"OM AWIGNAMASTU NAMA SIDDHEM OM SWASTIASTU" SEMOGA SEMUA DALAM PERLINDUNGAN TUHAN, SELAMAT MEMBACA DAN SEMOGHA BERMANFAAT.jangan lupa kunjungi videobsaya di link https://youtu.be/-UJdPDAjETM

5/25/2012

KETRAMPILAN MENULIS

Pendidikan merupakan suatu alat untuk mengubah tingkah laku dan pola pikir manusia dari keadaan belum tahu menjadi tahu, dari keadaan tidak mampu menjadi mampu dan dari keadaan tidak memiliki keterampilan menjadi memiliki keterampilan. Pendidikan di Sekolah Dasar (SD) bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar, pengetahuan, dan keterampilan dasar pada peserta didik yang memiliki manfaat sesuai dengan tingkat perkembangannya serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan di sekolah yang lebih tinggi tingkatannya. Terkait dengan tujuan untuk memberikan bekal keterampilan dasar khususnya menulis pada pembelajaran bahasa di SD sangatlah penting. Maka melalui proses pembelajaran bahasa Indonesia itu pula diharapkan peserta didik memiliki keterampilan yang memadai untuk dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Dalam proses pembelajaran guru memegang peranan yang sangat penting. Artinya guru memiliki tugas dan tanggung jawab merencanakan dan melaksanakan pembelajaran di sekolah. Guru sebagai tenaga professional harus memiliki sejumlah kemampuan mengaplikasikan berbagai teori belajar dalam pembelajaran, kemampuan memilih dan menerapkan metode/pendekatan pembelajaran yang efektif, kemampuan melibatkan peserta didik berpartisipasi aktif serta mampu menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan bagi peserta didik guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
Hal tersebut tidak menjadi pengecualian bagi seorang guru Sekolah Dasar yang merupakan guru kelas yang mengajarkan semua mata pelajaran termasuk pelajaran bahasa Indonesia. Hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki
peranan penting dalam dunia pendidikan. Menurut Depdiknas dalam Santosa, dkk (2008: 3.6) secara umum fungsi dan tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah sebagai sarana: (1) pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa; (2) peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya; (3) peningkatan pengetahuan dalam rangka meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknik, dan seni; (4) penyebarluasan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia untuk berbagai keperluan; (5) pengembangan dan penalaran; dan (6) pemahaman keanekaragaman budaya Indonesia melalui khasanah kesastraan Indonesia.
Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis (St. Y. Slamet, 2008: 57). Keterampilan menulis dan membaca sebagai aktifitas komunikasi yang saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Kebiasaan menulis tidak akan terlaksana tanpa adanya kebiasaan membaca.
Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa adanya komunikasi maka interaksi antara manusia tidak akan terlaksana. Manusia akan terlihat seperti hidup sendiri. Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, sehingga komunikasi haruslah ada untuk menunjang kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam berkomunikasi. Dua atau lebih manusia yang berkomunikasi menggunakan bahasa yang sama agar mereka dapat memahami maksud dari si penyampai pesan. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa pengungkapan gagasan ataupun perasaan baik secara lisan maupun tulisan. Di dalam masyarakat modern seperti sekarang ini dikenal ada dua macam cara berkomunikasi, yaitu komunikasi secara langsung dan tidak langsung. Kegiatan berbicara dan mendengarkan (menyimak) merupakan komunikasi secara langsung sedangkan kegiatan menulis dan membaca merupakan komunikasi tidak langsung. Mendengar dan membaca merupakan penguasaan pasif sedangkan berbicara dan menulis merupakan penguasaan aktif. Keberhasilan dalam proses pembelajaran di sekolah banyak ditentukan oleh kemampuan menulisnya. Oleh karena itu, pembelajaran menulis
memiliki kedudukan yang tinggi dibanding keterampilan berbahasa lainnya. Keterampilan menulis harus dikuasai oleh anak sedini mungkin dalam kehidupannya di sekolah (menurut Syafi‟e dalam St.Y. Slamet 2008: 169). Keterampilan menulis sebagai salah satu cara dari empat keterampilan berbahasa yang memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan menulis seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan gagasannya untuk mencapai maksud dan tujuannya. Kemampuan menulis dapat dicapai melalui proses belajar dan berlatih secara terus menerus. Sebagaimana dipahami bersama bahwa menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang bersifat produktif dan ekspresif. Keterampilan ini dapat dicapai dengan banyak pelatihan dan bimbingan yang intensif karena sifatnya yang bukan teoritis. Oleh karena itu, peranan guru sangat menentukan. Guru harus memiliki keterampilan menulis yang baik, di samping juga harus mampu mengajarkannya. Guru Sekolah Dasar harus benar-benar memahami hakikat pengajaran menulis di Sekolah Dasar. Kemudian harus mampu merencanakan proses pembelajaran yang efektif sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD). Metode mengajar, media pembelajaran maupun strategi belajar mengajar yang dipilih haruslah bisa mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Tujuan pengajaran menulis tentulah mengharapkan para peserta didik memiliki kemampuan atau kemahiran dalam menulis.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas IVA SD Negeri Dukuhan Kerten bahwa keterampilan menulis deskripsi peserta didik masih rendah. Dalam penyajian materi belum mampu menyajikan materi menulis secara menarik, inspiratif dan kreatif. Padahal teknik pengajaran yang dipilih dan dipraktikkan oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran sangatlah berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Masih diterapkannya pembelajaran dengan pendekatan konvensional yang masih mengacu pada metode ceramah dengan teknik penugasan. Guru hanya menentukan beberapa judul/ topik, lalu menugasi peserta didik memilih satu judul sebagai dasar untuk menulis. Yang diutamakan adalah produk yang berupa tulisan, tetapi pembahasan karangan jarang dilakukan. Hal lain pembelajaran yang berlangsung hanya sekedar penyampaian materi tentang menulis karangan deskripsi seperti definisi kata
deskripsi yang harus dihafal para peserta didik, kemudian dari contoh karangan deskripsi yang ada di buku di suruh menyalin di buku siswa. Dalam hal ini harapannya para peserta didik sudah bisa memahami tentang gambaran tentang karangan deskripsi. Kemudian pada hari berikutnya tidak ada lagi pembahasan dari materi tersebut. Hal ini justru akan mematikan kreativitas peserta didik dalam hal mengekpresikan bahasa tulisnya. Di samping itu, hal ini tidak sesuai dengan hakikat keterampilan menulis karangan deskripsi yang lebih menekankan pada bagaimana cara peserta didik untuk menuangkan ide/ gagasannya terhadap sesuatu hal yang ia amati dalam bahasa tulis mereka. Akibatnya kemampuan menulis deskripsi para peserta didik rendah. Menurut Direktorat Pendidikan Lanjut Pertama dalam Martinis Yamin (2008: 152) bahwa kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan melalui hasil, maupun dengan berbagai cara tes yang hanya merupakan salah satu cara penilaian.
Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu peserta didik agar mampu mempelajari (learning how to learn) terhadap sesuatu, bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di-akhir periode pembelajaran (Martinis Yamin, 2008: 152).
Hal lain yang dapat diketahui berkaitan dengan permasalahan dalam kegiatan proses pembelajaran menulis ini adalah proses pembelajaran di kelas yaitu, kurangnya menentukan tujuan menulis dan sasaran tulisannya untuk apa?, belum memunculkan kondisi yang kondusif agar para peserta didik menulis dengan berpikir bahwa tulisannya akan dibaca dan dilihat oleh orang lain bukan untuk gurunya saja. Dalam proses menulis yang diperhatikan hanya produk tulisannya saja yang umumnya hanya sebatas ejaan dan kerapian tulisan. Guru jarang sekali menyediakan wacana yang baik sebagai model tulisan kepada para peserta didik. Perilaku tersebut yang tampaknya dapat berpengaruh terhadap kemampuan yang dicapai oleh peserta didik dalam pembelajaran menulis.

PROPOSAL

A. Pengertian
Salah satu kegiatan penting sebelum pelaksanaan
penelitian adalah penyusunan proposal penelitian. Proposal
dapat dikatakan sebagai rencana penelitian yang berisikan
gambaran menyeluruh mengenai penelitian yang akan
dilakukan. Tentu saja proposal harus memuat unsur-unsur
penting penelitian, seperti latar belakang, perumusan masalah,
metode, dan analisis data, sehingga penelitian yang akan
dilakukan benar-benar dapat tergambarkan. Proposal disusun
berdasarkan bentuk penelitian yang akan dilaksanakan.
Penelitian kuantitatif memiliki model proposal yang berbeda
dengan penelitian kualitatif. Meskipun demikian secara
substantif, kedua proposal tersebut tidak berbeda karena
keduanya harus mampu menggambarkan apa dan bagaimana
penelitian akan dilakukan. Umumnya proposal harus memuat
latar belakang penelitian, batasan masalah, perumusan masalah,
signifikansi, tujuan, kajian teoretis, dan metodologi penelitian,
waktu dan tempat penelitian.
B. Unsur-unsur Proposal
Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas unsur-unsur
proposal untuk penelitian kuantitatif dan kualitatif yang sering
digunakan untuk penulisan skripsi, tesis, disertasi, dan lain-lain.
A. Pengertian
Salah satu kegiatan penting sebelum pelaksanaan
penelitian adalah penyusunan proposal penelitian. Proposal
dapat dikatakan sebagai rencana penelitian yang berisikan
gambaran menyeluruh mengenai penelitian yang akan
dilakukan. Tentu saja proposal harus memuat unsur-unsur
penting penelitian, seperti latar belakang, perumusan masalah,
metode, dan analisis data, sehingga penelitian yang akan
dilakukan benar-benar dapat tergambarkan. Proposal disusun
berdasarkan bentuk penelitian yang akan dilaksanakan.
Penelitian kuantitatif memiliki model proposal yang berbeda
dengan penelitian kualitatif. Meskipun demikian secara
substantif, kedua proposal tersebut tidak berbeda karena
keduanya harus mampu menggambarkan apa dan bagaimana
penelitian akan dilakukan. Umumnya proposal harus memuat
latar belakang penelitian, batasan masalah, perumusan masalah,
signifikansi, tujuan, kajian teoretis, dan metodologi penelitian,
waktu dan tempat penelitian.
B. Unsur-unsur Proposal
Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas unsur-unsur
proposal untuk penelitian kuantitatif dan kualitatif yang sering
digunakan untuk penulisan skripsi, tesis, disertasi, dan lain-lain.
perumusan masalah harus dinyatakan sejelas mungkin,
sehingga apa yang seharusnya diteliti dapat dipahami.
Perumusan masalah dapat dinyatakan dalam kalimat berita
yang disusun dalam paragraf yang koheren sehingga apa yang
ingin dikaji tetap dengan mudah dapat ditangkap dan dipahami.
Selain itu, perumusan masalah dapat juga diungkapkan melalui
beberapa kalimat tanya yang menggambarkan masalah-masalah
yang akan dikaji. Perumusan masalah dalam penelitian
kualitatif biasanya disebut dengan pertanyaan penelitian.
Perumusan masalah dalam penelitian kuantitatif tidak berubah
sejak awal hingga akhir penelitian; sedangkan pertanyaan
penelitian dalam penelitian kualitatif dapat berkembang dan
berubah seiring dengan perkembangan yang terjadi pada saat
pengambilan data. Pada awal penelitian, umpamanya, masalah
yang dikaji adalah X, tetapi setelah data diperoleh masalah
penelitian berubah menjadi Y.
4. Tujuan
Tujuan penelitian merupakan sasaran atau target yang
ingin dicapai peneliti di dalam penelitian yang dilakukannya.
Tujuan harus dirumuskan dengan jelas dan spesifik supaya
penelitian menjadi terfokus dan tidak kehilangan arah. Oleh
karena itu, tujuan harus diselaraskan dan disesuaikan dengan
perumusan masalah. Bila problem dalam masalah penelitian
berkaitan dengan hubungan antara satu variabel dan variabel
lain, tujuan penelitian yang ingin dicapai tentunya untuk
mengetahui dan membuktikan bentuk hubungan antara
keduanya. Bila problem dalam masalah penelitian berkaitan
dengan pengaruh atau efektifitas cara membaca tertentu
terhadap apresiasi puisi, tujuan penelitian yang ingin dicapai
tentunya untuk membuktikan pengaruh atau efektifitas cara
tersebut. Dengan kata lain, bila problem dalam perumusan
masalah berkenaan dengan X, tujuan penelitian juga harus
berkaitan dengan X.
5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian berisikan paparan mengenai
keuntungan-keuntungan apa yang dapat diberikan penelitian
kepada masyarakat sebagai bagian dari upaya peningkatan taraf
kehidupan. Umumnya, manfaat penelitian dapat dibedakan
manjadi manfaat teoretis dan praktis. Manfaat teoretis
berhubungan dengan sumbangsih hasil penelitian terhadap
pengembangan teori keilmuan yang terkait; sedangkan manfaat
praktis berkenaan dengan sumbangsih penelitian yang dapat
dirasakan oleh masyarakat secara langsung.
6. Kajian Teoretis
Kajian teoretis berisikan paparan mengenai teori-teori
yang relevan dengan perumusan masalah atau pertanyaan
penelitian. Jika dalam penelitian terdapat tiga problem yang
harus dikaji, maka kajian teoretis paling tidak harus membahas
ketiga problem tersebut. Pada penelitian kuantitatif, kajian teori
diperlukan sebagai pijakan dalam perumusan hipotesis dan
pengembangan isntrumen penelitian; sedangkan pada penelitian
kualitatif, kajian teori diperlukan sebagai pijakan dalam
pengembangan instrumen dan pijakan dalam pelaksanaan
penelitian.
7. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian merupakan seperangkat prinsipprinsip
yang mendasari bagaimana penelitian itu dilakukan.
Bagian ini berisikan penjelasan mengenai metode penelitian,
analisis data, variabel, hipotesis, dan pengambilan data.
a. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan gambaran mengenai
jenis dan bentuk penelitian yang akan digunakan dalam
penelitian. Penentuan jenis dan bentuk penelitian tergantung
juga pada perumusan masalah dan tujuian penelitian. Jika
penelitian bertujuan untuk melihat hubungan antara dua
ketidakberartian kemampuan linguistik bila tidak ditunjang
oleh kemampuan untuk menyesuaikan bentuk-bentuk bahasa
dengan seluruh masukan informasi baik yang bersifat
linguistik maupun paralinguistik.
Communicative competence may be defined as the ability
to function in a truly communicative setting, that is in a
dynamic exchange in which linguistic competence must
adapt itself to the total informational input, both
linguistic and paralinguistic of one or more interlocutors
(Hadley, 1994: 4).
Posisi kemampuan linguistik sebagai salah satu unsur
kemampuan komunikatif juga diutarakan oleh Munby. Dalam
pandangannya, selain kemampuan linguistik, kemampuan
komunikatif mencakup kemampuan-kemampuan lain, seperti
kemampuan retorik, kemampuan interpretatif, dan pemahaman
makna ujaran berdasarkan konteks yang melatarbelakanginya.
It seems clear that communicative competence includes
the ability to use linguistic forms to perform
communicative acts and to understand the communicative
functions of sentences and their relationship to other
sentences. This happens at the level of discourse and
involves interalia, knowledge of rhetorical rules of use
that governs the patterning of such acts, the interpretative
strategies of the language users and also contextual
meaning of utterances (Munby, 1978: 26).
Secara jelas beberapa pandangan tersebut menunjukkan
bahwa selain kemampuan linguistik ada beberapa kemampuan
atau faktor lain yang turut membangun kemampuan
komunikatif seseorang. Mengenai hal ini, Hymes (1979: 14)
berpandangan bahwa kemampuan komunikatif itu terbentuk
oleh empat aspek atau kemampuan yang terpadu. Aspek yang
pertama berkenaan dengan kemampuan untuk menghasilkan
dan membedakan bentuk-bentuk bahasa yang gramatikal atau
tidak gramatikal (whether or not something is possible),
alternatif) atau negatif (hipotesis nol) yang dapat
dirumuskan secara statistik dan verbal. Masalah penelitian
yang berbunyi “apakah ada hubungan antara IQ dengan
kemampuan apresiasi puisi kontemporer bahasa Inggris”
melahirkan hipotesis penelitian sebagai berikut. Hipotesis
nol berbunyi tidak ada hubungan yang berarti antara IQ
dengan kemampuan apresiasi puisi kontemporer bahasa
Inggris; sedangkan hipotesis alternatif berbunyi ada
hubungan yang berarti antara IQ dengan kemampuan
apresiasi puisi kontemporer bahasa Inggris.
d. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan salah satu ciri yang
harus dipenuhi oleh penelitian kuantitatif. Variabel
penelitian yang diturunkan dari hipotetsis, dapat dikatakan
sebagai ciri-ciri yang bersifat variatif yang dimiliki
responden yang biasanya menjadi fokus dalam penelitian,
seperti kemampuan apresiasi puisi kontemporer mahasiswa.
Kemampuan apresiasi puisi kontemporer yang berbeda
antara seorang mahasiswa dengan mahasaiswa lainnya
itulah yang dinamakan dengan variabel. Secara umum,
variabel penelitian dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni
variabel bebas dan terikat. Variabel bebas berarti variabel
yang mempengaruhi variabel terikat; atau terjadinya
perubahan dalam variabel terikat banyak ditentukan oleh
variabel bebas. Variabel penelitian lebih banyak ditemukan
dalam penelitian kuantitatif daripada kualitatif.
e. Pengambilan Data
Pengambilan data merupakan tahapan penelitian yang
terpusatkan pada upaya-upaya pengambilan data yang
dibutuhkan dalam penelitian. Pengambilan data ini meliputi
pengembangan instrumen dan cara pengambilan data.
Instrumen penelitian berhubungan dengan alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data yang diperlukan
4. merumuskan peran mahasiswa dalam kegiatan
belajar bahasa Inggris berbasis kompetensi;
5. merumuskan peran bahan ajar dalam
penyelenggaraan kegiatan belajar bahasa Inggris
berbasis kompetensi; dan
6. mengembangkan prosedur dan teknik-teknik
pengajaran yang harus dikembangkan dalam kegiatan
belajar bahasa Inggris berbasis kompetensi.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi khazanah
keilmuan dalam bidang pengajaran bahasa Inggris berbasis
kompetensi, sehingga dapat memperkaya pola-pola pengajaran
bahasa Inggris sebagai bahasa asing pada umunya. Secara
khusus penelitian ini dapat dijadikan, oleh semua pihak terkait,
sebagai pijakan dalam pengambilan keputusan dan
penyelenggarakan pembelajaran bahasa Inggris berbasis
kompetensi di perguruan tinggi agama Islam negeri dan swasta
di Indonesia.
F. Kajian Teoretis
Pada bagian ini, terdapat tiga hal yang perlu dibahas,
yakni pengertian kompetensi berbahasa, pendekatan
kebermaknaan, dan teori belajar bahasa.
1. Kompetensi Berbahasa
Secara umum, kurikulum berbasis kompetensi
berorientasi pada hasil dan dampak yang diharapkan muncul
pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar
yang bermakna, dan keragaman yang dapat dimanifestasikan
sesuai dengan kebutuhan. Secara singkat dapat dikatakan
bahwa kurikulum itu menekankan hasil atau kompetensi apa
yang harus dikuasai mahasiswa bila telah menyelesaikan
studinya. Kompetensi dapat diartikan sebagai pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam
maupun kolektif, nonpersonal, atau institusional. Jika
pertanyaan penelitian berbunyi “bagaimanakah peran Sutan
Takdir Ali Syahbana dalam pembangunan sastra Indonesia
setelah kemerdekaan Republik indonesia”, maka unit
analisnya adalah Sutan Takdir Ali Syahbana itu sendiri. Jika
penelitian berkaitan dengan kesalahan gramatikal yang
dibuat mahasiswa dalam penulisan skripsi bahasa Inggris,
maka unit analisisnya adalah seluruh skripsi mahasiswa
yang ditetapkan subjek dalam penelitian. Namun, apabila
masalah penelitian berhubungan dengan bagaimana suatu
lembaga pendidikan menyelenggarakan kegiatan
pendidikan, maka unit analisisnya adalah lembaga
pendidikan itu secara keseluruhan.
8. Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat berkaitan dengan dimensi waktu dan
tempat penelitian diselenggarakan. Dimensi waktu
menunjukkan masa kapan penelitian itu dilasanakan dan
periodisasinya; sedangkan dimensi tempat menunjukkan lokasi
tempat penelitian itu dilaksanakan. Berkenaan dengan waktu
penyelenggaraannya, kegiatan penelitian dapat direncanakan
secara bertahap, yang meliputi persiapan, pengumpulan data,
pengolahan data, analisis, penulisan laporan, dan seminar, yang
masing-masing dapat memuat beberapa kegiatan yang lebih
rinci.
Tabel 4. Jadual Kegiatan Penelitian
NO KEGIATAN BULAN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL
1 Persiapan
2 Pengumpulan data
3 Analisis data
4 Penulisan laporan
5 Seminar
banyak melibatkan akal pikiran dan inisiatif seseorang itu
sendiri. Akal pikiran, dalam hal ini perkembangan kognitifnya,
merupakan pijakan utama di dalam penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran (Anonymous/gagne, 2003: 1). Adapun teori
belajar Humanisme memandang bahwa pembelajaran itu
merupakan suatu proses alamiah dimana seseorang dengan
sifat-sifatnya, baik sebagai mahluk individual maupun sosial,
memiliki keterlibatan yang aktif di dalam penentuan proses
kehidupan yang dilaluinya. Pembelajaran tidak hanya
dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam diri seseorang, tetapi
juga oleh faktor–faktor dari luar yang berasal dari masyarakat.
Pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bila sesuai dengan
minat dan keinginan seseorang yang banyak dipengaruhi oleh
kehidupan sosialnya. Dengan kata lain, pembelajar harus
diperlakukan sebagai mahkluk yang utuh secara fisik, mental,
dan intelektual (Anonymous/rogers, 2003: 1).
B. Fokus Penelitian
Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam
bentuk kegiatan pembelajaran di PTAIN menimbulkan persepsi
dan penafsiran yang beragam, sehingga muncul banyak model
yang kurang atau bahkan tidak merefleksikan nilai-nilai yang
terkandung dalam kurikulum. Oleh karena itu, Penelitian ini
akan dikonsentrasikan pada upaya peneemuan model
pembelajaran bahasa Inggris berbasis kompetensi yang dapat
dijadikan ukuran standar bagi PTAIN dalam penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran atau perkuliahan.
C. Pertanyaan Penelitian
Sesuai dengan fokus penelitian di atas, maka pertanyaan
penelitian yang utama adalah “Bagaimanakah model
pembelajaran bahasa Inggris berbasis kompetensi yang dapat
dikembangkan di PTAIN?”. Selanjutnya pertanyaan tersebut

5/14/2012

DRAMA


SINOPSIS
DRAMA NI LUH SANDAT

            Kacritayang wenten anak eluh jegeg nongos ring desa taman anyar, mawasta Luh Sandat. Luh Sandat mayusa 21 tiban, pangawakanne landung, bokne dawa, selem tur samah, kulitne putih, rupane jegeg tur ring pipine misi sujenan. Yadiastun mapanganggo sederane, kajegegan ipune tusing ada ane nandingin ring desan ipune. Ipun ngelah tunangan  mawasta Gede Sura.
Saget mangkin kacritaLuh Sandat sampun beling. Ulian beling punika mangkin Luh Sandat dados kakedekan oleh karma desane. Sabilang mentas dimargane stata dadi omongan anak. Nika mawinan Luh sandat stata lek tur maseselan sabilang wai. Apabuin sane ngranayang beling punika tuah bapannyane padidi.
Tunangan Luh Sandate tengkejut ningehang ortane punika, ipun marasa elek tur sebet liu kramane ngaden ia sane ngelah belingane, sakewala ia anak tusing taen malaksana ane tidong-tidong buka raos anake. Salingke melingan kadirasa niman ia tusing taen. Ane jani dapetanga suba beling.
Bapan Luh Sandate mamaksa Gede Sura apanga nyadia nyuang Luh sandat nganggo kurenan, kenehne apang bapane bebas uli masalahe ento, sakewala Gede Sura tusing enyak, sawireh beling Luh sandate ento boya ja krana parilaksanannyane, prajani lantas Gede Sura megatang pitresnanne ngajak Luh Sandat.
Luh Sandat Marasa sebet ningehang munyin Gede Surane buka Keto, tur prajani ngeling sigsigan kenehne nrawang. Luh Sandat tusing nyidang naenang sakit atine, tur makeneh lakas muputin idupne. Sawireh akeh pesan duka tur lara sane sampun katanggung. Luh Sandat pasrah teken idupne. Sasampune peteng Luh Sandat ngitip bapane sane sedek masare di bataran balene, ipun ngaba tiuk lantas nusuk tangkah bapane, laut adeng-adeng majujuk, sinambi nunas pangampura ring Ida Sang Hyang Widhi, laut nusuk tangkahne padidi, ulung sampun padem.



DIALOG
Kacritayang wenten anak bajang mayusa 21 tiban, pangawakanne landung, bokne dawa, selem tur samah, kulitne putih, rupane jegeg tur ring pipine misi sujenan. Yadiastun mapanganggo sederane, kajegegan ipune tusing ada ane nandingin ring desan ipune, Desa Taman Anyar. Wastan ipune Luh Sandat, sedek malali ka sisin pasihe ajak tunanganipune sane mawasta Gede Sura.
Gede Sura       :           Luh  dong tolih ombake magulung-gulung! Kadirasa ia milu ngrasayang rasa liang sane rasayang beli jani.(Gede Sura ngisi liman Luh Sandate).Makelo iraga suba matunangan, nanging mara jani Luh nyak ajakin beli malali
Luh Sandat      :           Tusing ja keto Beli. Elek atin tiange tepukina teken pisagane, rerad-rerod di margane paduanan. (Luh Sandat menahin bokipune ane kaampehang angin).
Gede Sura       :           Beh…nguda misi elek-elek keto, suba liu anak nawang iraga matunangan. Ngoyong malu dini nah Luh, beli kal meli jagung malu! Ditu asane ada dagang jagung. (majalan ngalahin ngojog dagang jagung).
Luh Sandat      :           (Negak padidian diduur biase sambilanga bengong ngenehang daya lakar ngorahang unduk dewekne suba beling ).
Gede Sura       :           (Teka ngaba jagung,tur ngetagin Luh Sandat ane sedek bengong )
Luh Sandat      :           peh beli ne…..tengkejut tiang beli. kaden tiang nak nyen!
Gede Sura       :           Dadi luh bengong? Ada ane sedeng pikir Luh ne?
Luh Sandat      :           Sing Beli….
Gede Sura       :           Ne Luh..Daar malu jagunge, pang sing enggal dingin.
Ajak dadua      :           (Ngedaar jagung, tur saling macanda).
Luh Sandat      :           Beli jalan ja mulih, rasane gumine suba ngansan sanja!
Gede Sura       :           Ngoyong ja biin kejep luh.!!! Tumben malali da nak e nagih mulih dogen! (Gede Sura ngalemesin luh Sandat).
Luh Sandat      :           Mai anake mulih Beli..padalem meme padidiana ngae canang, Tiang masi tonden meli bunga anggon nanding canang!
Gede Sura       :           Nah…lamun keto jalan jani mulih.(ajak dadua madandan majalan mulih, di jalane Luh Sandat lantas meli bunga).
Luh Sandat      :           (Macelap mulihan tusing atehina baan Gede Sura, latas kacapatin baan memene).
Meme              :           Mara teka luh, Gede dija ya?
Luh Sandat      :           Beli Gede langsung mulih, Mara atehina neked diwangan dogen.
Meme              :           Ye…dadi tusing orahin singgah? Buin mani orahin nae ya singgah! Bin jep barengin meme nyait canang nah!
Luh Sandat      :          Nah me! antiang malu, tiang ngejang bunga malu me (Luh Sandat ngejang
                                    bunga, lantas maekin memene).
Meme              :           Dini negak luh, disamping meme! Ada ane lakar takonan meme abedik.
Luh Sandat         :       Ape me? (luh sandat negak disamping memene laut nyemak tatuesan canang. Sakewala ipun bengong, tusing ada canang sane pragat kajait olih luh sandat, manah ipune nrawang)
Meme              :           Luh, kenken adi bengong buka keto?
Luh Sandat      :          Sing me, sing kenken.
Meme              :           Luh, meme suba nawang paundukan iluhe. ne mara meme suba nigehan                                               ortan iluhe ajak I Gede Sura…
Luh Sandat      :           (nengil, nguntul tur yeh panyingakanne ngembeng)
Meme              :           Orahin meme luh, Nyen anak muani totonan? Tusing, I Gede, Luh?                                                 Orahang dogen ajak meme Luh, jele melah iluh e meme mase ngelahang.                                          Orahang luh…
Luh Sandat     :           Sing me, tiang sing nyidang ngorahang. Sampunang tiang paksane me!
Meme             :           Men, kenkenan yan suba liu anake nawang? tusing ngidang lakar ngengkeban basang iluhe sane ngancan ngedenan ento. Yen tawange ken Bapan iluhe, bisa cacak,e luh,luh!
Luh Sandat      :           Me, diolas (ngeling sigsigan, madiolas) sampunang paksane tiang me. Tiang tusing nyak ada anak lenan nawang, nyen ja tur da paksaa tiang ngorahang ne melaksane kene ken tiang.
Meme              :           Ne penting luh! Nyen ane lakar ngakuin panak luhe? Nyen ane lakar bertangung jawab tur ngelindungin iluh lan panak iluh,e?
Luh Sandat      :           Pelindung? pelindung orang meme? Ane bertangung jawab teken kulawarga? meme engsap teken kurenan meme. Tingalin bapa me. Apa sane gaenange iraga teken bapa me? metajen dogen teken ngusapin-ngusapin siap dogen geginane sebilang wai. Tiang tusing nyak cara meme, sewai-wai ngadep canang apang paon iragane tetep makudus, sing me, tiang sing nyak. Tiang ane lakar nyalanin niki padidian.
Meme              :           Aduh, dewa ratu, iluh pianak meme. Tawang luh ane orang luh to?
Luh Sandat      :          Me, ampurayang tiang me, da ja paksane tiang, diolas me, da paksane tiang buin!Tiang tusing ngidang ngorahang jani, elek tiang me.
Meme              :           Nah..yening Iluh Tusing nyak ngorahang jani, barengan meme malu nanding canang, bendan ja Iluh siap Meme nyen orin si malu..!
         Buin manine I Gede Sura ka umah Luh Sandate lakar mastiang undukne Luh Sandat.
Luh Sandat      :           ye…Beli Gede…suba antosange teken meme ajak bapa di bale daja.
Gede Sura       :           (Tusing mesaut langsung ka bale daja)
Bapa                :           Negak malu de, kenken ne De…Luh Sandat suba beling ne, sawireh cai                                           tunangan ne. Pasti suba cai ane ngelah belingane.
Gede Sura       :           Sepatutne tiang sane matakon pa. (mamunyi nengkik). Nyen jelema sane                                         sujatine suba melingan luh sandat? Tiang merasa lek, sebilang tiang                                        mentas dirurunge kadirasa onyangan kramane masasimbing tur                                                       ngomongan tiang.Sakewala sujatine tiang sing nawang apa.
Bapa                :           Eda ja munafik keto de, akuin gen. Bapa sing kenken (Mataeg, cara anak suud matuakan, muane barak) Bapa lakar setuju gen, cai nganten ngajak luh sandat.
Gede Sura       :           Suba orang tiang pa, anak tusing tiang, tusing pa. Sampunang bapa ngawag ngeraos ane tidong-tidong, ngraosang tiang ane boya-boya. Anak tusing tiang ane melingan luh sandat. Cutetne tiang tusing nyak ngakuin beling ne luh sandat. Bapa kengken ne, punyah?
Bapa                :           (Mataeg) Bapa sing punyah, naar tuak gen busan abedik, suud matajen suud matajen busan (mataeg) kene de, kaden cai ajak dadua suba makelo matunangan? Nyen men buin ne melingin luh sandat, yen sing cai? Jeg antenan ya de! cai sing tresna ajak pianak bapane?
Gede Sura       :           Tusing keto pa. Niki maosang prinsip miwah kapatutan. Salingke melingan, kadirasa niman gen tiang tusing taen. Jani Bapa ngorahin tiang ngakuin panak ane tusing gelah tiange. Tusing sangup tiang pa. Luh (nolih luh sandat) Dadi ati luh nyakitin atin Beline. Tusing sajan luh inget teken semayane ipidan? Semayan iluhe ane ngorang lakar satia ajak beli, sujatine tuah dimunyi, tusing lakar taen mabukti.
Luh Sandat      :           (Sebet lan sakit) Beli sampunang ngraos buka keto! raos beline to nyakitin keneh tiange. tiang...
Gede Sura       :           Men... kaden iluh, luh tusing nyakitin Beli? luh suba nyakitin Beli. parilaksanan luh,e kadirasa nguwek tangkah beline! luh sandat, luh sandat (makenyem sinis) luh, kaden beli iluh anak luh kalem lan polos, nanging ne jani iluh tan bina sakadi baluan, tusing ngidang buin beli percaya ngajak iluh. jani orahang ken beli luh. Nyen muani ento? (luh sandat nengil sambilanga ngeling sigsigan) orahang luh, eda nengil dogen! (Gede sura bangras)
Meme              :           Eda ketyange panak Memene De…iya mula pelih, nanging cai tusing patut ngetiang panak Memene. Luh orahang luh, eda menep keto. Yen Iluh nengil gen. Kal sing mragatang apa!
Luh Sandat      :           Tiang tusing ngidang, Beli...tusing ngidang Me..
Gede Sura       :           Kenken sejatine keneh iluhe? ngudiang iluh ngengkeban anak muani totonan? apa iluh mula saja tresna ajak ia?
Meme              :           Da ketiange ya De…!
Luh Sandat      :           Beli, boya ja tiang tresna nanging tiang durung sanggup nyritayang unduke puniki. diolas sampunang paksane tiang, Beli. Tiang tusing sangup ngorahang!
Gede Sura       :           Luh! (nengkik) da matiange beli baan parilaksanan iluhe ane buka kene. Orahang luh. Orahang!
Luh Sandat      :           Sing beli, sampun orahang tiang. Sing sangup tiang ngorahang beli.
Gede Sura       :           Cingak pa. Cingak me. Ia tusing nyak ngorahang nyen anak muani totonan! Bapa ajak meme suba nakonan?
Meme              :           Meme nak suba man matakon De, sakewala iya mendep dogen.. sangkale jani Gede sekenan Meme nakonan..
Gede Sura       :           Nah... Yen luh nu masi mendep Beli tusing ngidang ngorahang apa-apa buin. Ne jani suud ba raga matunangan. Beli boya ja wadah lulu, disubane anak len man nyicipin manis tebune, jani beli bang luh ampasne. Beli tusing nyak Luh..Me, pa alih suba anak muani ane enyak ngakuin beling luh sandate! utawi alih anak ane melingan luh sandat. Nanging eda tiang pa. Tiang tusing sadia nganggon luh sandat kurenan. Beli mapamit luh, engsapan suba tresnan iragane ipidan (nolih luh sandat negak sambilange ngeling, lantas magedi kairing baan rasa pedih,sebet miwah gedeg).
Luh Sandat      :           Beli…
Gede Sura       :           (Sing masaut tur nampokang liman Luh Sandate laut magedi)
Bapa                :           Aaah Pengeng!! Busan matajen kalah. Haaahh... Ngadenan pules gen ba. Ba, eda ngeling gen terus luh, ba peteng. Ngadenang nyai ngae canang gen ngajak memen nyaine. (sambilanga menehang sarungne, uab-uab lan srandang-sradeng macelep ka kamar sambilanga magending-gending)
Meme              :           (Maekin luh sandat tur ngelut pianak ipune, sane enu ngeling sigsigan) Meme nawang luh, masalah nenenang mula baat. Sakewala luh arus kuat luh tusing dadi lemah, nu ada meme ane nyayangin iluh. (luh sandat ngeling sigsigan, laut masare ring pabinan memene).
Men Putu        :           (Buin mani, sanjane Men putu makaengan ulian daganganne udu, tusing ada nak meli) Aduuh.. Dewa Ratu! Dadi kene sepi gumine? uli tuni tusing ada anak mablanja. Kenken nenenan....
Luh Sandat      :           (Teka maekin warung men putu) mek... wenten rujak poh? Dot pesan tiang naar rujak poh.
Men Putu        :           Ada luh... Dong ditu pilihin! dadi tumben meli rujak luh, engkene ngidam?
Luh Sandat      :           (jeg makleteg bayune luh sandat, tur masaut) tusing ja mek, tumben gen ja makita! men aji kuda ne makejang mek?
Men putu        :           Amonto gen luh? aji telung tali onyangan. (luh sandat mayah, lantas majalan ka tukade)
Men putu        :           Apin kenken nekepin andus, makelo-kelo pasti ja kal makudus. sajan cerik-cerik cara janine! tusing dadi orahin...mimih… enggal gati sanja gumine jani, mase tusing ada nak meblanja. Metutup gen ba nih..
Luh Sandat      :          (neked di tukade Luh Sandat nagak di duur batune di sisin tukade sambilanga makeneh-keneh teken awak ne lara, suba beling tusing ada nak ngakuin, buin kaparikosa olih muani jele, muani bajingan) duh..Hyang Widhi karma napi sane jalanan tiang mangkin? Nguda kene nasib tiange? Napi pelih tiange? Hyang Widhi tiang leteh..tiang kotor..panak nenenan,panak bapa..muani terkutuk..muani ane ngrampas kasucian tiange pianakne padidi.(Luh Sandat inget teken undukne kaparikosa olih bapan ipune tur makaik disisin tukade) tusing amonto dogen kalaran tiange,sesampun beling tiang kaparikosa olih muani-muani bejat! Hyang Widhi tiang nista…mangkin tiang sampun tusing sanggup. Mangkin lakar puputin tiang. Ampurayang tiang Hyang Widhi, ampurayang tiang Me..
Bapa                :          (Mara teka uli matuakan,punyah tur mamunyi  ngacuh,tur langsung mageblung ulung di bataran balene)
Luh Sandat      :           (Sasampune peteng luh sandat ngintip-ngitip bapane sane sedek mesare di bataran balene, ipun ngaba tiuk lantas nusuk tangkah bapane, ngoban luh sandatne seming, kenyemne pait. Lantas nyabut tiuk ane matancep di tangkah bapane laut adeng-adeng majujuk) Hyang Widhi ampurayang tiang, mangkin sampun puput, sampun puputin titiang .( Nusuk tangkahne padidi, ulung sampun padem)

PUPUT
                                 

            Inggih kadi asapunika kaatur , menawite wenten kakirangannyane titian sareng sami nglungsur gengrena sinampura. Puputan titian antuk pramasanthi.

OM SANTHI, SANTHI, SANTHI OM