) Gending Janger,dan (c) Gending Sangyang.  Gending Rare biasanya dipakai bermain oleh anak-anak. Gending rare ini menggambarkan suasana perasaan yang senang. Yang termasuk gending rare yaitu  Guak Maling Taluh, Meong-meong, Juru Pencar, Ongkek-ongke, Uncung-Uncung Semanggi.
   Gending Janger dinyanyikan oleh penari janger dan kecak dalam tarian janger. Gending janger menggunakan basa Bali kapara yang menggambarkan perasaan senang. Sekarang ini, Gending Janger sering digunakan dalam tarian-tarian genjek. Yang termasuk gending janger yaitu Embok Nyoman, dan Don Dapdap. Gending Sang Hyang, biasanya dinyanyikan oleh penari Sang Hyang pada waktu menari. Tujuan tari Sangyang yaitu untuk mengundang dewa yang dipuja oleh penari Sangyang itu sendiri, agar dewa yang dipuja datang dan merasuki penari Sang Hyang. Salah satu contoh Gending Sangyang adalah gending Sangyang Dedari. Berdasarkan keberadaannya Sekar Rare tidak hanya dinyanyikan oleh anak-anak saja, tetapi gending Sekar Rare juga dapat dinyanyikan oleh para remaja.
b).     Sekar Alit
          Sekar Alit sering disebut dengan pupuh atau macapat. Wangun atau bagian tembang yang termasuk Sekar Alit di Bali ada 14 pupuh, yaitu (1) Pupuh Dangdang, (2) Pupuh Durma, (3) Pupuh Ginada, (4) Pupuh Ginanti, (5) Pupuh Maskumambang, (6) Pupuh Mijil, (7) Pupuh Pangkur, (8) Pupuh Pucung, (9) Pupuh Semarandana, dan (10) Pupuh Sinom.
c).      Sekar Madia
             Sekar Madia sering disebut dengan istilah Kidung, yang digunakan untuk menyebutkan puisi-puisi berbahasa Jawa Kuna, Jawa Tengahan, dan Bali Alus. Contoh kidung yaitu Kidung Tantri, Kidung Alis-alis Ijo, Kawitan Wargasari, Demung, Malat, Puh Jerum .
d).      Sekar Agung 
               Sekar Agung disebut juga dengan istilah Wirama atau Kekawin. Dalam wirama terdapat aturan-aturan seperti guru, lagu, wretta dan matra. Guru yaitu suara atau vokal yang dinyanyikan dengan suara yang berat atau panjang. Lagu yaitu suku kata yang dinyanyikan dengan suara yang ringan dan pendek. Wretta yaitu banyaknya suku kata dalam satu baris. Sedangkan matra yaitu jumlah guru dan lagu dalam satu baris.
2.2.3     Pengertian Pupuh
       Telah dipaparkan di atas, bahwa pupuh merupakan istilah lain dari Sekar Alit. Pupuh merupakan bentuk lagu yang diikat oleh padalingsa yaitu banyaknya baris dalam satu bait. Selain diikat oleh aturan padalingsa, dalam pupuh juga terdapat guru wilangan dan guru dingdong. Guru Wilangan merupakan banyaknya suku kata dalam satu baris. Guru ding-dong merupakan huruf vokal yang terdapat pada akhir suku kata tiap-tiap baris dalam satu bait. Untuk lebih jelas padalingsa tiap-tiap pupuh dapat dilihat sebagai berikut.
1)     Pupuh Sinom, jumlah padalingsa dalam satu baitnya adalah 10 baris dengan komposisi sebagai berikut.
   Baris I, terdiri atas delapan suku kata, dengan akhiran vokal a (8a)

   Baris II, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
                         
   Baris III, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
               
   Baris IV, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
             
   Baris V, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
             
   Baris VI, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal u (8u).
             
   Baris VII, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).

   Baris VIII, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
             
   Baris IX, terdiri atas empat suku kata, yang berakhiran vokal u (4u).
             
   Baris X, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
             
Pupuh Sinom memiliki sifat yang romantis, enak didengar, yang cocok
digunakan untuk menyampaikan nasehat dan bercakap-cakap secara bersahabat.

2)     Pupuh semarandana, jumah padalingsa dalam satu baitnya adalah 7 baris dengan komposisi sebagai berikut.
   Baris I, terdiri atas delapan suku kata, dengan akhiran vokal i (8i).
                         
   Baris II, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
                         
   Baris III, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal o (8o).
              
   Baris IV, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).

   Baris V, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
                         
   Baris VI, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal u (8u).
                         
   Baris VII, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
            

             Pupuh Semarandana disebut juga Asmarandana merupakan paduan antara kata Asmara dan dana (dhana) yang berarti api. Asmarandana berarti api asmara. Pupuh Semarandana memiliki sifat sedih akibat dirundung asmara.

3)     Pupuh Ginada, Jumlah padalingsa dalam satu baitnya adalah 7 baris dengan komposisi sebagai berikut.
   Baris I, terdiri atas delapan suku kata, dengan akhiran vokal a (8a).

   Baris II, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
                         
   Baris III, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
                         
   Baris IV, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal u (8u).
                         
   Baris V, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
            
   Baris VI, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).

   Baris VII, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).

Karakteristik Pupuh Ginada, mencerminkan kesedihan, kekecewaan dan
merana. Hal ini cocok digunakan dalam pementasan yang tokohnya sedang bersedih dan merana.          
4)     Pupuh Ginanti, jumlah padalingsa dalam satu baitnya adalah 6 baris, dengan komposisi sebagai berikut.
    Baris I, terdiri atas delapan suku kata, dengan akhiran vokal u (8u).
              
    Baris II, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
              
    Baris III, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
              
    Baris IV, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
            
    Baris V, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
            
    Baris VI, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
            
Pupuh Ginanti memiliki sifat senang atau riang, yang cocok untuk
menyampaikan ajaran agama yang berisi nasehat.
5)     Pupuh Durma, jumlah padalingsa dalam satu baitnya adalah 7, dengan komposisi sebagai berikut.
   Baris I, terdiri atas dua belas suku kata, dengan akhiran vokal a (12a).
              
   Baris II, terdiri atas tujuh suku kata, yang berakhiran vokal i (7i).

   Baris III, terdiri atas enam suku kata, yang berakhiran vokal a (6a). 
              
   Baris IV, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
            
   Baris V, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
            
   Baris VI, terdiri atas enam suku kata, yang berakhiran vokal a (6a).
            
   Baris VII, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).

             Pupuh Durma, memiliki sifat yang keras, bengis, kasar. Pupuh Durma
mengungkapkan kemarahan dan emosi.
6)     Pupuh Dangdang Gula, jumlah padalingsa dalam satu baitnya adalah 12, dengan komposisi sebagai berikut :
   Baris I, terdiri atas delapan suku kata, dengan akhiran vokal i (8i).
              
   Baris II, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
              
   Baris III, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal e (8e).
            
   Baris IV, terdiri atas tujuh suku kata, yang berakhiran vokal u (7u).

   Baris V, terdiri atas sembilan suku kata, yang berakhiran vokal i (9i).
            
   Baris VI, terdiri atas tujuh suku kata, yang berakhiran vokal a (7a).

   Baris VII, terdiri atas enam suku kata, yang berakhiran vokal u (6u).
                         
   Baris VIII, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
            
   Baris IX, terdiri atas duabelas suku kata, yang berakhiran vokal i (12i).
            
   Baris X, terdiri atas tujuh suku kata, yang berakhiran vokal a (7a).
            
   Baris XI, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).

  Baris XII, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
                                               
Pupuh Dandang memiliki sifat yang lembut, manis, dan menyenangkan.
Oleh karena itu, pupuh dang-dang sangat tepat digunakan untuk melukiskan perasaan yang menyenangkan dan perasaan kasih sayang.
7)     Pupuh Maskumambang, terdiri atas 5 baris dengan komposisi sebagai berikut.
   Baris I, terdiri atas empat suku kata, dengan akhiran vokal a (4a).
              
   Baris II, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).     

   Baris III, terdiri atas enam suku kata, yang berakhiran vokal a (6a).

   Baris IV, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
            
   Baris V, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).

                         
Pupuh Maskumambang, memiliki sifat yang sedih, merana, yang cocok
untuk melukiskan keprihatinan.
8)     Pupuh Mijil, terdiri atas 9 baris dalam satu bait, dengan komposisi sebagai berikut. 
  Baris I, terdiri atas empat suku kata, dengan akhiran vokal u (4u).
              
  Baris II, terdiri atas enam suku kata, yang berakhiran vokal i (6i).
              
  Baris III, terdiri atas enam suku kata, yang berakhiran vokal o (6o).
              
  Baris IV, terdiri atas empat suku kata, yang berakhiran vokal e (4e).

            
  Baris V, terdiri atas enam suku kata, yang berakhiran vokal e (6e).
            
  Baris VI, terdiri atas empat suku kata, yang berakhiran vokal u (4u).
            
  Baris VII, terdiri atas enam suku kata, yang berakhiran vokal i (6i).
                      
  Baris VIII, terdiri atas enam suku kata, yang berakhiran vokal i (6i).
            
  Baris IX, terdiri atas delapan / enam suku kata, yang berakhiran vokal u       
   
   (8/6u).
            
Pupuh Mijil, memiliki sifat yang penuh perasaan, yang melukiskan
perasaan kasih sayang dan memberikan nasihat kepada anak-anak.
9)       Pupuh Pucung, terdiri atas 6 baris dalam satu baitnya dengan komposisi sebagai berikut
   Baris I, terdiri atas empat suku kata, dengan akhiran vokal u (4u).
            
   Baris II, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal u (8u).

   Baris III, terdiri atas enam suku kata, yang berakhiran vokal a (6a).
              
   Baris IV, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
                         
   Baris V, terdiri atas empat suku kata, yang berakhiran vokal u (4u).

   Baris VI, terdiri atas delapansuku kata, yang berakhiran vokal a (8a).

Pupuh Pucung, mempunyai sifat santai, kendur dalam arti tidak tegang
Cocok untuk cerita yang tidak serius.
10)       Pupuh Pangkur, terdiri atas 9 baris dalam satu baitnya dalam komposisi
  sebagai berikut.
               Baris I, terdiri atas delapan suku kata, dengan akhiran vokal a (8a). 
              
  Baris II, terdiri atas empat suku kata, yang berakhiran vokal a (4a).
              
  Baris III, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
              
  Baris IV, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal u (8u).
            
  Baris V, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).

  Baris VI, terdiri atas empat suku kata, yang berakhiran vokal a (4a).
                         
  Baris VII, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal u (8u).
                         
  Baris VIII, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
            
  Baris IX, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
                         
              Pupuh Pangkur, memiliki watak perasaan yang meledak-ledak dan memuncak, cocok untuk cerita yang serius.

Tembang Bali



        Tembang merupakan salah satu kesenian tradisional yang ada di Bali. Tembang merupakan bagian seni yang dituangkan dalam alunan suara, irama dan ritme dengan menggunakan laras pelog dan slendro (Budiyasa dan Purnawan, 1997:1). Tembang di Bali dikenal dengan sebutan Sekar. Tembang dibedakan atas empat, yaitu (a) Sekar Rare, (b) Sekar Alit, (c) Sekar Madia, dan (d) Sekar Agung.
                               a).     Sekar Rare
         Sekar Rare (gegendingan) tidak memiliki alunan-alunan seperti tembang lainnya. Sekar Rare (gegendingan) bersifat polos dengan menggunakan bahasa Bali lumrah. Sekar Rare merupakan tembang tertua di Bali yang sampai sekarang gegendingan tidak memiliki aturan yang pasti.  Sekar Rare dinyanyikan sesuai dengan suara gong yang lebih banyak menggunakan laras pelog. Sekar Rare dibedakan menjadi tiga, yaitu  (a) Gending Rare, (b) Gending Janger,dan (c) Gending Sangyang.  Gending Rare biasanya dipakai bermain oleh anak-anak. Gending rare ini menggambarkan suasana perasaan yang senang. Yang termasuk gending rare yaitu  Guak Maling Taluh, Meong-meong, Juru Pencar, Ongkek-ongke, Uncung-Uncung Semanggi.
   Gending Janger dinyanyikan oleh penari janger dan kecak dalam tarian janger. Gending janger menggunakan basa Bali kapara yang menggambarkan perasaan senang. Sekarang ini, Gending Janger sering digunakan dalam tarian-tarian genjek. Yang termasuk gending janger yaitu Embok Nyoman, dan Don Dapdap. Gending Sang Hyang, biasanya dinyanyikan oleh penari Sang Hyang pada waktu menari. Tujuan tari Sangyang yaitu untuk mengundang dewa yang dipuja oleh penari Sangyang itu sendiri, agar dewa yang dipuja datang dan merasuki penari Sang Hyang. Salah satu contoh Gending Sangyang adalah gending Sangyang Dedari. Berdasarkan keberadaannya Sekar Rare tidak hanya dinyanyikan oleh anak-anak saja, tetapi gending Sekar Rare juga dapat dinyanyikan oleh para remaja.
b).     Sekar Alit
          Sekar Alit sering disebut dengan pupuh atau macapat. Wangun atau bagian tembang yang termasuk Sekar Alit di Bali ada 14 pupuh, yaitu (1) Pupuh Dangdang, (2) Pupuh Durma, (3) Pupuh Ginada, (4) Pupuh Ginanti, (5) Pupuh Maskumambang, (6) Pupuh Mijil, (7) Pupuh Pangkur, (8) Pupuh Pucung, (9) Pupuh Semarandana, dan (10) Pupuh Sinom.
c).      Sekar Madia
             Sekar Madia sering disebut dengan istilah Kidung, yang digunakan untuk menyebutkan puisi-puisi berbahasa Jawa Kuna, Jawa Tengahan, dan Bali Alus. Contoh kidung yaitu Kidung Tantri, Kidung Alis-alis Ijo, Kawitan Wargasari, Demung, Malat, Puh Jerum .
d).      Sekar Agung 
               Sekar Agung disebut juga dengan istilah Wirama atau Kekawin. Dalam wirama terdapat aturan-aturan seperti guru, lagu, wretta dan matra. Guru yaitu suara atau vokal yang dinyanyikan dengan suara yang berat atau panjang. Lagu yaitu suku kata yang dinyanyikan dengan suara yang ringan dan pendek. Wretta yaitu banyaknya suku kata dalam satu baris. Sedangkan matra yaitu jumlah guru dan lagu dalam satu baris.
2.2.3     Pengertian Pupuh
       Telah dipaparkan di atas, bahwa pupuh merupakan istilah lain dari Sekar Alit. Pupuh merupakan bentuk lagu yang diikat oleh padalingsa yaitu banyaknya baris dalam satu bait. Selain diikat oleh aturan padalingsa, dalam pupuh juga terdapat guru wilangan dan guru dingdong. Guru Wilangan merupakan banyaknya suku kata dalam satu baris. Guru ding-dong merupakan huruf vokal yang terdapat pada akhir suku kata tiap-tiap baris dalam satu bait. Untuk lebih jelas padalingsa tiap-tiap pupuh dapat dilihat sebagai berikut.
1)     Pupuh Sinom, jumlah padalingsa dalam satu baitnya adalah 10 baris dengan komposisi sebagai berikut.
   Baris I, terdiri atas delapan suku kata, dengan akhiran vokal a (8a)

   Baris II, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
                         
   Baris III, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
               
   Baris IV, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
             
   Baris V, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
             
   Baris VI, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal u (8u).
             
   Baris VII, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).

   Baris VIII, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
             
   Baris IX, terdiri atas empat suku kata, yang berakhiran vokal u (4u).
             
   Baris X, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
             
Pupuh Sinom memiliki sifat yang romantis, enak didengar, yang cocok
digunakan untuk menyampaikan nasehat dan bercakap-cakap secara bersahabat.

2)     Pupuh semarandana, jumah padalingsa dalam satu baitnya adalah 7 baris dengan komposisi sebagai berikut.
   Baris I, terdiri atas delapan suku kata, dengan akhiran vokal i (8i).
                         
   Baris II, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
                         
   Baris III, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal o (8o).
              
   Baris IV, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).

   Baris V, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
                         
   Baris VI, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal u (8u).
                         
   Baris VII, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
            

             Pupuh Semarandana disebut juga Asmarandana merupakan paduan antara kata Asmara dan dana (dhana) yang berarti api. Asmarandana berarti api asmara. Pupuh Semarandana memiliki sifat sedih akibat dirundung asmara.

3)     Pupuh Ginada, Jumlah padalingsa dalam satu baitnya adalah 7 baris dengan komposisi sebagai berikut.
   Baris I, terdiri atas delapan suku kata, dengan akhiran vokal a (8a).

   Baris II, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
                         
   Baris III, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
                         
   Baris IV, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal u (8u).
                         
   Baris V, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
            
   Baris VI, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).

   Baris VII, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).

Karakteristik Pupuh Ginada, mencerminkan kesedihan, kekecewaan dan
merana. Hal ini cocok digunakan dalam pementasan yang tokohnya sedang bersedih dan merana.          
4)     Pupuh Ginanti, jumlah padalingsa dalam satu baitnya adalah 6 baris, dengan komposisi sebagai berikut.
    Baris I, terdiri atas delapan suku kata, dengan akhiran vokal u (8u).
              
    Baris II, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
              
    Baris III, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
              
    Baris IV, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
            
    Baris V, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
            
    Baris VI, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
            
Pupuh Ginanti memiliki sifat senang atau riang, yang cocok untuk
menyampaikan ajaran agama yang berisi nasehat.
5)     Pupuh Durma, jumlah padalingsa dalam satu baitnya adalah 7, dengan komposisi sebagai berikut.
   Baris I, terdiri atas dua belas suku kata, dengan akhiran vokal a (12a).
              
   Baris II, terdiri atas tujuh suku kata, yang berakhiran vokal i (7i).

   Baris III, terdiri atas enam suku kata, yang berakhiran vokal a (6a). 
              
   Baris IV, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
            
   Baris V, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
            
   Baris VI, terdiri atas enam suku kata, yang berakhiran vokal a (6a).
            
   Baris VII, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).

             Pupuh Durma, memiliki sifat yang keras, bengis, kasar. Pupuh Durma
mengungkapkan kemarahan dan emosi.
6)     Pupuh Dangdang Gula, jumlah padalingsa dalam satu baitnya adalah 12, dengan komposisi sebagai berikut :
   Baris I, terdiri atas delapan suku kata, dengan akhiran vokal i (8i).
              
   Baris II, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
              
   Baris III, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal e (8e).
            
   Baris IV, terdiri atas tujuh suku kata, yang berakhiran vokal u (7u).

   Baris V, terdiri atas sembilan suku kata, yang berakhiran vokal i (9i).
            
   Baris VI, terdiri atas tujuh suku kata, yang berakhiran vokal a (7a).

   Baris VII, terdiri atas enam suku kata, yang berakhiran vokal u (6u).
                         
   Baris VIII, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
            
   Baris IX, terdiri atas duabelas suku kata, yang berakhiran vokal i (12i).
            
   Baris X, terdiri atas tujuh suku kata, yang berakhiran vokal a (7a).
            
   Baris XI, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).

  Baris XII, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
                                               
Pupuh Dandang memiliki sifat yang lembut, manis, dan menyenangkan.
Oleh karena itu, pupuh dang-dang sangat tepat digunakan untuk melukiskan perasaan yang menyenangkan dan perasaan kasih sayang.
7)     Pupuh Maskumambang, terdiri atas 5 baris dengan komposisi sebagai berikut.
   Baris I, terdiri atas empat suku kata, dengan akhiran vokal a (4a).
              
   Baris II, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).     

   Baris III, terdiri atas enam suku kata, yang berakhiran vokal a (6a).

   Baris IV, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
            
   Baris V, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).

                         
Pupuh Maskumambang, memiliki sifat yang sedih, merana, yang cocok
untuk melukiskan keprihatinan.
8)     Pupuh Mijil, terdiri atas 9 baris dalam satu bait, dengan komposisi sebagai berikut. 
  Baris I, terdiri atas empat suku kata, dengan akhiran vokal u (4u).
              
  Baris II, terdiri atas enam suku kata, yang berakhiran vokal i (6i).
              
  Baris III, terdiri atas enam suku kata, yang berakhiran vokal o (6o).
              
  Baris IV, terdiri atas empat suku kata, yang berakhiran vokal e (4e).

            
  Baris V, terdiri atas enam suku kata, yang berakhiran vokal e (6e).
            
  Baris VI, terdiri atas empat suku kata, yang berakhiran vokal u (4u).
            
  Baris VII, terdiri atas enam suku kata, yang berakhiran vokal i (6i).
                      
  Baris VIII, terdiri atas enam suku kata, yang berakhiran vokal i (6i).
            
  Baris IX, terdiri atas delapan / enam suku kata, yang berakhiran vokal u       
   
   (8/6u).
            
Pupuh Mijil, memiliki sifat yang penuh perasaan, yang melukiskan
perasaan kasih sayang dan memberikan nasihat kepada anak-anak.
9)       Pupuh Pucung, terdiri atas 6 baris dalam satu baitnya dengan komposisi sebagai berikut
   Baris I, terdiri atas empat suku kata, dengan akhiran vokal u (4u).
            
   Baris II, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal u (8u).

   Baris III, terdiri atas enam suku kata, yang berakhiran vokal a (6a).
              
   Baris IV, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
                         
   Baris V, terdiri atas empat suku kata, yang berakhiran vokal u (4u).

   Baris VI, terdiri atas delapansuku kata, yang berakhiran vokal a (8a).

Pupuh Pucung, mempunyai sifat santai, kendur dalam arti tidak tegang
Cocok untuk cerita yang tidak serius.
10)       Pupuh Pangkur, terdiri atas 9 baris dalam satu baitnya dalam komposisi
  sebagai berikut.
               Baris I, terdiri atas delapan suku kata, dengan akhiran vokal a (8a). 
              
  Baris II, terdiri atas empat suku kata, yang berakhiran vokal a (4a).
              
  Baris III, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
              
  Baris IV, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal u (8u).
            
  Baris V, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).

  Baris VI, terdiri atas empat suku kata, yang berakhiran vokal a (4a).
                         
  Baris VII, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal u (8u).
                         
  Baris VIII, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
            
  Baris IX, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
                         
              Pupuh Pangkur, memiliki watak perasaan yang meledak-ledak dan memuncak, cocok untuk cerita yang serius.