"OM AWIGNAMASTU NAMA SIDDHEM OM SWASTIASTU" SEMOGA SEMUA DALAM PERLINDUNGAN TUHAN, SELAMAT MEMBACA DAN SEMOGHA BERMANFAAT.jangan lupa kunjungi videobsaya di link https://youtu.be/-UJdPDAjETM

1/18/2013

TEORI TERJEMAHAN & JENIS-JENIS TERJEMAHAN



Surtiati dalam Safrina (2001:28) menjelaskan bahwa menerjemahkan adalah memahami dan membuat paham orang lain. Syarat utama untuk dapat memahami kemudian menceritakannya kembali dalam bahasa sasaran. Dari situ dapat dilihat bahwa, melalui perubahan bentuk bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, maknalah yang harus dapat dipentingkan atau dipertahankan oleh penerjemah.
Menerjemahkan ialah mengalihbahasakan suatu tulisan atau pembicaraan dari suatu bahasa ke bahasa yang lain. Terjemahan juga merupakan hasil karya menerjemah. Menurut Widyamataya (1989:14) menerjemahkan karya sastra adalah mencari padanan unsur seninya yang bervariasi sesuai dengan jenis sastra yang diterjemahkan.
Nida dan Chaveles dalam Seni Menerjemahkan (1989:11) menjelaskan bahwa menerjemahkan merupakan kegiatan menghasilkan kembali  dalam bahasa penerima  yang secara sedekat-dekatnya dan sewajarnya sepadan dengan pesan dalam bahasa sumber, pertama-tama menyangkut maknanya dan kedua menyangkut gayanya. Secara lebih sederhana, menerjemahkan dapat didefinisikan sebagai memindahkan suatu amanat dari bahasa sumber ke dalam bahasa penerima (sasaran) dengan pertama-tama mengungkapkan maknanya dan kedua mengungkapkan gaya bahasanya.
Menerjemahkan merupakan kegiatan mengungkapkan kembali makna yang sama itu dengan menggunakan leksikal dan struktur gramatikal yang sesuai dalam bahasa sasaran dan konteks budayanya ( Larson , 1989:13)                                                                     
Moelyono dalam Safrina (2001:27) menyatakan penerjemahan pada hakikatnya mengandung makna memproduksi amanat atau pesan di dalam bahasa sumber dengan pandanagan yang paling wajar dan paling dekat di dalam bahasa sasaran, baik dari aspek arti maupun dari aspek langgam atau gaya.
Sejalan dengan pengertian di atas menerjemahkan juga berarti ilmu yang menelaah metode dan teknik penggalian amanat dari satu bahasa ke bahasa lainnya
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam menerjemahkan ialah bahwa informasi yang terdapat dalam teks asli harus sama dengan kadar informasi yang terdapat dalam bahasa sumber harus diwujudkan kembali dengan cara paling wajar menurut aturan-aturan bahasa sasaran sehingga terjemahan tidak akan terasa sebagai terjemahan.
Menerjemahkan merupakan kegiatan menghasilkan kembali di dalam bahasa penerima yang secara sedekat-dekatnya dan sewajar-wajarnya sepadan dengan pesan dalam bahasa sumber, pertama-tama menyangkut maknanya dan kedua menyangkut gayanya, secara lebih sederhana menerjemahkan dapat didefinisikan sebagai memindahkan suatu amanat dari bahasa sumber ke bahasa penerima (sasaran) dengan pertama-tama menyangkut maknanya dan kedua mengungkapkan gaya bahasanya.

Jenis-jenis Terjemahan                                                                                       
            Telah diketahui bahwa dalam proses terjemahan ada dua teks, yaitu teks bahasa sumber (BSu) dan teks bahasa sasaran (BSa). Setiap teks BSu bisa disampaikan ke dalam BSa, baik secara lisan maupun tertulis. Salihen (2006:31-830 menyatakan bahwa jenis-jenis terjemahan menurut cirri-ciri dan fungsi masing-masing dapat dibedakan atas, terjemahan menurut ragam bahasa, menerjemahakan menurut bentuk teks, dan menerjemahkan menurut hirarki.
1.     Terjemahan menurut ragam bahasa
Teori umum terjemahan melahirkan bagian-bagian yang khusus yang masing-masing mempunyai spesifikasi ragam bahasa yang satu maupun yang lain. Jenis terjemahan menurut ragam bahasa terdiri beberapa ragam yaitu: sastra, jurnalitik, surat kabar, ilmiah dan dokumen resmi. Setiap ragam ini memiliki bagian-bagian tersendiri, yaitu :
-   Sastra memiliki bagian yaitu: prosa, puisi, drama.
-   Jurnalistik memiliki bagian yaitu: oratoria, esai, artikel.
-   surat kabar memiliki bagian yaitu editorial, headline, arrtikel,   berita  singkat, iklan, pengumuman.
-   Ilmiah memiliki bagian yaitu: rangkaian ujaran, penggunaan istilah, pola kalimat (postulat, argumen, formula), sitiran/nukilan, catatan bawah (foot-note), referensi.
-  Dokumen resmi memiliki bagian yaitu: dokumen bisnis, dokumen undang-undang, dokumen diplomatis, dokumen militer.
2.   Terjemahan menurut bentuk teks
Jenis terjemahan menurut bentuk teks ini dapat dibedakan menjadi 2 ( dua), yaitu: terjemahan lisan dan terjemahan tertulis. Kedua ini merupakn terjemahan semua ragam bahasa. Terjemahan lisan dibedakan atas terjemahan lisan konsekutif (disampaikan berurutan per kalimat dan terjemahan lisan simultan).
3.     Terjemahan menurut hirarki bahasa
Secara umum diketahui bahwa terjemahan sebagai proses penggantian teks dalam satu bahasa ke bahasa lain tanpa mengubah tinggkat isi teks asli. Perlu dipahami, tugas penerjemah dalam melakukan pengalihbahasaan adalah mencari dalam teks BSu satuan-satuan minimal yang layak diterjemahkan. Misalnya dari satuan terkecil yaitu morfem, tingkata kata, tingkat kata-kata (RK), tingkat kalimat, bahkan tingkat teks.
a.      Terjemahan di tingkat fonem
Fonem adalah bunyi bahasa yang minimal yang bukan pengemban makna. Terjemahan di tingkat ini secara prinsipil berbeda dengan jenis-jenis terjemahan lainnya, sebab fonem bukan pengemban makna.
Contohnya : kata agung, bisa diartikan nama seseorang, bisa juga diartikan sesuatu yang besar. Jadi terjemahan ini biasanya disesuaikan dengan konteks BSu.
b.     Terjemahan di tingkat morfem
Terjenahan di tingkat morfem berbeda dengan terjemahan di tingkat fonem. Morfem merupakan suatu bahasa tekecil yang mempunyai makna. Satuan terjemahan ternyata juga morfem, yakni setiap morfem dalam BSu berbeda dengan morfem dalam BSa.


c.      Terjemahan di tingkat kata
Jenis terjemahan ini lebih sering digunakan daripada jenis terjemahan di tingkat fonem atau morfem. Meski demikian, penggunaan terjemahan di tingkat kata sangat terbatas. Biasanya hanya sebagian dilakukan di tingkat kata, sebagian yang lain dilakuakan di tingkat yang lebih tinggi.
Contohnya    :  Kaka saya sudah datang dari jawa                     
Terjemahan   :  Rakan titiange sampun rauh saking Jawi
d.     Terjemahan di tingkat RK (rangkaian kata-kata)
Terjemahan di tingkat RK ini biasanya merupakan RK idiom atau kontraksi RK yang mapan, yang terkait dengan fraseologisme-makna ke dalam RK, karena penerjemahan per kata di sini tidak mungkin dilakukan dan secara keseluruhan RK bertindak sebagai satuan terjemahan.
e.      Terjemahan di tinggkat kalimat
Terjemahan di tinggkat kalimat biasanya lebih mementingkan makna dari BSu. Terjemahan ini dilakukan perkalimat bukan per kata sesuai dengan makna bahasa sumber.
Contohnya            :  Jangan sering bermain api
Terjemahannya     Sampunang pepes maplayan api
f.      Terjemahan di tingkat teks
Terjemahan di tingkat teks adalah menerjemahkan teks secara keseluruhan, yaitu mengelompokkan kalimat-kalimat mandiri atau menrjemahkan secara keseluruhan dari teks tersebut sesuai dengan makna bahasa sumber.
Contohnya           :   Saya benama I Made juliadi. Saya berasal
      dari Tista, Kecamatan Abang Amlapura, saya bekerja
       di SMK Negeri 2 Denpasar. Saya masih lajang.
Terjemahannya    :  
  Wastan titiang  I Made juliadi.Wit titiang saking Tista, Kecamatan Abang Amlapura, titiang makarya ring SMK Negeri 2 Denpasar. Saya masih lajang.

4.  Terjemahan Menurut Tingkat Isi
Terjemahan menurut tingkata isi yaitu cara menyampaikan isi teks BSu ke dakam BSa demi tercapainya hasil terjemahan yang memadai, yang kuat. Terjemahan kuat yaitu terjemahan yang dilakukan pada tingkat yang diperlukan, yang cukup tepat menyampaikan isi BSu dengan mematuhi norma-norma BSa.
Selihen (2006:45-48) menyatakan bahwa terjemahan menurut tingkat isi dapat dibedakan menjadi: (a) ekuivalensi, (b) analog, dan (c) teknik terjemahan.
a.      Ekuevalensi (equevalent)
Terjemahan ekuevalensi adalah padanan-padana regular yang bermakna sama, biasanya tidak tergantung pada konteks. Yang termasuk ke dalam kelompok ekuevalensi adalah beberapa istilah, yaitu istilah yang memppunyai satu makna, baik dalam bahasa yang satu, maupun yang lain. Di antara satuan-satuan bahasa bebagai bahasa ada hubungannya timbale balik kesamaan makns bahasa sumber dengan bahasa sasaran.
b.     Analog (analogue) atau variasi padanan
Teori analog adalah hasil terjemahan menurut analogi (menurut persamaan) dengan cara memilih dari deret sinonim satu dari beberapa yang mungkin. Teori terjemahan ini ditentukan oleh konteks yang mungkin. Ciri-ciri  yang terletak pada dasar skema klasifikasi dimana padanan-padanan satu makna atau aneka makna, di satu pihak, dan ketergantungan pada konteks, di pihak lain, sama sekali tidak selalu bertepatan.
Dengan demikian, jenis-jenis padanan analog adalah metode terjemahan yang refresentatif, yakni cara menemukan padanan makna atau padanan formal dengan mencarinya di kamus atau dalam konteks, namun tidak hanya terbatas pada yang representatif saja.
c.      Teknik Terjemahan
Ada sejumlah teknik yang dapat digunakan dalam menerjemah suatu bacaan, yaitu: (1) Terjemahan Harafiah (Literal Translation), (2) Substitusi (Substitution), (3) Terjemahan Bebas (Free Translation), (4) Parafrasa (Paraphrase), (5) Penggantian (Replacements), (6) Penambahan (Additions), (7) Penghilangan (Omissions/dropping), (8) Kompresi (Compression), dan (Derivasi Sintaksis ( Syntactic Derivation).

(1)  Terjemahan Harafiah (Literal Translation)
Terjemahan harafiah yaitu terjemahan yang hasil realisasinya berada di bawah standar, yakni di bawah hasil terjemahan yang cukup menyampaikan informasi teks BSu ke dalam teks BSa dengan mematuhi norma-norma BSa. Biasanya terjemahan ini dilakukan di tingkat kata sehingga tidak jarang menghasilkan terjemahan semu.
            Contohnya                  :  Dia cantik sekali
            Terjemahannya           :   Ipun ayu pisan

(2)  Substitusi (Substitution)
Subsitusi adalah proses terjemahan yang realisasinya dilakukan melalui jalan dari bentuk BSu ke bentuk BSa dengan melewati makna. Terjemahan ini termasuk ke dalam terjemahan harafiah, karena penerjemahannya dilakukan di tingkat kata.

(3)  Terjemahan Bebas (Free Translation)
Terjemahan bebas adalah terjemahan yang dilakukan di tingkat satuan-satuan bahasa, seperti kalimat atau teks secara keseluruhan. Misalnya kalimat bahasa Indonesia, ‘’Dia menangis’’, sebenarnya bisa saja diterjemahkan ke dalam bahasa Bali ditingkat kata, ‘’Ida nangis’’ dan merupakan terjemahan yang adekuat. Tapi, penggemar terjemahan bebas mungkin akan menerjemahkan sebagai berikut: ‘’Ida nangis riantukan ajin idane seda’’.

(4)  Parafrasa (Paraphrase)
Terjemahan dengan teknik paraphrase yaitu menerjemahkan dengan cara mengetahui situasi riil yang digambarkan dalam teks BSu. Situasi riil seperti itu sering merupakan kunci yang secara absolute penting untuk mengungkapkan makna kata-kata ataupun ungkapan-ungkapan yang satu atau yang lain dari sudut pandang gambaran situasi. Mencari kata-kata dalam terjemahan ini harus dengan makna dari BSu.


(5)  Penggantian (Replacements)
Terjemahan dalam teknik penggantian ini mengenai satuan-satuan gramatikal (kelas kata, bagian kalimat), satuan-satuan leksikal (kata-kata tertentu) dan konstuksi-konstruksi kalimat.

(6)  Penambahan (Additions) 
Penambahan leksikal dalam teks BSa biasanya diperlukan kalau maksud isi teks BSu diungkapkan dengan sasaran lain, termasuk dengan sasaran gramatikal.

(7)  Penghilangan (Omissions/Dropping)
Tehnik penghilangan dalam proses trjemahan adalah membuang kata yang berlimpah yang biasanya ditemukan dalam kalimat-kalimat yang mengandung pasangan –pasangan sinonim atau kesamaan kata.

(8)  Kompresi (Compression)
Tehnik kompresi adalah teknik dengan buah pikiran yang sama bisa diungkapkan dengan berbagai cara yaitu mengurangi leksikal demi tercapainya pemadatan teks terjemahan dengan tidak mengubah makna dari BSu tersebut.

(9)  Derivasi Sintaksis (Syntactic derivation)
Derivasi Sintaksis adalah proses membentuk berbagai konstruksi sintaksis dengan cara transpformassi konstruksi inti. Dalam proses terjemahan, derivasi sintaksis mengubah posisi bagian kalimat yang satu atau yang lain. Tehnik derivasi menyangkut operas ”aktif-pasif”.

BAHASA IKLAN PENAWARAN PADA MEDIA CETAK


Dalam buku Materi Pelatihan Terintegrasi yang berjudul Pengembangan Keterampilan Menulis I disebutkan kriteria bahasa iklan penawaran yang berbentuk iklan baris  yaitu seperti berikut ini.


a.      Bersifat komunikatif
Komunikatif berarti maksud yang terkandung dalam iklan tersebut langsung bisa ditangkap oleh pembaca. Pembaca tidak merasa kebingungan atau tidak paham terhadap istilah kata atau singkatan yang ada dalam iklan tersebut. Hal yang sama dikemukakan oleh Wahono penggunaan bahasa iklan yang komunikatif artinya maksud yang terkandung dalam iklan itu langsung dapat ditangkap pembaca (2005:35).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan penggunaan bahasa yang komunikatif artinya maksud yang terkandung dalam iklan langsung dapat ditangkap pembaca tanpa merasa kebingungan terhadap istilah atau singkatan yang ada dalam iklan tersebut.
b.     Singkat
Syarat singkat dalam penulisan iklan penawaran yang berbentuk iklan baris di surat kabar terutama berkaitan dengan penghematan biaya. Penggunaan bahasa yang singkat menjadi penting keberadaannya. Untuk mewujudkan penulisan iklan yang singkat dapat ditempuh dengan dua cara yaitu dengan menggunakan kata-kata yang amat penting saja dan dengan menggunakan singkatan-singkatan.
c.      Lengkap
Pengertian lengkap di sini mencakup tersedianya informasi yang dibutuhkan oleh pembaca iklan. Dalam sebuah iklan paling tidak ada dua atau tiga unsur yang harus dicantumkan yaitu sesuatu yang diiklankan, pihak yang mengiklankan, dan alamat yang dapat dihubungi. Jika dua atau tiga unsur tersebut sudah dicantumkan, iklan tersebut berarti sudah memenuhi standar minimal kelengkapan. Akan semakin baik jika dua atau tiga unsur tersebut diperluas sehingga semakin banyak informasi yang dapat diberikan kepada pembaca iklan. Menurut Wahono (2005:35) pengertian lengkap menunjukkan tersedianya informasi yang dibutuhkan oleh pembaca iklan.
Berdasarkan pendapat di atas disimpulkan pengertian lengkap artinya lengkap menunjukkan tersedianya informasi yang diperlukan oleh pembaca.   
Selain itu perlu diketahui bahwa isi sebuah iklan harus objektif, jujur, singkat, dan jelas, tidak menyinggung golongan tertentu atau produsen lain, serta menarik perhatian banyak orang. (Intan Pariwara, 2005:188).

PEMAHAMAN TENTANG KONSEP BELAJAR DAN PEMBERIAN PENGUATAN

1.     Pengertian Mengajar
T.Raka Joni dkk. Berpendapat bahwa mengajar adalah menyediakan kondisi yang seoptimal-optimalnya bagi terjadinya proses belajar. Kondisi yang diamksudkan diharapkan dapat memberikan berbagai kemudahan serta dapat memacu terjadinya proses belajar (T. Raka Joni, 1985:12).
Sumarsono mengemukakan pendapat mengenai mengajar sebagai berikut. Mengajar bukanlah memberikan atau mengalihkan ilmu pengetahuan, tetapi menciptakan lingkungan-lingkungan yang kondusif. Peristiwa belajar terjadi apabila subjek didik secara aktif berinteraksi dengan lingkungan belajar yang teratur oleh guru atau pengajar (Sumarsono, 1985:18).
Selanjutnya S. Nasution mengatakan Mengajar adalah suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkugan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak sehingga terjadi proses belajar “(S.Nasution, 1982:3).
Melihat ketiga pendapat di atas ternyata pengertian mengajar tidaklah jauh berbeda. Ahli-ahli tersebut sependapat bahwa mengajar itu bukan hanya upaya guru untuk menyampaikan bahan atau materi pelajaran, tetapi bagaimana siswa dapat mempelajari bahan atau materi pelajaran itu secara baik. Dengan perkataan lain, mengajar adalah upaya guru untuk menciptakan situasi dan kondisi yang seoptimal-optimalnya agar siswa mau belajar. Memotivasi siswa agar siswa itu mau belajar adalah tugas guru yang amat sukar atau sulit. Untuk itu dituntut kemampuan seorang guru betul-betul dapat menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimilikinya.

2.     Prinsip-Prinsip Mengajar
Mengajar merupakan suatu tugas yang tidak ringan bagi seorang guru. Salah satu tugas yang sangat berat bagi seorang guru adalah membelajarkan siswa agar siswa mau belajar. Sebab siswa mempunyai latar belakang yang berbeda-beda antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Perbedaan itu baik dalam hal ekonomi, kemampuan, bakat, minat, dan sebagainya. Oleh karena itulah, siswa-siswa disebut sebagai individu yang unik, seperti yang dikatakan oleh (Ny. Roestiyah, 1982 : 2).
Mengingat tugas yang berat ini, guru yang mengajar di depan kelas harus mempunyai prinsip-prinsip mengajar yang jelas dan harus dilaksanakan seefektif mungkin. Adapun prinsip-prinsip mengajar itu seperti yang dikemukakan oleh Roestiyah yakni: perhatian, aktivitas, apresepsi, peragaan, repetisi, korelasi, konsentrasi, sosialisasi, individualisasi, dan evaluasi (Roestiyah, 1982 : 8).

3.     Keterampilan-keterampilan Mengajar
Pendapat yang menyatakan bahwa mengajar adalah proses penyampaian atau penerusan pengetahuan sudah ditinggalkan oleh banyak orang. Ini berarti guru di dalam mengajar bukan semata-mata menyampaikan materi pelajaran saja, bahkan yang lebih penting adalah bagaimana mengusahakan agar materi yang disajikan guru cepat dimengerti dan diminati oleh siswa. Dengan demikian seorang guru didalam melaksanakan proses belajar-mengajar haruslah memiliki banyak keterampilan mengajar, hal ini sesuai dengan pendapat D.N.Pah yakni mengajar adalah perbuatan yang kompleks, yaitu penggunaan secara intergratif sejumlah keterampilan untuk menyampaikan pesan atau bahan (D.N. Pah, 1983:1).
Allen dan Ryan (dikutip oleh T. Raka Joni dkk) mengemukakan pendapat tentang keterampilan-ketrampilan mengajar sebagai berikut.
1.     Variasi stimulus (Stimulus variation)
2.     Siasat memulai / membuka pelajaran (set induction)
3.     Siasat menutup pelajaran (closure)
4.     Isyarat / sasmita (silence and non verbal cues)
5.     Dorongan terhadap partisipasi siswa (reinforcement of student partisipation)
6.     Kepastian bertanya (fluence in asking questions)
7.     Pertanyaan menggali atau melacak (Probing Question)
8.     Pertanyaan tingkat tinggi (Higher Order Question)
9.     Pertanyaan divergen (Divergen Question)
10.  Mengenali tingkah laku yang tampak (Rokoonizingattenending Behavior)
11.  Pengilustrasian dan penggunaan contoh (Ilustrating and Use of Example)
12.  Berceramah (Lecturing)
13.  Pengulangan yang direncanakan (Planed Repetiton)
14.  Kelengkapan berkomunikasi (Completeness of comunication )
(T. Raka Joni, dkk. 1985 : 18)
Supaya dapat menjadi seorang guru yang profesional, maka dia harus mengetahui dan mampu menerapkan atau melaksanakan keterampilan-keterampilan di atas secara baik. Sebab tanpa adanya kemauan dan tekad untuk menerapkan keterampilan-keterampilan mengajar tersebut, maka kemungkinan besar seorang guru akan mengalami kegagalan dalam proses belajar-mengajar.

4.Hakikat Belajar
Definisi tentang belajar banyak dikemukakan oleh para ahli dengan rumusan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena pandangan atau tujuan mereka berlainan.
S. Nasution mengemukakan pendapat tentang belajar sebagai berikut. Belajar adalah suatu proses perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan saja, melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang. (Nasution, 1982:39).
Pernyataan di atas mengandung arti bahwa belajar itu menyebabkan adanya perubahan tingkah laku pada diri siswa. Perubahan itu dapat berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai. Kalau siswa tersebut belum menunjukkan perubahan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari maka anak yang bersangkutan perlu mengalami proses belajar.
Rohman Natawijaya (dikutip oleh Ali) berpendapat tentang belajar sebagai berikut. Belajar adalah peristiwa yang terjadi dengan disadari. Artinya seseorang yang terlibat dalam peristiwa itu pada akhirnya menyadari bahwa dia telah mempelajari sesuatu. Dalam praktik di sekolah, hal itu berarti bahwa siswa menyadari bahwa ia telah mengalami sesuatu terjadinya suatu perubahan (Mohamad Ali, 1983:37)
Di samping kedua pendapat ahli di atas, ada juga yang mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang terjadi dalam diri manusia dan berlangsung sepanjang hayat.
Batasan ini mengandung arti bahwa manusia di dalam kehidupannya atau selama manusia masih hidup harus tetap belajar. Hal ini dikenal dengan konsep pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup (Life Long Educatiaon).
Berdasarkan ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang dan berlangsung sepanjang hayat.

5.Pola Interaksi Belajar-Mengajar
Belajar dan mengajar merupakan dua kegiatan yang berbeda tetapi apabila keduanya dihubungkan akan merupakan dua kegiatan yang sejalan dan searah. Ini berarti  kegiatan belajar dan mengajar adalah suatu proses dan kegiatan yang tidak terpisahkan satu dengan yang lain.
T. Raka Joni dkk. Mengemukakan pendapat tentang proses belajar-mengajar sebagai berikut. Dalam proses belajar-mengajar subjek didik atau subjek belajarlah yang primer. Ia yang primer. Ia yang berkepentingan. Ia yang membutuhkan. Ia sendiri pula yang akan menentukan berhasil tidaknya usahanya. Dalam hal belajar subjek yang bersangkutan tidak dapat meminta orang lain untuk mengambil alih tugasnya. Ia tidak dapat “memborongkan” tugas ini kepada orang lain untuk kepentingan dirinya. Tugas itu harus dilakukannya sendiri (T. Raka Joni, dkk. 1985:12-13).
Demikian halnya dengan seorang guru yang melaksanakan proses belajar-mengajar. Kita akan dapat melihat pola tertentu yang dilakukan oleh seorang guru misalnya guru selalu duduk posisinya pada saat belajar. Pola semacam ini seharusnya dihindari oleh seorang guru (ingat prinsip-prinsip mengadakan variasi).



6.     Pengertian Keterampilan Memberikan Penguatan
Variasi dalam kegiatan belajar-mengajar yang dimaksudkan disini adalah sebagai proses perubahan dalam pengajaran, yang dapat dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu: pengauatan verbal dan penguatan non verbal, variasi dalam gaya mengajar dan penggunaan pemberian pengauatan.
Keterampilan mengajar dengan melakukan variasi telah dikenal sejak lama dan dianggap sebagai keterampilan yang amat penting untuk dikuasai dan dilaksanakan oleh seorang guru. Artinya keterampilan penguatan itu jangan hanya dimengerti atau dikuasai saja, tetapi yang lebih penting adalah guru tersebut mampu dan mampu menerapkan dalam proses belajar-mengajar. Dalam pelaksanaannya komponen-komponen memberikan penguatan ini memuat aspek-aspek keterampilan lainnya seperti variasi dalam memberikan penguatan (Reinforcement).
Dari uraian di atas dapat diartikan bahwa seorang guru di dalam melaksanakan proses belajar-mengajar, ia harus memiliki keterampilan-keterampilan mengajar yang memadai. Artinya seorang guru bukan hanya cukup memiliki satu keterampilan mengajar. Kalau seoarang guru hanya mengandalkan satu keterampilan saja, maka penulis yakin guru tersebut tidak akan berhasil menunaikan tugasnya yakni dalam proses belajar-mengajar.

7.Manfaat Keterampilan Mengadakan Penguatan
Keterampilan mengadakan penguatan dalam mengajar berhubungan dengan perubahan-perubahan atau variasi yang dilakukan guru dalam sajiannya dengan salah satu atau gabungan aspek- aspek mengajar sebagai berikut:
1)     Bertalian dengan meningkatkan perhatian siswa,
2)     Bertalian dengan memudahkan siswa dalam proses belajar-mengajar,
3)     Bertalian dengan memilihara motivasi.
Adapun manfaat keterampilan mengadakan penguatan (Reinforcement) bagi seorang guru sebagai berikut:
1)     Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek belajar-mengajar yang relevan.
2)     Untuk memberikan kesempatan berkembang bakat ingin mengetahui dan meyelidiki dari siswa tentang hal-hal yang baru.
3)     Untuk memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik.
4)     Untuk memberi kesempatan kepada siswa mendapatkan cara menerima pelajaran yang disenanginya.
5)     Untuk lebih meningkatkan kadar cara belajar siswa aktif (CBSA) proses belajar-mengajar dengan melibatkan siswa dengan berbagai pengalaman yang menarik dan terarah pada berbagai tingkat kognitif.
Mengingat manfaat keterampilan mengadakan penguatan (Reinforcement) sangat besar bagi guru di dalam mengajar disatu pihak, dan bagi siswa yang belajar dipihak yang lain, maka memang seharusnyalah guru menaruh perhatian yang baik untuk menerapkan atau mempraktikkan di dalam kelas. Janganlah beranggapan keterampilan ini sebagai sesuatu yang tidak bermanfaat atau sesuatu yang tidak  ada gunanya. Anggapan semacam ini merupakan kekeliruan yang sangat besar bagi seorang guru.Jadilah guru yang patut ditiru dan digugu!

8.Prinsip-prinsip Keterampilan Mengadakan Penggunaan Pengguatan
Seorang guru di dalam menerapkan keterampilan mengadakan penguatan (reinforcement) bukan hanya sekedar berbicara dan bertindak, melainkan dia harus memperhatikan dengan baik prinsip-prinsip yang mendasari keterampilan itu.Adapun tiga prinsip penggunaan penguatan yang dikemukakan oleh T. Raka Joni (1983:4) prinsip-prinsip tersebut yang harus diperhatikan oleh guru di dalam mengadakan keterampilan penggunaan penguatan sebagai berikut.
a.      Kehangatan dan Keantusiasan
Dalam memberikan penguatan hendaknya diwarnai dengan kehangatan dan antusiasme.suara, mimik,dan gerak badan guru adalah petunjuk adanya kehangatan dan keantusiasan sehingga penguatan yang diberikan akan menjadi lebih efektif.
b.     Makna
Siswa dapat mengerti dan menyakini bahwa ia patut diberi penguatan itu, karena sesuai dengan tingkah laku dan penampilannya. Seperti contoh yang dikemukakan oleh seorang guru. Bila guru mengatakan kepada siswa,’’Karangan Anda Sangat Baik”, padahal karangan tersebut bukanlah hasil karya siswa itu sendiri, maka penguatan yang diberikan tidak bermakna bagi siswa tersebut. Sebaiknya kepada siswa ini guru menyatakan,”karangan Anda akan lebih baik jika Anda berusaha sendiri”. Dengan cara ini penguatan yang diberikan itu wajar dan bermakna bagi siswa yang bersangkutan.
c.      Menghindari Penguatan Respon yang Negatif
Guru tidak boleh memberikan respon dan komentar yang negatif seperti menghina dan ejekan yang kasar terhadap siswa jika melakukan pelanggaran atau  menjawab salah pertanyaan yang diajukan.Seperti telah disinggung pada halaman yang lalu, guru cenderung untuk memberikan respon yang negatif daripada yang positif walaupun teguran dan hukuman tetap dapat digunakan mengontrol dan membina tingkah laku siswa. Akan tetapi,respons yang negatif dari guru yang berupa komentar bernada menghina, ejekan, kata-kata kasar, sindiran, dan sejenisnya, perlu dihindari karena akan mematahkan semangat siswa untuk mengembangkan dirinya. Oleh sebab itu,apabila siswa tidak dapat memberikan jawaban yang diharapkan, guru jangan langsung menyalahkan, tetapi memindahkan giliran untuk menjawab pertanyaan tersebut kepada siswa yang lain. Jika pertanyaan tersebut terjawab oleh siswa lain, maka siswa tadi tidak akan terlalu tersinggung harga dirinya, dan ia menyadari kesalahannya. Keadaan ini akan membawa atau membantu dirinya untuk tetap berusaha belajar sehingga, apabila mendapat giliran lagi. Ia akan mampu menjawabnya.

9.     Cara penggunaan pemberian penguatan
a.      Penguatan kepada pribadi tertentu
Penguatan harus jelas ditunjukan kepada siswa tertentu dengan menyebut namanya sambil memandang kepadanya.Penguatan ini akan kurang bernilai bagi siswa bila seorang guru mengatakan,”Tepat jawabanmu itu’’ sambil melihat ke luar kelas (mungkin ada sapi yang lewat).
b.     Pemberian  kepada kelompok kelas
Penguatan juga dapat diberikan kepada sekelompok siswa; umpamanya, apabila satu kelas telah menyelesaikan tugas dengan baik; maka guru memperbolehkan siswa bekerja bebas atau istirahat, tetapi dapat juga menggunakan keterampilan dasar mengajar memberi penguatan secara verbal (dalam bentuk kata atau kalimat) Seperti: “Bapak bangga dengan kelas ini.mudah- mudahan dapat dipertahankan untuk seterusnya. Mari kita bertepuk tangan’’.
c.      Pemberian penguatan dengan segera
Penguatan harus segera diberikan begitu tingkah laku atau respons siswa muncul.’’Oh, ya. Bapak atau ibu mengucapkan terima kasih atas karya kalian minggu yang lalu.’’Apakah ungkapan ini benar atau efektif?
d.     Penguatan tidak penuh
Jika siswa memberikan jawaban yang hanya sebagian saja benar, guru hendaknya tidak langsung memberikan respon menyalahkan siswa itu  Guru sebaiknya memberikan penguatan tidak penuh (parsial) “Ya, jawabanmu sudah baik, hanya masih perlu dikembangkan sedikit.’’ Tindakan guru selanjutnya adalah meminta siswa lain untuk menyempurnakan jawaban  temannya (keterampilan dasar bertanya apa yang digunakan?). Andaikan jawaban siswa yang bersangkutan sudah sempurna, maka siswa yang pertama tadi dapat mengetahui bahwa jawabannya tidak seluruhnya salah sehingga ia masih memiliki motivasi untuk berusaha menemukan jawaban yang sempurna.
e.      Variasi dalam penggunaan
Kalau setiap kali guru memberi penguatan dan kata yang dipakai ialah, “Bagus’’, maka lama-kelamaan kata ‘’bagus’’ ini tidak lagi bermakna bagi siswa. Hal ini berlaku pula pada penguatan dengan gerakan yang bersifat monoton, umpamanya hanya dengan mengacungkan ibu jari saja. Perlu ada variasi dalam penggunaan dan penentuan jenis komponen penguatan.

10.  Komponen-komponen Pemberian Penguatan
Keterampilan dasar mengajar memberi penguatan terdiri atas beberapa komponen (Subkomponen) yang perlu dipahami sehingga kelak dengan  terampil digunakan dalam proses belajar-mengajar. Komponen- komponen tersebut adalah sebagai berikut .
a.      Penguatan Verbal
Komentar guru berupa  kata- kata pujian, dukungan, pengakuan, dan dorongan yang digunakan untuk menguatkan tingkah laku dan penampilan siswa .Penguatan verbal ada dua bentuk, yaitu berupa kata - kata dan kalimat.
Penguatan verbal ada dua bentuk, yaitu berupa kata-kata dan kalimat.
1)       Penguatan kata-kata : bagus, ya, benar, tepat, bagus sekali, tepat sekali, dan lain- lain.
2)       Kalimat : Pekerjaan Anda baik sekali! Saya gembira dengan hasil pekerjaan Anda! Inilah contoh siswa yang patut diteladani oleh teman-teman sekelasnya.
b.     Penguatan berupa mimik dan gerak badan (non verbal)
Penguatan berupa mimik dan gerak badan antara lain seperti senyuman, anggukan, acungan ibu jari, tepuk tangan, dan kadang-kadang dilaksanakan bersama-sama dengan penguatan verbal. Misalnya, ketika guru memberikan penguatan verbal “bagus’’, pada saat yang bersamaan ia mengacungkan jempolnya atau bertepuk tangan.
c.      Penguatan dengan cara mendekati (Proximity)
Penguatan dengan cara mendekati ialah mendekatkan guru kepada siswa untuk menyatakan adanya perhatian dan kegembiraan terhadap hasil pekerjaannya. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara berdiri di samping siswa, duduk dekat seorang atau kelompok siswa, berjalan menuju ke arah siswa, duduk dekat seorang atau kelompok siswa, berjalan di sisi siswa. Seringkali tindakan guru ini bersamaan dengan pemberian penguatan verbal sehingga suasana hangat dan antuasias akan terbentuk. Guru dapat mengira-ngira berapa lama ia berada dekat seorang atau kelompok siswa, sebab bila terlalu lama akan menimbulkan suasana yang tidak baik di kelas, dan manfaat penguatan akan menurun.
d.     Penguatan dengan Sentuhan
Guru dapat menyatakan persetujuan dan penghargaan terhadap siswa atas usaha dan penampilannya dengan cara menepuk pundak, menjabat tangan atau mengangkat tangan siswa yang menang dalam pertandingan atau berprestasi di kelas. Penggunaan penguatan dengan sentuhan harus bijaksana, artinya dipertimbangkan umur, jenis kelamin, latar belakang, kebudayaan setempat (umpamanya mengelus-elus  rambut siswa).
e.      Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan
Guru dapat menggunakan kegiatan-kegiatan atau tugas-tugas yang disenangi siswa sebagai penguatan. Lebih bermakna bagi siswa kalau kegiatan dan tugas-tugas yang akan digunakan sebagai penguatan itu berhubungan dengan penampilan yang diberi penguatan. Umpamanya, seorang siswa yang memperlihatkan kemajuan pelajaran musik ditunjuk untuk menjadi pemimpin paduan suara sekolah atau diperbolehkan mengguankan alat-alat musik pada jam-jam bebas. Siswa yang lebih dahulu menyelesaikan pekerjaan dengan baik dalam pelajaran matematika dapat diminta melakukan tugas membantu teman-temannya yang mengalami kesulitan dalam pealajran ini. Memberi kesempatan memainkan suatu permainan, menjadi pemimpin barisan dapat digunakan asalkan disenangi oleh siswa.
f.      Penguatan berupa simbol atau benda
Dalam penguatan jenis ini, digunakan bermacam-macam simbol atau benda, yang terbentuk simbol antara lain dapat berupa tanda ( ü) atau ℓ komentar tertulis pada buku siswa. Sedangkan yang benda dapat berupa kartu bergambar bintang plastik, lencana dan benda-benda lain yang tidak terlalu mahal harganya, tapi mempunyai arti simbolis. Walaupun penguatan itu dapat dipakai sebagai insentif yang berguna, tetapi sebaiknya jangan terlalu sering digunakan, terutama yang berupa benda, agar tidak terjadi kebiasaan siswa mengharapkan memperoleh benda sebagai imbalan terhadap penampilannya. Meski demikian, komentar tertulis pada buku pekerjaan siswa yang berarti pengakuan keberhasilannya dan pemberian saran kontruktif kepadanya akan tetap besar nilainya bagi siswa dalam masa belajarnya (T.Raka Joni, 1983: 6-8).