"OM AWIGNAMASTU NAMA SIDDHEM OM SWASTIASTU" SEMOGA SEMUA DALAM PERLINDUNGAN TUHAN, SELAMAT MEMBACA DAN SEMOGHA BERMANFAAT.jangan lupa kunjungi videobsaya di link https://youtu.be/-UJdPDAjETM

6/11/2011

RINGKASAN ISI BHAGAVAD-GĪTĀ




Photobucket

Bhagavad-gita 2.1
Sanjaya berkata; setelah melihat Arjuna tergugah rasa kasih sayang dan murung, matanya penuh air mata, Madhusudana, krisna, bersabda sebagai berikut.

Bhagavad-gita 2.2
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; Arjuna yang baik hati, bagaimana sampai hal-hal yang kotor ini menghinggapi dirimu? Hal-hal ini sama sekali tidak pantas bagi orang yang mengetahui nilai hidup. Hal-hal seperti itu tidak membawa seseorang ke planet-planet yang lebih tinggi. Melainkan menjerumuskan dirinya kedalam penghinaan.

Bhagavad-gita 2.3
Wahai putera prtha, jangan menyerah pada kelemahan yang hina ini. Itu tidak pantas bagimu. Tinggalkanlah kelemahan hati yang remeh itu dan bangunlah. Wahai yang menghukum musuh.

Bhagavad-gita 2.4
Arjuna berkata; O Pembunuh musuh, o Pembunuh Madhu, bagaimana saya dapat membalas serangan orang seperti Bhisma dan Drona dengan panah pada medan perang, padahal seharusnya saya menyembah mereka?

Bhagavad-gita 2.5
Lebih baik saya hidup di dunia ini dengan cara mengemis daripada hidup sesudah mencabut nyawa roh-roh mulia seperti itu, yaitu guru-guru saya. Kendatipun mereka menginginkan keuntungan duniawi, mereka tetap atasan. Kalau mereka terbunuh, segala sesuatu yang kita nikmati akan ternoda dengan darah.

Bhagavad-gita 2.6
Kita juga tidak mengetahui mana yang lebih baik-mengalahkan mereka atau dikalahkan oleh mereka. Kalau Kita membunuh para putera Dhrtarastra, kita tidak mau hidup. Namun mereka sekarang berdiri di hadapan kita di medan perang.

Bhagavad-gita 2.7
Sekarang hamba kebingungan tentang kewajiban hamba dan sudah kehilangan segala ketenangan karena kelemahan yang picik. Dalam keadaan ini, hamba mohon agar Anda memberi tahukan dengan pasti apa yang paling baik untuk hamba. Sekarang hamba menjadi murid Anda, dan roh yang sudah menyerahkan diri kepada Anda. Mohon memberi pelajaran kepada hamba.

Bhagavad-gita 2.8
Hamba tidak dapat menemukan cara untuk menghilangkan rasa sedih ini yang menyebabkan indria-indria hamba menjadi kering. Hamba tidak akan dapat menghilangkan rasa itu, meskipun hamba memenangkan kerajaan yang makmur yang tiada taranya di bumi ini dengan kedaulatan seperti para dewa di surga.

Bhagavad-gita 2.9
Sanjaya berkata; Setelah berkata demikian, Arjuna, perebut musuh, menyatakan kepada krsna,’’Govinda,hamba tidak akan bertempur,’’lalu diam.

Bhagavad-gita 2.10
Wahai putera keluarga Bharata, pada waktu itu, krsna, yang tersenyum di tengah-tengah antara tentara-tentara kedua belah pihak, bersabda kepada Arjuna yang sedang tergugah oleh rasa sedih.

Bhagavad-gita 2.11
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; Sambil berbicara dengan cara yang pandai engkau menyesalkan sesuatu yang tidak patut disesalkan. Orang bijaksana tidak pernah menyesal, baik untuk yang masih hidup maupun untuk yang sudah meninggal.

Bhagavad-gita 2.12
Pada masa lampau tidak pernah ada suatu saat pun Aku, engkau maupun semua raja ini tidak ada; dan pada masa yang akan datang tidak satupun di antara kita semua akan lenyap.

Bhagavad-gita 2.13
Seperti halnya sang roh terkurung di dalam badan terus menerus mengalami perpindahan, di dalam badan ini, dari masa kanak-kanak sampai masa remaja sampai usia tua, begitu juga sang roh masuk ke dalam badan lain pada waktu meninggal. Orang yang tenang tidak bingung karena penggantian itu.

Bhagavad-gita 2.14
Wahai putera kunti, suka dan duka muncul untuk sementara dan hilang sesudah beberapa waktu, bagaikan mulai dan berakhirnya musim dingin dan musim panas. Hal-hal itu timbul dari penglihatan indria, dan seseorang harus belajar cara mentolerir hal-hal itu tanpa goyah, Wahai putera keluarga Bharata.

Bhagavad-gita 2.15
Wahai manusia yang paling baik (Arjuna), orang yang tidak goyah karena suka ataupun duka dan mantap dalam kedua keadaan itu pasti memenuhi syarat untuk mencapai pembebasan.

Bhagavad-gita 2.16
Orang yang melihat kebenaran sudah menarik kesimpulan bahwa apa yang tidak ada (badan jasmani) tidak tahan lama dan yang kekal (sang roh ) tidak berubah. Inilah kesimpulan mereka setelah mempelajari sifat kedua-duanya.

Bhagavad-gita 2.17
Hendaknya engkau mengetahui bahwa apa yang ada dalam seluruh badan tidak dapat dimusnahkan. Tidak seorang pun dapat membinasakan sang roh yang tidak dapat dimusnahka itu.

Bhagavad-gita 2.18
Mahluk hidup yang tidak dapat dimusnahkan atau diukur dan bersifat kekal, memiliki badan jasmani yang pasti akan berakhir. Karena itu, bertempurlah, Wahai putera keluarga Bharata.

Bhagavad-gita 2.19
Orang yang menganggap bahwa makhluk hidup membunuh ataupun makhluk hidup dibunuh tidak memiliki pengetahuan, sebab sang diri tidak membunuh dan tidak dapat dibunuh.

Bhagavad-gita 2.20
Tidak ada kelahiran maupun kematian bagi sang roh pada saat manapun. Dia tidak diciptakan pada masa lampau, ia tidak diciptakan pada masa sekarang, dan dia tidak akan diciptakan pada masa yang akan datang. Dia tidak dilahirkan, berada untuk selamanya dan bersifat abadi. Dia tidak terbunuh apabila badan dibunuh.

Bhagavad-gita 2.21
Wahai Partha, bagaimana mungkin orang yang mengetahui bahwa sang roh tidak dapat dimusnahkan, bersifat kekal, tidak dilahirkan dan tidak pernah berubah dapat membunuh seseorang atau menyebabkan seseorang membunuh?

Bhagavad-gita 2.22
Seperti halnya seseorang mengenakan pakaian baru, dan membuka pakaian lama, begitu pula sang roh menerima badan-badan jasmani yang baru, dengan meninggalkan badan-badan lama yang tidak berguna.

Bhagavad-gita 2.23
Sang roh tidak pernah dapat dipotong menjadi bagian-bagian oleh senjata manapun, dibakar oleh api, dibasahi oleh air, atau dikeringkan oleh angin.

Bhagavad-gita 2.24
Roh yang individual ini tidak dapat dipatahkan dan tidak dapat dilarutkan, dibakar ataupun dikeringkan. Ia hidup untuk selamanya, berada di mana-mana, tidak dapat diubah, tidak dapat dipindahkan dan tetap sama untuk selamanya.

Bhagavad-gita 2.25
Dikatakan bahwa sang roh itu tidak dapat dilihat, tidak dapat dipahami dan tidak dapat diubah. Mengingat kenyataan itu, hendaknya engkau jangan menyesal karena badan.

Bhagavad-gita 2.26
Akan tetapi, kalau engkau berpikir bahwa sang roh (atau gejala-gejala hidup) senantiasa dilahirkan dan selalu mati, toh engkau masih tidak mempunyai alasan untuk menyesal, wahai Arjuna yang berlengan perkasa.

Bhagavad-gita 2.27
Orang yang sudah dilahirkan pasti akan meninggal, dan sesudah kematian, seseorang pasti akan dilahirkan lagi. Karena itu, dalam melaksanakan tugas kewajibanmu yang tidak dapat dihindari, hendaknya engkau jangan menyesal.

Bhagavad-gita 2.28
Semua makhluk yang diciptakan tidak terwujud pada awalnya, terwujud pada pertengahan, dan sekali lagi tidak terwujud pada waktu dileburkan. Jadi apa yang perlu disesalkan?

Bhagavad-gita 2.29
Beberapa orang memandang bahwa sang roh sebagai sesuatu yang mengherankan, beberapa orang menguraikan dia sebagai sesuatu yang mengherankan, dan beberapa orang mendengar tentang dia sebagai sesuatu yang mengherankan juga, sedangkan orang lain tidak dapat mengerti sama sekali tentang sang roh, walaupun mereka sudah mendengar tentang dia.

Bhagavad-gita 2.30
O putera keluarga Bharata, dia yang tinggal dalam badan tidak pernah dapat dibunuh. Karena itu, engkau tidak perlu bersedih hati untuk makhluk manapun.

Bhagavad-gita 2.31
Mengingat tugas kewajibanmu yang khusus sebagai seorang ksatriya, hendaknya engkau mengetahui bahwa tiada kesibukan yang lebih baik untukmu daripada bertempur berdasarkan prinsip-prinsip dharma; karena itu, engkau tidak perlu ragu-ragu.

Bhagavad-gita 2.32
Wahai partha, berbahagialah para ksatriya yang mendapatkan kesempatan untuk bertempur seperti itu tanpa mencarinya-kesempatan yang membuka pintu gerbang planet-planet surga bagi mereka.

Bhagavad-gita 2.33
Akan tetapi, apabila engkau tidak melaksanakan kewajiban dharmamu, yaitu bertempur, engkau pasti menerima dosa akibat melalaikan kewajibanmu, dan dengan demikian kemasyuranmu sebagai kesatria akan hilang.

Bhagavad-gita 2.34
Orang akan selalu membicarakan engkau sebagai orang yang hina, dan bagi orang yang terhormat; penghinaan lebih buruk daripada kematian.

Bhagavad-gita 2.35
Jendral-jendral besar yang sangat menghargai nama dan kemasyuranmu akan menganggap engkau meninggalkan medan perang karena rasa takut saja, dan dengan demikian mereka akan meremehkan engkau.

Bhagavad-gita 2.36
Musuh-musuhmu akan menjuluki engkau dengan banyak kata yang tidak baik dan mengejek kesanggupanmu. Apa yang dapat lebih menyakiti hatimu daripada itu?

Bhagavad-gita 2.37
Wahai putera kunti, engkau akan terbunuh di medan perang dan mencapai planet-planet surga atau engkau akan menang dan menikmati kerajaan di dunia. Karena itu, bangunlah dan bertempur dengan ketabahan hati.

Bhagavad-gita 2.38
Bertempurlah demi pertempuran saja, tanpa mempertimbangkan suka atau duka, rugi atau laba, menang atau kalah-dengan demikian, engkau tidak akan pernah dipengaruhi oleh dosa.

Bhagavad-gita 2.39
Sampai sekarang, Aku sudah menguraikan tentang pengetahuan ini kepadamu melalui pelajaran analisis. Sekarang, dengarlah penjelasanku tentang hal ini menurut cara bekerja tanpa mengharapkan hasil atau pahala. Wahai putera prtha, bila engkau bertindak dengan pengetahuan seperti itu engkau dapat membebaskan diri dari ikatan pekerjaan.

Bhagavad-gita 2.40
Dalam usaha ini tidak ada kerugian ataupun pengurangan, dan sedikitpun kemajuan dalam menempuh jalan ini dapat melindungi seseorang terhadap rasa takut yang paling berbahaya.

Bhagavad-gita 2.41
Orang yang menempuh jalan ini bertabah hati dengan mantap, dan tujuan mereka satu saja. Wahai putera kesayangan para kuru, kecerdasan orang yang tidak bertabah hati mempunyai banyak cabang.

Bhagavad-gita 2.42
Bhagavad-gita 2.43
Orang yang kekurangan pengetahuan sangat terikat pada kata-kata kiasan dari weda, yang menganjurkan berbagai kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan pahala agar dapat naik tingkat sampai planet-planet surga, kelahiran yang baik sebagai hasilnya, kekuatan dan sebagainya. Mereka menginginkan kepuasan indria-indria dan kehidupan yang mewah, sehingga mereka mengatakan bahwa tiada sesuatu pun yang lebih tinggi dari ini. Wahai putera prtha.

Bhagavad-gita 2.44
Ketabahan hati yang mantap untuk ber-bakti kepada Tuhan Yang Maha Esa tidak pernah ti mbul di dalam pikiran orang yang terlalu terikat pada kenikmatan indria-indria dan kekayaan material.

Bhagavad-gita 2.45
Veda sebagaian besar menyangkut tiga sifat alam. Wahai Arjuna, lampauilah tiga sifat alam itu. Bebaskanlah dirimu dari segala hal yang relatif dan segala kecemasan untuk keuntungan dan keelamatan dan jadilah mantap dalam sang diri.

Bhagavad-gita 2.46
Segala tujuan yang dipenuhi oleh sumur kecil dapat segera dipenuhi oleh sumber air yang besar. Begitu pula, segala tujuan veda dapat segera dipenuhi bagi orang yang mengetahui maksud dasar veda itu.

Bhagavad-gita 2.47
Engkau berhak melakukan tugas kewajibanmu yang telah ditetapkan, tetapi engkau tidak berhak atas hasil perbuatan. Jangan menganggap dirimu penyebab hasil kegiatanmu, dan jangan terikat pada kebiasaan tidak melakukan kewajibanmu.

Bhagavad-gita 2.48
Wahai Arjuna, lakukanlah kewajibanmu dengan sikap seimbang, lepaskanlah segala ikatan terhadap sukses maupun kegagalan. Sikap seimbang seperti itu disebut yoga.

Bhagavad-gita 2.49
Wahai Dhananjaya, jauhilah segala yang menjijikan melalui bhakti dan dengan kesadaran seperti itu serahkanlah dirimu kepada Tuhan Yang Mha Esa. Orang yang ingin menikmati hasil pekerjaannya adalah orang pelit.

Bhagavad-gita 2.50
Orang yang menekuni bhakti membebaskan dirinya dari perbuatan yang baik dan buruk bahkan dalam kehidupan ini pun. Karena itu, berusahalah untuk yoga, ilmu segala pekerjaan.

Bhagavad-gita 2.51
Dengan menekuni bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa seperti itu, resi-resi yang mulia dan penyembah-penyembah membebaskan diri dari hasil pekerjaan di dunia material. Dengan cara demikian mereka dibebaskan dari perputaran kelahiran dan kematian dan mencapai keadaan di luar segala kesengsaraan (dengan kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa).

Bhagavad-gita 2.52
Bila kecerdasanmu sudah keluar dari hutan khayalan yang lebat, engkau akan acuh terhadap segala sesuatu yang sudah didengar dan segala sesuatu yang akan didengar.

Bhagavad-gita 2.53
Bila pikiranmu tidak goyah lagi karena bahasa kiasan veda , dan pikiran mantap dalam semadi keinsafan diri, maka engkau sudah mencapai kesadaran rohani.

Bhagavad-gita 2.54
Arjuna berkata; o Krsna, bagaimanakah ciri-ciri orang yang kesadarannya sudah khusuk dalam kerohanian seperti itu? Bagaimana cara bicaranya serta bagaimana bahasanya? Dan bagaimana ia duduk dan bagaimana ia berjalan?

Bhagavad-gita 2.55
Kpribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; o partha, bila seseorang meninggalkan segala jenis keinginan untuk kepuasan indria-indria, yang muncul dari tafsiran pikiran, dan bila pikirannya yang sudah disucikan dengan cara seperti itu hanya puas dalam sang diri, dikatakan ia sudah berada dalam kesadaran rohani yang murni.

Bhagavad-gita 2.56
Orang yang pikirannya tidak goyah bahkan di tengah-tengah tiga jenis kesengsaraan, tidak gembira pada waktu ada kebahagiaan, dan bebas dari ikatan, rasa takut dan marah, disebut resi yang mantap dalam pikirannya.

Bhagavad-gita 2.57
Di dunia material, orang yang tidak dipengaruhi oleh hal yang baik dan hal yang buruk yang diperolehnya, dan tidak memuji maupun mengejeknya, sudah mantap dengan teguh dalam pengetahuan yang sempurna.

Bhagavad-gita 2.58
Orang yang dapat menarik indria-indria dari obyek-obyek indria,bagaikan kura-kura yang menarik kakinya ke dalam cangkangnya, mantap dengan teguh dalam kesadaran yang sempurna.

Bhagavad-gita 2.59
Barangkali kepuasan indria-indria sang roh yang berada dalam badan dibatasi, walaupun keinginan terhadap obyek-obyek indria tetap ada. Tetapi bila ia menghentikan kesibukan seperti itu dengan mengalami rasa yang lebih tinggi, kesadarannya menjadi mantap.

Bhagavad-gita 2.60
Wahai Arjuna, alangkah kuat dan bergeloranya indria-indria sehingga pikiran orang bijaksana yang sedang berusaha untuk mengendalikan indria-indrianya pun dibawa lari dengan paksa oleh indria-indria itu.

Bhagavad-gita 2.61
Orang yang mengekang dan mengendalikan indria-indria sepenuhnya dan memusatkan kesadarannya sepenuhnya kepada-ku, dikenal sebagai orang yang mempunyai kecerdasan yang mantap.

Bhagavad-gita 2.62
Selama seseorang merenungkan obyek-obyek indria-indria, ikatan terhadap obyek-obyek indria itu berkembang. Dari ikatan seperti itu berkembanglah hawa nafsu,dan dari hawa nafsu timbullah amarah.

Bhagavad-gita 2.63
Dari amarah timbullah khayalan yang lengkap , dari khayalan menyebabkan ingatan bingung. Bila ingatan bingung, kecerdasan hilang, bila kecerdasan hilang, seseorang jatuh lagi ke dalam lautan material.

Bhagavad-gita 2.64
Tetapi orang yang sudah bebas dari segala ikatan dan rasa tidak suka serta sanggup mengendalikan indria-indria melalui prinsip-prinsip kebebasan yang teratur dapat memperoleh karunia sepenuhnya dari Tuhan.

Bhagavad-gita 2.65
Tiga jenis kesengsaraan kehidupan material tidak ada lagi pada orang yang puas seperti itu (dalam kesadaran Krisna); dengan kesadaran yang puas seperti itu, kecerdasan seseorang mantap dalam waktu singkat.

Bhagavad-gita 2.66
Orang yang tidak mempunyai hubungan dengan Yang Maha Kuasa(dalam kesadaran Krisna) tidak mungkin memiliki kecerdasan rohani maupun pikiran yang mantap. Tanpa kecerdasan rohani dan pikiran pikiran yang mantap tidak mungkin ada kedamaian. Tanpa kedamaian, bagaimana mungkin ada kebahagiaan?

Bhagavad-gita 2.67
Seperti perahu yang berada pada permukaan air dibawa lari oleh angin kencang, kecerdasan seseorang dapat dilarikan bahkan oleh satu saja di antara indria-indria yang mengembara dan menjadi titik pusat untuk pikiran.

Bhagavad-gita 2.68
Karena itu, orang yang indria-indrianya terkekang dari obyek-obyeknya pasti mempunyai kecerdasan yang mantap, wahai yang berlengan perkasa.

Bhagavad-gita 2.69
Malam hari bagi semua makhluk adalah waktu sadar bagi orang yang mengendalikan diri, dan waktu sadar bagi semua makhluk adalah malam hari bagi resi yang mawas diri.

Bhagavad-gita 2.70
Hanya orang yang tidak terganggu oleh arus keinginan yang mengalir terus menerus yang masuk bagaikan sungai-sungai ke dalam lautan,yang senantiasa diisi tetapi selalu tetap tenang , dapat mencapai kedamaian. Bukan orang yang berusaha memuaskan keinginan itu yang dapat mencapai kedamaian.

Bhagavad-gita 2.71
Hanya orang yang sudah meninggalkan segala jenis keinginan untuk kepuasan indria-indria, hidup bebas dari keinginan, sudah meninggalkan segala rasa ingin memilik sesuatu dan bebas dari keakuan palsu dapat mencapai kedamaian yang sejati

Bhagavad-gita 2.72
Itulah cara hidup yang suci dan rohani. Sesudah mencapai kehidupan seperti itu, seseorang tidak dibingungkan. Kalau seseorang mantap seperti itu bahkan pada saat kematian sekalipun, ia dapat masuk ke kerajaan Tuhan.
Posted In | |

Lontar Usada Tiwang 31a – 37a

Lontar Usada Tiwang 31a – 37a


Yan wwang ngawengku bhumi wong istri kadi kocap ring aksara iki, nis kagungannya, apan wyakti gunung gundul matmahan jadma, kapastu den parama kawi, matmahan wwang tanpaguna, tanpa kaya, mrta dahat, kral dama, kral njaluk, kral maro sih, samangkana gagamanya.
Malih yan wwang lanang samangkana, pastha nora hana rambut, geseng katunwan, nga, panas wwang mangkana, nistha dahat, haywa hanemohang kaguman.
Malih yan wwang masarira tandara sariranya, wlang twinya, putih sasisih slem sasiwak, gni angin, nga, doyan angalahake kalung, tembak pre dumadi jadma.
Malih yan wwang adengan ring sariranya, ika tembuku bosor, nga, kosong tampira, kral anjaluk, tanpa wreti, tanpa gagaman.
Malih yan [31a] wwang adengan ring slagan jarinya, yang kliwah, nga, ika jadma tanpa kertti, analuk sattha.
Malih yan wwang adengan ring uswannya, madaging bulu, uler amangan sekar, nga, gaginanya mangan mangunnya, abicara, tutuk tan tuhu, adna sata jata.
Malih yan wwang adengan ring purusnya, yip anjrah, nga, anak rarang, kowos dadas. Yadyapin wadon padha jayanya. Yan wadon ring sarira gnah adengannya. Susuwuh kacacar, sadhananya marangi, sembar trikatuka, ma, ong rah aku rah kara, tan harepta ngko dadi nanah, madadi singko rah manih, waras.

Ta, tan kawasa ngising anguyuh, sa, rwaning susuruh lanang, 7, uyah alit, 3, jumput, pinipis, rajah panipi sane, wdakna ring paho yu hoyuhan.
Ta, weteng kwasa anguyah, sa, banyuning entip duhi semar, asem kawak, ma, ong lisuh da ah [31b] lisuh banyu, empehan siddhi mantranku, tahap dening tangan kiwa.
Ta, bengka, sa, kuning warangan, lampuyang, bawang putih, ladanning mrang, tahap.
Ta, weteng mangkak, sa, trusi bang, base, ginten, pinipis, wdakakna.
Ta, weteng bengka, sranane tan kna angising anguyuh, wari bang, pratining kuning, asem kawak, duhi santen, tahap.
Ta, bengka tur ibuk atinya, lolohannya, babakan twi, lunak a batu, adas yeh, sambuk kalungah nyuh mulung.
Ta, basang beseh, tmu tis, ma, kadang kudung badasa buung, busuk buung, ag kita katas kabeh, tka rerep.
Ta, apanga bwung tumbuha, muwah apanga ya an, sa, idu bayu, ma, ong kabayan mati dening idu putih, 3, mulih kita ktlin memenmu nto apang [32a] mulih, 3, ong kawaya kawayi tkapikas pakelekas, 3.
Ta, basang beseh, sa, myana cmeng, tai bubuk, ma, ong Bhatara Brahma ring jro weteng, alambuga jro weteng, peteng gurah mtu banyu waras anambanin larane syanu, tka waras, 3.
Ta, basang beseh, sa, suren sakamulan, bawang adas, yeh anyar.
Ta, ngancuk, sa, panjaitan asab, urapakna, malih sembarnya, rwaning ancak, pulasai.
Ta, tuju papasangan, muwah kna raja bhuta, babakan kayu putih, umah semut di paluwangane, wading uku-uku, puser wdakakna, malih lolohnya, babakan kaliasem, nga, cuka, tasik manyahnyah.
Ta, brung mauled, sa, bawang putih, tlung syung, gamongan, 3, yis, uyah, mamah tampelakna.
Ta, ngregis, sa, ketan ireng, 9, besik, yehin ban [32b] lublub katimahan, tahapakna.
Ta, brung blah, sa, tmutis, lunak, menyan, pinipis, wdakakna.
Ta, beseh tan pasangkan, sa, gamongan gede, ulig dena lembat, aworin lengis tanusan, tahapakna.
Ta, parang, sa, lunak, idubang, balonyohakna.
Ta, panas ring jro wteng, sa, candhana asabang, adas, santen kane, tahapakna.
Ta, panas, sumanggi gunung, dagingin santen, tahapakna.

Nyan dewasa ambah ngengsirang wong lara, anus pancawarna, hala hayunya,
iki kengetakna.
U, tirtha wetan, sunya kidul baya lor, laba kulon, pati tngah.
Pa, pati wetan, tirtha kidul, sunya kulon, laba lor, baya tngah.
Pwa, baya wetan, pati kidul, kulon, sunya lor, laba tngah,
wa, laba wetan [33a] baya kidul, pati kulon, tirtha lor, sunya tngah.
Ka, sunya wetan, laba kidul, baya kulon, pati lor, pati katngah.
Samalih angungsirang wong gring, yan,
u, wetan waras, kidul waras, kulon sakit, lor pati.
Pa Wetan mati, kidul waras, kulon sakit, lor waras.
Paw, wetan sakit, kidul mati, kulon waras, lor waras.
Wa, wetan waras, kidul sakit, kulon mati, lor waras.
Ka, wetan waras, kidul waras, kulon sakit, lor pati.

Iki tenung jawa, kawruhakna anut ri saptawara, muwah urip sastra, hana wongagring hana denya amet sastranya, wulang uripnya, yan sastranya, a, 9, na, 2, ca, 6, ra, 8, [33b] ka, 7, da, 3, ta, sa, 10, wa, 6, la, 5, pa, 6, 5, ma, 3, nga, 6, ba, 2, ja, 3, ya, 7, nya. Uriping sapta wara, ra, 5, ca, 4, a, 3, bu, 7, wre, 8, su, 6, sa, 9.

Iki kala hayunya ra, bintang kari siji mati, kari roro waras, kari tatlu swe tan waras.
Ca, bintang tlu, kari siji mati, kari roro waras, kari tatlu swe waras.
A, bintang tatlu, kari siji swe tan waras, kari roro mati, kari tatlu waras.
Bun bintang tatlu, kari siji waras, kari roro swe tan waras, kari roro mati, kari tatlu waras.
Wre, bintang tatlu, kari siji mati, kari roro waras, kari tatlu swe tan waras, kari tatlu mati.
Su, bintang tatlu, kari siji swe tan waras, kari roro mati, kari tatlu mati,
sa, bintang tatlu, [34a] kari siji waras, kari roro swe tan waras, kari tatlu mati.

Iki tenung pati urip, kengitakna urip dewasane ambah luas matenung, muwah urip sastra adan wongagring, sastra adane panyumu amet a siki, wilang sastranya sakadi urip hana caraka, nihan duka mentas anut saptawara muwah pancawara.
Ka, u, ya pitara mentas saking swargga.
Ka, pa, yapi tara mentas saking gneyan.
Ra, paw, kala mentas nyuduk saking purwwa, saking pacima,
ra, wa, dewa mentas saking ersania.
Ra, ka, dewa mentas saking umah,
ca, u, dewa mentas saking ersanya.
Ca, pa, dewa mentas saking uttara, saking daksina.
Ca, pwa, dngen mentas saking wayabya.

Iki pangurip manik, sa, yeh ktan gajih, sagegem, majatu gula, muwah lungid, pejang ring dadasar cmeng, inumakna, [34b] ma, ih sanghyang urip, idep urip, maka manike syanu urip, hyang padha urip, jumneng maurip, tka urip, 3. Ta, karoron, sa, babakan kutat, sa, rwaning kasinen, uyah areng, bangketnya tahap, ma, om kama urip, manikurip, geti urip, banyu urip, aja sira geger mtu ring prethiwi, jeg jumneng jro wetenge syanu, tka jeg, 3.

Nyan pangeger, sa, yeh anyar mawadah dadasar cmeng, lebokakna lontar rinajah kadi iki, ____________________wusan mantrain inum, ma, om manjing metu ta sira, tututin kakanta, sikawah, 3.

Iki pangeseh, sa, kawu bulu, madaging toya, inum, ma, om kumaca kumadik ung, ang, enggang tanah lenggang langit, enggang sarirane syanu, enggang 3,

malih sasuwuk, sa, wnang, ma, ih nini sarab, kaki sarab, yan sarab Brahma wisnu Iswara, sarab [35a] I rare cnik, yan tan sarab Brahma Wisnu Iswara, tan sarab I rare cnik, yan tan sarab gumi prethiwi akasa, tan sarab I rare cnik, apan I rare cnik makira hyang ibu pretiwi, anakira sanghyang ulan, lah waras.

Pangempu rare, sa, sga a kepel pejang di plangkirane, ma, ih kaki ungah-angih, kaki ngempu rarene, aja wehana wani salwiring mabayu, angrenga abiseka anak ratu anggen susuuk agung, tka saak, 3, ika suuk, 3, muksah ilang, kedep siddhi mantranku.

Pangempu ari-ari, sa, porosan, tanem ring luune, ma, ih bhuta ari-ari, empu rare dini, ih bhuta rudhira, empu rarene dini, aja pepeka, aja lali, poma, 3.

Nyan pangembak rare, yan wong manakan, sa, yeh mawadah sibuh pulangin kancing paon, [35b] ma, ih kuncang-kancing, dusakna kancing wesi, bungkah gdang kusuma, mtu kang ari-ari tata ring lemah, empunen namane dini, poma 3, tahapakna, sisana siam siksikanna.

Iki tamba kreng ngalabuhang, pangancung manik, pangancing kama, nga, yan wanu akarmma, tibakin kancung wnang yan ulamna wnang tibakin pamungkah, pamancut sukeh wtuning rare, umah mati pwarana, pangancung, ma, om tutup tutupana gdang alah was papas, dara sarirane syanu, tka pepet, 3, sa, yeh mawadah sibuh, sisana anggen makonceng.

Pangancing, ma, ong mang alah ung mang kancing kancing alah kunancing deningmu amat, ma, apanaku ngadowang pamungkah, angancing I Muhamad, ma, kancing kukancing alah, kinancingan dening I Muhamad, lai lalah, Muhamad darasu [36a] ulah sa, yeh mawadah sibuk caneng, wnang inum, sisana anggen makonceng. Pangancung rare jro weteng, muwah pangancung gring ring sarira, padha musi. Nyan pamungkah kancing, sa, yeh mawadah sibuh, inum, sisanya anggen makonceng, ma, bungkah aku kancing alah rasu lulah, 3.

Iki panawar, sa, yeh anyar, ma, ih upas putih, upas manca warnna, katawar de Bhagawan Kasyapa, Bhatara Guru mungguh pukahing lidah, Mpu Bradah munggah madyaning lidah, sang mpu sakueh mandhi aeng, anaku di aeng, yan upas baruwang upasanyati, upas racun, upas basang-basang, upas gni roga, aku Bhagawan Kasyapa, aku guruning upas kabeh, salwiring upas patmahing awaking hulun, 3.

Iki panyambat, sa, maswi, ma, idepaku sanghyang Bhuta, sanakira Sang Mpu Gandhu, angregep japa mantra, mundur sarwwa aeng sarwwa wisya, [36b] aku sakti Bhatara Guru nunggal aranku sang Mpu Siwa Jati, Om Brahma sakti mijil saka kidul. Om Wisnu mijil saking lor, pangadeganna Bhatara Wisnu unggwan sira ring ampru, Bhatra Brahma ring hati, Bhatara Brahma ika sinambah dening dening dug kabeh, sing tka padha pyak, tka pyak, 3.

Iki piolas, sa, ih sari sari si suning sari, aku, arjjuna tunggal apasang guna jaring sutra, ngrajut attma jwitane syanu, wastu lulut hatine syanu angrungu sabdaning hulun, lah poma, 3.

Iki pasupati salwir, ma, om pasupati, om pasupati bajra yudaya, agni raksa sarupa ya pwaya muka desaya, pasupati, pattaye om patta, 3, om pasupati dandhaya, agniraksa sa rupaya, daksina muka desa ya pasupati pattaye, om patta, 3, om pasupati pasah yudaya agni raksa sarupa, pacima muka desa ya [37a] pasupati pattaye, om patta, 3, om pasupati cakra yudaya, agni raksa sarupaya, om uttara muka desa ya, pasupati pattaye, om patta, 3, om pasupati padma yudaya, agni raksa sarupa ya, madhya muka desa ya, pasupati pattaye, om patta, 3, ung, ang, mang.
sumber: Sastra Unud

Lontar Usada Tiwang 1b – 9b & 10a-20a

Lontar Usada Tiwang 1b – 9b


[1b] Om awighnamastu.
Nyan sakaptyan,
awidya tkaning gring, sia dina samayaña, sia bulan samayaña, sia taun samayaña, ring sakara kapjahanña.
Sakara tkaning gring, kutus dina, samayaña, kutus bulan samayaña, kutus taun samayaña, ring wiyanyana kapjahanña.
Wiyanyana tkaning gring, 5, dina samayaña, 5, bulan samayaña. 6, taun samayaña ring namê rupa kapjahanña.
Sdayatana tkaning gring, 5, dina samayaña, 5, bulan samayaña, 5, taun samayaña, ring sprsa kapjahanña.
Sparsa tkaning gring, 6, dina samayaña, 5, dina samayaña, 8, taun samayaña,
ring wedana tkaning gring , 2, dina samayaña, 10, dina samayaña, 2, bulan samayaña, 8, bulan samayaña, 8, taun samayaña [2a]
ring trêsna kapjahanña, trêsna tkaning agring, 10, dina samayaña, 3, bulan samayaña, 4, bulan samayaña, 8, taun samayaña.
Ring upadana kapjahanña, upadana tkaning agring, 9, dina samayaña, 2, bulan samayaña, 9, taun sêmayaña,
ring sparsa kapjahanña. Bhawa tkaning agring, sadina samayaña, 8, bulan samayaña, 9, taun samayaña,
ring jati kapjahanña. Jati tkaning agring, 5, dina samayaña, 9, bulan samayaña, 10, taun samayaña, ring jara mrana kapajahanña.
Jara mrana tkaning agring, 2, dina samayaña, 9 bulan samayaña, ring awidya kapjahanña.

Nyan pratithi samut pada, nga, sasih, ka, 6, awidya, nga, sasih, 5, jaramrana, nga, sasih, ka, 4, jati, nga, sasih, 3, bhawa, sasih, 2, upadana, ka, 1, trêsna, nga, saddha, wêdana, nga. Sasih deûtha, sparsa, [2b] sasih, ka, 10, sadayatana, nga, sasih, 9, namarupa, nga, sasih, ka, 8, wiyanyana, nga, sasih, ka, 7, sakara, nga, anutakna ring tanggal pisan.

Nyan takapi pratithi, nga, ne, katanggal, 1, 8, 15, 89, 1.
Yan ka panglong, ping, 3, ping, 13, ping 4, ping 15, pajalanña makakirig. Bhawa, upadana, trêsna, wedana, sparsa, sadayatana, namarupa, wiyanyana, sakara, awidya, nga, kamurungan.

Ra, tkaning agring mênggah dadlêngña, sawat, samaya larê kabuyutan, nga, kamurunganña, sêkar waluh tekta, akah paspasan, bungkil kasa, bras pinge, bawang, pinipis dena lembat, wdakakna,
ca, tkaning agring, pramrêm tung bayu, pangalunya, samaya gring ya, Bhatara wrêdiya, kamuruganña, we kasimbukan, [3a] akah lalang, akah glagah, bawang adas, tahap,
a, tkaning agring, ayang bayunya, tan jnêk kni ngaturu, kamuruganña, sêkar paspasan, linêbok ring banyu, tutuh tingalña.
Bu, tkaning agring, delêpta banyuña, anggaña lêsu gampor, kamurugaña, don pule wayah, rwaning maja, krikan candhana, sêmbar guluña, roke
Wre, tkaning agring ambêkña ngangsur, karnnatirêrêngin, kamuruganña, yeh buah, bañun bawang, tutuh socanña.
Su, tkaning agring, banyuña kagrakat, otot kumêdut, smutan, antu ile, nga, kamuruganña, rwaning calilingan, lêmpuyang, inggu, sulasih, bawang, we jruk, usug kangagring wdhakña. Sampar wantu, dagisikêl, babakan juuk, we jruk,
sa, tkaning agring, upadana pitrê, karnna ngêyong luh ingan psi tan pgat, samaya pati kojarña, muwah pangambe, tkaning nyêgjêg tuwuh, kamurugaña,[3b] sêkar wari bang, sêkar uwu, bras bang, bawang, sêmbar guluña, muwah caruña, sgêh abang, iwakña urang bakar, muwah raka-raka, ring neka sasayut, ungguakna luhur kangagring, malih tinurakên, tinatab olih kangagring, awasêpan tatêbus ika, sêrakên karnna kiwa.

U, tkaningagring, Bhatara wradi aturatur sumana warsa, muwah kayanganña rusak,
pa, tkaninagring, Bhatara wradi suklilap, lakuña muwah pangucapanña, kayanganña rusak cok, sangyangngringin asrah ring bhuta makrak, caruña asu bang bungkêm, ingolah winangun urip, mwah sgêh bang, ayam biying pinanggang, ri neka sasayut tatabakna.
Pwa, tkaningagring, Bhatara wra amrih wradi, atatanu ring sari, bhatara palih putra angamat.
Wa, tkaningagring, bhatara harêrêbu, tka tatadaling prêthiwi.
Ka, tkaning gring, sot saking kaluhurannya, ring [4a] hyang kamulan, muwah bhatara harêp ungkup, sangagring kasroh ring bhuta mañcamrana, jroning angga laraña, knêhña tan bênêr, muwah caruña sgêh amañcawarnna, tkaning iwakña amañca acaru ring salu, tatêbasan ayam brumbun, bakar, kabêbêng kurang bakar, raka raka raka reka sasayut, unggahakna luhuringagring, tur angasêpan, tkaning uripña sumaji, burat wangi, kêmbang wangi, turunakna raris tinatab.

Nyan tnung sesa,
sesa, 1, tkaning lara, kayanganña rusak tur crok, aglis pwa ya mati, aglis pwa ya waras, yan kêbnêran palakuña, babantênña sarwwa suci, ayam putih, bakar, sgêh putih bakar, lênga wangi burat wangi, asêp mêñan, unggahakna luhur kangagring,
sesa, 2, tkaningagring, pamali milara, karaña amilara, kapitan atmahan lêmah rajah, muwah pitrê amilara, bantênña pênêk abang, ayam wirung pinanggang [4b] rinêka sasayut.
Sesa, 3, tkaningagring, bhuta angara, bhuta ka durgga anglaranin pakaranganña aeng, ênawa, muwah bhuta anglaranin, muwah padi ring sawah, kadurgga dewi, nga, caruña ayam ijo binakar, pênêk parêbon, reka sasayut, kêmbang rampe, suruh ayu, jambe ayu.
Sesa, 4, tkaning lara, sasab mrana akueh ringiya, pati kojarña, yamaurip swe waras, awali wali grinya, durhha wiwilaraning gringña, muwah sayapati, caruña pênêk irêng bakar, rineka sasayut, walik sumpahakna, ring umah.

Urukung tkaning gring, brung kajarña,
was maulu tkaning gring bai-bai mnuh ring wtêng.
Bu, U, sasangi lanang anglaranin, tduhên.
Bu, pa, dngên ring waras anglaranin,
Bu, pwa, kala graha ri bajangan anglaranin,
BU, wa, kapapag dening kala, tbus ring pamptan.
Bu, ka, [5a] katêpuk têgah dening dewa, têbus ring kamulan.
Wre, u, kasambêt laraña,
wre, pa, dngên ring wat anglaranin,
wrês, pwa, kasambêt ban pitara, têbusin ring pitara.
Wre, wa, kasambêt ring dalan agung.
Wre, ka, dngên ring lurung anglaranin, wêhan sga sakêpêl, iwakña taluh mêntah.
Su, u, kna widada ri laraña, têbus ring dadari.
Su, pa, kasarik dening kistha, têbus ring maya.
Su, pwa, sasangi ring kaki anglaranin,
su, wa, dngênanglaranin, boganin, boganan,
su, ka, kna upata laranya, latak ringibu.
Sa, u, wong tuhwa basiasiddha, skahakna.
Sa, pa, kasambêt ring dalan agung, ba, bra bebek putih.
Sa, pwa, kala darwwa dening hyang.
Sa, wa, kna tuju laraña,
sa, ka, kna upata ring desa, lukat ring bale pêgat.

Nyan tngêran wong angundang balian, tontonên [5b] palahña tka.
Yan tka ngusap rambut, kapangluh ring hyang, ca, sarwwa goreng.
Yan tka ngusap netra, widadari tunjung putih anglaranin. Ca, ayam irêng, grangasêm,
yan tka ngusap irung, lampahing wonga tuhwa anglaranin, ca, bubur suci pitrê.
Yan tka ngusap cangkêm, hana sasangi ring hyang, tduhakna.
Yan tka ngusap jagut, kasambêtan ring pangawan, ca, ayam putih, 3, sasari gnêp.
Yan tka ngusap lêngên, hana sasangi dodot sabuk, tur kalikuhan, bhuta siwa agni anglaranin, ca, ayam satangkêp, pipis sanga, jangan pepe, liklik wor gêtihe.
Yan tka ngusap tangan dewa anglaranin, ca, ayam irêng, tumpêng sari gnêp, sambat hyang wisnu kala.
Yan tka ngusap wêtêng, kasambêt kadusan, ca, ayam pinanggang, tumpeng sari gnêp,
yan mulih tanpanolih, dewa ring pasak anglaranin, tduakna yan tka ngusap gigir, baya tka ri pati.
Yan tka ñangkling [6a] lima, mati kojarña.
Yan tka ngusap pala, hyang swara anglaraning, ca, ayam barang, tumpêng sari gnêp,
yan tka ngusap wêtis, kabuyutan anglaranin, ca, ayam pinanggang, tumpêng sari gnêp, sajang ring suci rwa, nggwaning acaru ring sanggar,
yan tka ngusap palungguhan, pakarangan anglaranin, padyusana tain wêsi, ca, ayam putih kuning, ring sanggar abatan.
Yan tka asidakêp, kabuyutan anglaranin, ca, celeng, ji, 500, êbat sarignêp.

Sambat naur sasangi. Nyan tkaning lara,
u, Bhatara Guru anglaranin, ca, sarwwa suci, ayam putih, ta, jruk linglang lamurundang.
Pa, tkaning lara, Bhatara Brahma anglaranin, ca, sarwwa bang, ayam bang liklik. Ta, amubula murudang.
Pwa, tkaning lara, Bhatara mahadewa anglaranin, ca, bubur sarwwa pes. Ta, liligundi, jal, 7 iris,
wa, tkaning lara, Bhatara Siwa anglaranin, ca, [6b] tumpêng putih kuning, ulamnya sarwwa goreng. Ta, dapdap ñuh ñambulung, sulasih, adas urapakna.
Kajêng umanis tkaning lara, pamali hyang anglaranin,
kajêng paing tkaning lara, pitara anglaranin.
Kajêng pon tkaning lara, katpuk têgah, dewa nagih palinggihan, muwah pabrêsihan,
Kajêng wage tkaning lara, katêpuk têgah saking kubuan, dewa nagih pabrêsihan, Kajêng
Kliwon tkaning lara, tan dadi ya tlung dina, ewuh laranya, suwe ya waras tur kawongan.

Wwang sapta wara,
ra, wong anglaranin,
ca, kapasan,
a, kna tluh,
Bu, kna upasnya.
Wre, umah anglaranin,
su, wong anglaranin.
Sa, umah kapanjingan kala graha, lêngan bhuta kala.

Ra, u, tkaning lara, ba, ayam putih siungan, tumpêng sari gnêp, sambat Sanghyang Kalangorang.
Ra, pa, tkaning lara, ba, ayam putih kuning, tumpêng sari gnêp, ring sanggar, sambat atma ring pangan.
Ra, [7a] pwa, tkaning agring, kapasak ring carak, ba, ayam putih pinanggang, sgêh pêtang warnna, sajêng ring bruk, tatêbus, sambat sanghyang mahadewi kala,
Ra, wa, tkaningagring, ponahan anglaranin, kapitan, ba, ayam putih irêng, tumpêng sari gnêp, sambat hyang wisnu kala.
Ra, ka, tkaning lara, basah anglaranin, ba, ayam putih, tumpêng sari gnêp, taluh, 3, sambat sanghyang puyun.

Nyan têngêr mati, mangden mowong gigiña, ma, mangden wong kesaña, ma, bukut irungña, ma, supit têlêngêña. Ma, smu kesatta lambeña, ma mangden mowong purusnya ma, mangde sirang anakanakan matanya, ma, mangde buik anakanakan mataña, ma, mangde ganggang pdêmnya, ma, mangde dut tangaña, ma, mtu banyu ring sukuña, ma, mtu banyu ring irungña turasiwak, ma, siwak dadaña tura andik, ma.

Nihan Dharmma Usada [7b] kawruhakna, ala ayuning garap, mwang tes apang tatas tkaning gagarap, aja pilag pilug, apan sukuh patmuña, kala kali dngên, wali winalikan, sanghara, anut triwara, saptawara, hayo lali kengetakna tkaning tatakson, anaman sakesan, peñcok kacang, taluh, tok abruk, bras a kulak, 1, sdah who, kêtan, injin, sami sakojong.

Iki kawêruhakna, sang mahyun angusadanin, kawruhaknabrata anglaranin de nira,
iki papulung deninganglaranin, gring kabuten denya. Ranini pajalangati, raka ki pajalang arah, hayu ring sogot, mtu pulung wdinya roning tangguli gênding, bawang adas, acan garêm, we banyu tuli, tahap, ca, sasak mêntah windho paja galan, aji, 25, sêkul sangkapaña. Ranini paksi raja, ayu gri lawang, mtu pulung umbah ambih, pulung [8a] ulad-alid, pulung ambêh kambêk, pulung I pnêk, nggoña anglaranin ri pramana, kawdiña isening rong den sangkêp, we wrak, tahap, ca, antiganing ayan dewaluh, bawang, jae liwat kacang ijo, sajêng bungkak, Bhatara Sita, ayoga kiduli tngên, mtu pulung gandha maya, pulung suksmu. Mangdenya anglari mata, ring untêk, kawdinya kumukus, uyah arêng, bawang, puhakna. Ranini Bhatari Siwi Sakti, hayoga harêping sanggar, mtu pulung slab, pulung tuli nggoña anglaranin ri tuhun, kawdiña ruaning bobohan irêng, bawang jae pait, masui, we wrak, puhakna ring karnnaña. Ra Nini Bhatari ri kêdap, hayoga ring pawon, mtu pulung kukus, pulung orob orob, nggoñya anglaranin ri dada, kawdiña puning tmu bawang bang, den padha kehña, tahap haywa ambêkan, ca, [8b] sate sêmagum, calon sanyum, gêtih poporot, peñcok kasturi, lautiña, katumbah, pnêk, 3, sabêng bungkak. Bhatari Wastu, ayoga harêpin prithiwi, mtu pulung ala palap, nggoña nglaranin ring kuping, kawdiña lêlêngan pusus, ada dena, pijêrakna ri mata, ca, wiwos pajagalan, babacakan pnêk bradene pinggali, Bhatari Canda pinggala, ayoga apidngên, mtu pulung hite, pulung awrawal, pulung tan bali, nggonya nglaranin ring wêtêng alêlêt, kawdinya kambang pepe, naga sari, tahap, sa, kadi nguni. Bhatari Kala Cakra, ayoga loring tngên, mtu pulung dara, pulung ganarêsi, pulung kêkeñca, jugil bunga, pulung tuju, kawdinya ruaning gigirang, pule, katimahan, toya, ubesakna, ca, sarwwa sangkêp. Nini Bhatari Rupakan, ayoga ngarêpin dngên, mtu pulung kambung, pulunga tka, nggoña nglaranin ri suku, kawdiña bawang jae tain wêsi, wrak weña, tahap, wdakña, [9a] Sandhingi pupukul, cuk ring rutamah, Bhatari Amungku Rat, ayoga têngahing natar, mtu pulung angundhara, pulungamêngamêng, pulung kben nggonjanglarani tanarumih, kawdiñya pupukul pah-pah, ca, sakul pan tandingi, mu kakaña, getih a wadah kawah, bawang jae, sêkul saingani ngamangan. Bhatara Sira Sangapkik, Bhatara Sira Sangayu, ayoga ring satra pabajangan, watês pabajangan, ring têgal malakang, mtu pulung sagarupa, pulung bang, pulung irêng, pulung saliwah, pulung ijo, pulung ckal, pulung mowa, pulung tuntum, nggonya nglaranin ringawak kabeh, kawadiña, carmman dapdap, carmma tangi, papayam bulungan, mdakulupa, asêm lama, rêmêk daging, pipis kabeh tahap. Bhatari Durgga dngên, mayoga sira, mtu pulung gaba pati, pulung glap, pulung ngipi nggo [9b] nya nglaranin ring parampan, kawdinya uyah puhakna, ca, gêtih cambra tutukan pajagalan, sêkul sainda, jangan sakawali, sajêng sakuñcing.

Iki pupungan, nyan tngêraning wongagring yanamara pah awaknya, ring jro wêtêng noragring, asrêpika, wdakêlapu ya lawan kaning, dadah wusan odakkakna, kuluban banyu yeh uma, dusakna, nmasi asram, wdakkna, mok gurit, denyaning gringin, pape upu, kaya puh, pai.
sumber: Sastra Unud

Lontar Usada Tiwang 10a – 20a

Lontar Usada Tiwang 10a – 20a

Ta, carmmaning bêngkêl jae, adas, trikatuka, ma, kadi kêrêp. Mokan taluh denya gringin, cêkoke tetesan, carmmaning bangyang, carmmaning bêngkêl, ma, ong kacubung pucung, angarêrêngada guming, têngahing sagara, kurang beyah komba kombul, mombak ombakan tan katampon, tka urung, 3, [10a] mokan gombeng deñang gringin, pacêhêntêl kudagi.
Ta, tampak lima, trikatuka, bangle adas, babakabeh kayu pait, tuus tuus, paiduh, damuh damuh, tmu tingkih, bawang adas, ma, tunggal.

Nihan tambaning wongagring yanya masawang edan, pati sambatin, sa, lawos, kacur, bangle, kunir, pada mairis, kabeh, muwah isinrong, sari, maja muju, pañjar lang, katik cêngkeh, sura meda, saang, sêmbar ulunatine, pada, peng, 3,
muwah yan ya maluyu, wnang parakna tamba iki, ma, aduh bilah setan isa ajim, bismilah ni rahim, lah sluh lah, samalêmmini, sari esuk, jangan kaul, lamunta gulunaku salêmbar, aku tumapkakên kaul, brakta lailalalaya lami.

Ta, awak lupa, sa, wêding tri kancau, pinipis [10b] tahap, waneh boloñohkna.
Ta, awak lara, sa, ruaning sususruh, lawos, bawang putih, dukut baru, uyah, misraksrakna pinipis wrekna prês tahap.
Ta, dêkah, sa, masui, gintên, kêncur, gamongan, bawang putih, tri katuka, sêmbar tangkahña.
Ta, panasing jro, candhana, isin rong, kameri, wêjêk, we bañyu santên, tahap.
Ta, awak grah, sa, ruaning kayu puri, cangkaruk mêntah, wêjêk we bañu, wdakna.
Ta, panas karakêting jro, sa, lêmbungan, katimahan, pet bañunya, têbu cmêng, tain yeh, tahap.
Ta, cêkehan, tmu, ruaning kamuning, sami pinatih, asêm kawak, musi, gintên, prês tahap.
Ta tuju ras, mdalakên rah ring jro, sa, ruaning bayam, luhur, asêm tanêk, antiganing sawung cmêng, añar, pinrês, roh kabeh, patikane, mrica, 21, [11a] tahap.
Ta, rasa biahma, sa, sembungle sakawit, tmu, kalap, sami makuskus, wngine saring, lungid, katumbah, ma, pukulun sira sanghyat rambat gunung gengirasa kangan, sariranta kasoran, luhur tan kaluhuran, wisesa tan kawisesan, atatamban sembung, kalapa, babakan pule tmuhajenam prungka, limpa bengka, pusuh bengka, paru ketan sibang marajah lambung aptiis tiis.
Ta, ngrasa, sa, ruaning ebun takedan, lenga tanusan, buwat manis, wanggo sari, tahap, ma, ang gni angabarabar tngahing sagara, murub makatar kataran, anyeeb rasa ring jro weteng, ebun takedan ambanana rasa bengang amdal sira risor ri luhur, kedep siddhi mandhi mantranku.
Ta, ngras, sa, ambengan akah glagah, lenga tanusan, ambu, sari lungid, anju tahep, jawnang wangto sari, isinrong, ma, om damalima di papa, tka ayu purnna [11b] jati sariranta siddhi kjer waras, ep.
Ta, kadadak, sa, aereba, 3, ma, cika kawacangka, ika kai genyat, jangandika sandhi mantranku, pangan.
Ta, kadadak, sa, weh mili pinuter, ring sami cmeng, ma, aong lu warwdar, 3.
Ta, kadadak, sa, sga ingulet wori apuh bubuk, panggang dena jenar, weh pati kane, mamah, ma, lipun ring atinmu waras.
Ta, watuk srak, sa, lawos, 3, iris, tasik, sinanga mamah, manik cekuh, tasik matah pinangan.
Ta, buh tanpasangkan, sa, lampuyang, bawang bang, adas sembarakna.
Ta, buh tanpasangkan, sa, idu putih, ma, om hulun saking sabrang, panambut kita abuh tan pasangkan, wala api idu putih, tatamnamu, jroh par waras. Iki pringat, wonge lara wusya kneng tiwang,

yan lara ring weteng kaku, malujug [12a] ring ulunatine, tiwang blusung, nga, lolonya sumanggi gunung, lunak, yeh, madadah aluban. Simbuh ulunatine, krikan jangu,
yan laranya jojos awaknya makeret ngaet layah, tanganya magemelan, tiwang dngen, nga, lolohnya don liligondi, kunyit warangan, jebugarum, sintok, bangle, gamongan, yeh cuka. Borehnya, sai, don kapas tawun, lungid, jebugarum, jae pait, yan tan lukan laranya, ampas lolohnya anggen wedak, sami. Usug sirahnya, bangket candhana ring yeh juwuk linglang. Simbuh ulunatine, aji ampas lolohe, mpunin aji lunak ring lengis, jatunin pees gadubang,
yanya lara langu agigis, tur bilbil tan kawasa [12b] angucap, sukunya lara lempor, sriyat sriyut, tiwang bantang lesungan, nga, lolohnya asaban candhana, yeh juwuk, uyah areng, simbuh bawong muwah tangkas isen matambus, bawang matambus, jatunya bras, boreh batise, kunyit warangan, pamor, yeh limo, pees gadubang.
Yan lara di pungsed di ulunatine, mangilutilut, tur manguyang, tiwang lomba-lomba, nga, lolohnya bangket isen, yeh nyuh, gula jaka. Panampel pungsede, akah blatunge lot, bras bang katumbah,
Yan lara buka kiruk tur ngulat ring pungsed, aduh-aduh tur jangkul tiwang wlut, nga, loloh, liligundi sakamulan, bangle, gamongan, katumbah, musi, jebugarum, lunak, uyah. Panampel pungsede jae cekuh, isin tingkih bawang jatunya, muncuk buah tabia lombok, ulig tatakanya don tibah, [13a] apunin aji lengis,
yan lara mangilut makabasang, tur uyangayingan, tiwang bragenjeng, nga, lolohnya, bangle, jebugarum, sintok musi, katumbah, yeh juwuk, uyah areng,
yan lara katon di jro weteng, kalusa gaganturan, malujugjug, aduh aduh, tiwang lesung, nga, lolohnya, babakan tengulun, babakan jepun, isin rong, gagambiran, yeh juwuk, uyah simbuh lara, sulasih, simbuh laranya, isen kapur, ketan gajih, krikan lesung kayu, gempong canging
yan lara ngilutilut ring wetengnya, malaib pungsed tiwang bragenjongan, nga, tur tangannya uyang. Simbuh maka basang, sembung, sulasih, miana cmeng, uku, uku, sami padha madonya, bawang adas, ketan gajih, lolohnya, babakan jepun, kunyit, katumbah musi, krawes,
yan lara ngejer di ulunati, tked [13b] kapaleyokan, manunggek ring pala, isin dumine pakanyednyed, tur uyang, tiwang grapong, nga, lolohnya paya puwuh sakamulan, akah liligondi, gamongan, kunyit warangan, sintok katik cengkeh, sembar weteng, jebugarum, yeh juwuk, uyah. Simbuh laranya kembang kuning, sami donya, isen kapur, katumbah, musi, krawes. Boreh kwa, babakan kowang, padang lepas sakamulan, katumbah musi, ketan gajih.
Yan lara panes dingin tur masawang langu, mrasa kadi paad, tiwang gramong, nga, lolohnya don sembung rambat, bawang tambus, jatonin pamor kadi batun kacang, muwah bnang pelung dawane dwang depa, bras ajumput, wus mabejek ketelin yeh gumulak, hningne inum.
Yan ring suku baat abih, tur mrasa kiyap tiwang simbar banyu, nga, lolohnya, paya [14a] puwuh, kasinen, padha sakamulan, sulasih miyik, sepet-sepet, bras abang, ampas enggon uwap, pungsede simbuh aji kunyit atambus, luun pabwan.
Yan pules leplep, jrijin ne pagridip, tangan suku kukuh, tiwang grit, nga, wdaknyadon madori ne kuning, bras bang, jebugarum, kasuna jangu, the cuka.
Yan lara ring suku, tanpa bayu lempor, tiwang tumpur sangar, nga, krawi sesaning wong, boreh lanurudnya, salwiring babungkil ne gnep, isinrong cakcak, nyuh mulung karyang am pasnyane, dadah aji pangorengan, basang pangorengane rajah kadi iki,___________ wus lebeng lengise, duduk sayapin wadahin pucung, ika anggen lamurna larane salwir tanpa bayu, nga, ampase dadi boreh, panrusnya salwir ring mantra tuwang, [14b] muwah mantra tutur wnang anggen mbakin ubade.
Malih pangempu lara tiwang kabeh, yadin sebaha nyem, malwang empun krayapan, yadin abeh jro weteng sami wnang, tamba iki jaja makarab, nga, sa, isinrong gnep, tabyabun, muwah emba, isin cekab, kulit asem, akah madori putih, babakan jepun, tangulin, krikan gampinis batun lenga agemel, campuhang raris intuk, goreng aji lengis tanusan, rajah basanga pangorengane.

Yanya wus lebeng lengise, iki tibakang panrusnya, ma, mang, bayu sumbrak urip, 3, ung wisnu sumrak urip, 3, sabhuwana kabeh urip padha jumneng jati pageh, 3. [15a]
Yan lara pakanedned malulunan, babyulan aduh, tiwang sumbilang, nga, pangempel awakna sami, lunak uyah, pamor, lenga tanusan, pees gadubang, lamurudakna kabeh. Inumnya, paya puwuh sakamulan, kunyit, gamongan, cekuh, inggu, katumbah, musi, jebugarum, manyeh juwuk, uyah areng. Ampas lolohe malih aworin babakan book, babakan akah kayu tuju, kasuna jangu, yeh cuka, wdakna kabeh.
Yan lukan larana, bangkutaha mentah, yeh cuka, ampase dadi sembar kabeh, yan lara malwang, tur manle ati, macucuk akeh triyak, tiwang bura wayan, nga, lolohna isen kapur, 7,yis, bangle, 5, yis, mica, 5, besik, yeh cuka, ampase dadi sembuh ulunatine. [15b]
yanya lara byulan sagnahnya, tiwang banu makundang, nga, lolohna, babungkilan, isinrong, gagambiran lunak ring uyah, masub aji clebubgkah. Ampas lolohe adukin babakan tangulun, don liligundi, don limo, don tabia bun, anggen simbuh larana, wdakna kabeh, book tangulun, awar-awar, kayu tuju, sami babakan akahna, jatuna kasuna jangu, tngeh, jae pait, yeh cuka, yan taluwan gringna, borehna, kayu pupug kayu tulak, patik kalah, padha sakamulan, kunyit isen cekuh, gamongan jebugarum, yeh cuka yan limanya malwang, muwah palana teken jrijina sami malwang, tur semutan pakajutjut, tiwang dangap-dangap, nga, wdakna jae pait, tengeh, mica, paci-paci, yeh juwuk.
Yan malwang bilang buku, buka pegat rasana, aduh-aduh peteng lemah, tiwang sya, nga, panampel [16a] larane, kunyit gamongan, cekuh jae, jebugarum, isinrong, katik cengkeh, asaban candhana, yeh juwuk, ketelin lengis tandusan. Lolohna, paya puwuh sakamulan, cekuh, gamongan, trawas sampar wantu, katumbah, musi, jebugarum, ketan gajih, yeh juwuk uyah areng, ampas lolohe dadi boreh kabeh, gohin don tatis bun kakatih, kasuna jangu, yeh cuka.
Yan lara sengi-sengi, peteng lemah, malawang mider-mideran rasanya, tiwang balwang, tur manguyang, wdaknya, babakan tangulun, babakan akah kayu tuju, babakan book tengeh, sintok, masui, jebugarum, kasuna, jangu, yeh cuka.
Yan laranya kabeh nebek ring awakna, ulunatina malujug, tiwang tudwan, nga, lolohna paya puwuh sakamulan, gamongan kunyit, katumbah musi, jebugarum, [16b] yeh juwuk linglang, uyah areng, simbuh laranya, babakan kem, muwah donnyane, katumbah, isen kapur, bras bang.

Iki panuwed, sa, adeng kawu, 7, tebih, ulig dena lembat, wdakna, ma, ong papanta bapanta mementa, bapanta babuntadi, aku panuwed dina sai, tka tis palektik, siddhi mantranku.
Ta, wi_________, sa, bulung dawa, mawadah ban santen kane, tahap.
Ta, wi_________, sa, kasela matambus, santen kane, tahap.
Ta, basang sakit, sa, empol tiying, kayu tawa, kunit warangan bawang adas, brekan sungsungan, sembarakna laranya.
Ta, ngras muwah anguyuhaken rah, sa, buah tibah putih, makukus, dena lepah, bawang adas, majuang yehnya acacangkir, madhu a cangkir, tahap. Malih uwapnya, cacing base, bawang adas.
Ta, ulunati kaku, sa, buah base, tmu tis, [17a] ginten cmeng, tutuh irungna kalih.
Ta, beteg, sa, babakan wangkal, isen, yeh cuka wdakakna.
Ta, beteg, sa, don karuk, isen, 3, yis, sari kuning, santen kane, tahapakna.
Ta, ngrasa, muwah ngmokan ring jro, tur anguyuh ang rah, sa, buah blingbing besi, rujak, yeh arak, gula pasir, panganakna. Malih panembar siksikane, akah padang cekuh, bras mes, tasik manahnah, malih, tutuh, sa, kuud nuh gading, ne sumambuh, raginya katik adas, katik waluh paketan, myana cmeng, juwuk linglang, asaban candana jenggi, gula gabuh, matimbung.
Ta, ngrasa, muwah kaamjana, sa, kuud sumambuh nuh mulung, ne mulu ersania, maplapah, muncuk sulasih mrik, sulasih yeh, padha, 3, [17b] muncuk, muncuk dapdap, 3, muncuk, myana cmeng, 3, muncuk ngudan don canging, ngudan don gatep, sari kuning, matimbung, tahapakna, malih sembar siksikane, sa, don canging ne kuning, don bunut ne kuning, sari kuning, malih inumnya, sa, putih taluh siap slem, yeh arak. Malih papusernya, sa, adeng temako, pees gadubang, tahapakna.
Ta, manguyang ngayingan, sa, tain seksek, atin gamongan, kasuna jangu, pipis, wdakakna.
Ta, angancukancuk ring nabhi, sa, akah tuung polo, tmu ireng, muncuk suren sakamulan, don temako, idubang, urapakna.
Ta, wteng lara, tka luwas sakitnya, sa, isen kunyit, uyah, yeh cuka, tahap. Malih papusernya, sa, babakan campaka, trikatuka, yeh pamor, tampelakna. [18a] Malih sembarnya, don tabia bun, kapkap, bangle, gamongan, isen kunyit, sami kikih, bagiakna, srebuk intuk, isinrong, abagi rajah pamali, uyah manyahnyah, sembarakna laranya.
Ganya seneb tur ugumel, tur kaku ulunatinya, muwah bangkes bangkes, upas ngusun milara, sa, lolohnya, akah padang lepas, bawang tambus, adas, bras bang,
yanya langu nguwon, tur ngahngah maka basang, upas pantara milara, sa, lolohnya, don paspasan, adas, bras bang, bungkil buangit, laluna.
Yanya seneb mangol musing parus, muwah ngutah ya kiap, upas rabug milara, lolohnya, muncuk tuwek, slikur muncuk, bawang adas, cakcakin, seduh baan yeh gumulak.
Yan satata ibuk atinnya, marupa panas awaknya, maklesetan, peteng lemah, [18b] tur bangkes bangkes, ngilutilut awaknya, upas karang sudukan milara, sa, loloh kamuruban, bawang adas, galih cakcak, seduhin dumun wuse embon, yehin tuwak manis, raris pres saring, tahap.
Yan ngejer bayunya, muwah ngoon, tur ya seneb manglunteb, enek ulunatinya, tan kawasa ngutah, sing pangan tanpa rasa jaen, upas kebo dadakan milara, ta lolohnya, karoya sakamulan, bawang adas, pulasari, ketan gajih, cakcak seduhin,
yan lara ring awak krasa grah, mangramang, wate enduk, rasa tanpa bayu, mwang lempor, embuh swaranya, upas tangtangwun milara, ta, lolohnya, karoya sakamulan, bawang adas, pulasari, ketan gajih, cakcak pandusin.
Yan ring tangan suku padha grah, awake nyem, mwah basing [19a] deket, tur twara baanga ngutah, upas balatur milara. Ta, lolohnya, biu gedang ne mara wayah, ring babungkulan padha makikih, sintok masui makrak sami madukan, mapres, bangkete presin juwuk, uyah, raris dadah, aluwaban, tahap. Ampase dadi simbuh larane,
yan kuru lempor, tur tan tuna kiap, tur ngedotang mamanisan, muwah asem aseman, upas kasmaran milara, yan tiwang raris beteg, ta, lolohnya, banyu ketan gajih, bawang tambus, adas, jatunin sarin bunga, raris bejek, malih basehin, swah petat, tahap.
Malih odaknya, sarwwa anganggon, jatunin kasuna masab, lengis miik jatunya.

Yanya mdal mangredek katangkahnya, ring bawong dekah, megat megat cekohanya, krikan gangsa milara, ta, lolohnya, bangket kunyit warangan, lumut batu ne nguda, jatunya bejek bejekin aji muluk bebek, saring tahap.
Yan metu gtih [19b] saking jit, upas warangan milara. Ta, lolohnya, don kayu tangi, bras bang, lumaki uyah areng, majatu tanah di kamulan, ampase dadi uwap.
Metu gtih madidih, upas rasa milara, ta, nyuh gading, gula, mapanggang apanga lebeng, nyag gulanya sepet sepet, majantu baan tain jlati ne tuh, raris cakcak, pres, tahap.

Ta, mata gatel, sa, akah karuk, mica, 1, adas, uyah uku, pahakna socanya, mwah pipisakna. Ta, mata gatel, sa, isen, 3, yis, trikatuka, urapakna socanya.
Ta, mata bang, masanjai, yeh susuning wong durung mauntu, banyu tuli, kum dening sibuh tambaga, banten canang ring kamulan, wus rarisupakna.
Ta, mata pesu yeh, muwah [20a] bengul, sa lunak tanek, maswi, garem uku, pipisakna.
Ta, mata pesu yeh, mwa bengul, sa, sanggalangit, buah dalima, kalembak kasturi, puh socanya.
Ta, mata bang, sa, sanggalangit, kalembak kasturi, puh socannya.
Ta, mata bang, sa, sanggalangit, kalembak kasturi, dalima putih, puh socanya.
Ta, dekah, sa, babakab pule, masui, bawang tambus, lengis anyar, tahap.
Ta, dekah, sa, padang lepas, kunyit warangan bawang adas, sembar ring dada.
Ta, dekah tur bengek, sa, don kamoning, don wales, kunyit warangan, katumbah, nyahnyah, pipis, tahap.
Ta, bangkiang sakit asibak, sa, babakab ancak, menyan madhu, ulig, uwapakna.
sumber: Sastra Unud

Lontar Usada Tiwang 20b – 30b


Lontar Usada Tiwang 20b – 30b

Ta, bangkiang kaku makaukud, tunggal mabading sakit, inan kunyit, jebugarum, ulig, uwapakna. [20b]
Ta, kuping sakit buka tumbak, sa bungan nyuh, isin rong gagambiran, raginya sari lungid, yeh candhana, sembarakna karnnanya.
Ta, witing lara mangacuk ancuk mwah nunggek, paling rangsek, nga, sa, don pungut, isen kapur, katumbah, sembarakna.
Ta, weteng kaku maka ukud, mangduhan mailehan, muwah ngohan, tur macelos atinya, tangan sukunya asrep, sa, babakan badung, lunak tanek, sami mapanggang, liligundi muanina, mica, 3, besik, yeh juwuk, juang a takeh, cuka a takeh, tahapakna.
Ta, beseh sagnahna, sa, pamor bubuk, yeh limo, olesakna.
Ta, basang sakit laut seneb, ngaba kulunatina, sa, muncuk pule, kunit, bawang tambus, banu ketan gajih, tahap.
Ta, koreng, sa, isen kapur, sada wayah, pipis, wdakakna. [21a]
Ta, koreng, úa, don lumba-lumba, trikatuka, goreng, juang lêngisne, olêsakna.
Ta, gênit, úa, jajangutan, trikatuka, pipis wdakakna.
Ta, gênit, muwah koreng, úa, akah kayu nasi, sari kuning, gintên cêmêng, ulig, prês, tutuh irungña.
Ta, pacablegbleg, úa, êmbong dapdap sakti, asaban candhana, pamor bubuk, ulig, wdakakna.
Ta, ñakitang lulud, úa, kapasilan dalima, isen kapur, bawang, gula pasir, ulig, tambus, wdakakna.
Ta, suku lara, úa, carmmaning tangulun, trikatuka, yeh arak, ulig, wdakakna.
Ta, parangi, úa, tain bêsi, trusi, yeh juwuk, olêsakna.
Ta, panulak parang, panulak gring agung, panulak sisik, úa, don pungut, ne [21b] ngungkulin tukad, don basa, ne di sisin yehe, batun undis, cêkuh, bras miyik, wdakakna.
Ta, bêsêh tanpa sangkan, úa, akah kêm, tapuk buah, 7, tapuk manggis, 7, bêsik, kulit taluh, 1, wdakakna. Malih panutsutanna, muncuk buwu, 3, matali bnang slêm, 3, ileh. Lolohna, adas, pineñug.
Ta, tuju pêtêng, úa, kêtan, kunit, sêmbarakna, rari guling di damara.
Ta, tuju pêtêng, úa, babakan kasambi daha, isen kuñit, katumbah, 2, bsik, asêm, raris dadah, olesakna.
Ta, maluas, sêmutan, úa, babakan kelor, babakan pule, akah awar-awar, akah teter, akah tuwung kripit, bras bang, bawang matambus, bangle, jae, isen rong, tabia bun, [22a] trikatuka, yeh cuka, wdakna sukune.
Ta, tuju maluang, sêmutan, úa, babakan kusambi, babakan kacêmcêm, babakan juwêt, akah madori putih, kulit juwuk purut, sentok masui, trikatuka, yeh arak, wdakakna ring laraña.

Awighnamastu nama sidam. Om Saraswati patastra ya namah. Iki usada sari, nga, pinaka ratuning usada uttama dahat, apan tambaning sari uttama, nga, dharma usada, kalimosada sami mulih ring usada sari, arang wong wikan, ring rasaning usada sari, nora kweh kang winilang Sanghyang Guru Reka, Sanghyang Brahma, Sanghyang Wisnu, Sanghyang Swara, Sanghyang Tiga juga sakti juga ngawawa ring kana, bapanta tatiga lawan tiga, nyan ta lekasnya maka wyan kawyan nira ring bhuwana alit, bhuwana agung, tiga juga ngawawa ring kana suksma munggwang [22b] sada, dharmma usada, kalimosada, apan balian tiga, wong lara tatiga, nyan ta lwirnya, kang balian lanang, wadon kalih, kang lara, lanang wadon kedi, kang tamba, panes asrep dumalada, kang agring, panes asrep, sebaha ngawelara tunggal, kang angawe tamba dewasanya, Sanghyang Iswara Brahma Wisnu, nandangana lara bayu sabda idep, marimma ning hana kalimosada, jatyanira sanya uttama, kayeki kramanya, ujaring sastra sanga, katiklaning genta pinara pitu, buddha kacapi, nyan rasanira uttama, putwinya mawas meneng bayu anglara, bayu pjah, bayu amigrahanin manusa, amigrahanin dewa, mwah wuus ri siddhining mantra, wnang sira ngusadanin amasang tamba, tur umamat pangupah, umalapakna pradaksina, wnang wong mangkana apan sira wuus ring rasanning sastra sanga, patikelaning genta pinara pitu, buddha kacapi, mwang kalimosadi jatya, kunang ta angapti wruh tumakita [23a] ring angsara umalap lampah mangusadanin, yeki kramanya uttama. Balian ne ring raga kawruhakna rumuhun, balian tatakson, magnah ring siksikan, nga, I Undhaka, muwah balian wadon nika, balian dudukan, balian lanang magnah ring ulunati, balian kedi magnah ring pabahan, nga, Sanghyang Sira Kul Putih. Nyan tatiga baliane mawisesa, balian ring raga sarira, pinugrahan Ida Sanghyang Wisnu, Jalarani Kasiapa Siddhi, muwah anggawe dasa rwa sandhi sakti mangleyak Ida Sanghyang Brahma, Bhagawan Mrecu Kundhamaka jalaran nira, hana bhuta wisesa, anggawe gring, nga, bhuta preteka kala dngen, bhuta ajil, bhuta sliwah, bhuta ludira, bhuta ari ari, ika nggawe gring janma manusa, ika kama, sa, juga maka rencang, Bhatara Brahma, ri sandhingira pinaka proban Bhatara Wisnu, Sanghyang Suksma Dharmma Wisesa, Sanghyang Dharmma Wisesa, Sanghyang Suksma [23b] Dharmma Wisesa, ika nggawe tambaning manusa, angusada sakalwiring lara purnna, patuh idep Sanghyang Iswara, angawre maka sadyanida Bhatara Brahma, Bhatara Wisnu, hyuning suksma, twinya tan tatwa ya.

Yanya wora kinceh awaknya, bokanyane plipit bulun matane saling tumpahin, muwah clengik clengik, upas mamri, nga, milara, ta, loloh lumut batu ne nguda, bawang tambus, pula sari, adas, yeh jun taneg, tahap.
Yan pengeng lempuyeng, panas dingin tusing mising, upas tapas tamparo milara, ta, lolohnya, babakan tui putih, bawang adas matambus, majatu lumut gebeh, nyuh tunu, kadi komake abatu, tahap.

Ta, mpuk genit, sa, mica,9, suruh temurose, 3, bidang, bangle, 3, yis, ma, om kjar, daging kjar, 3.
Ta, soca [24a] kanin, sa, mbotan isen, montong kasa, montong kuning gamongan, tmutis, basanya sari kuning, remek daging, ginten cemeng, sari, sami tambus, supatakna, wdakakna, rwaning limo, lempuyang arum, sami manyahnyah, aworana bras.
Ta, mtu bukat rentengan laware, sa, bungkil gedang saba, montong sarining, tahap. Uwapnya bungkil gedang saba, usug wangkong, sa, tmutis, lunak tanek, madadah.
Ta, mejen, sa, mpol gagang tambus, tain yeh, tahap.
Ta, mejen, sa, yeh embo, injin, bawang adas, tahap. Uwapnya, isep nanah, isep getih, bawang adas. Wedaknya, gamongan gede, nyuh tunu, bawang tambus.
Ta, mejen, sa, carmmaning asem daha, bakar, bawang tambus, urapakna.
Ta, mejen, sa, tui putih, lunak tanek mabakar, bawang [24b] tambus, bras.
Ta, mtu bol, sa, kangkang yuyusakamulan, bun nanipi sakamulan, nyuh matunu, sari lungid, sada wayah tahap, pule, nyuh matunu, sari lungid, panjelang, musi, tahap.
Ta, mtu bol, rwaning bengkel, adas, tahap.
Ta, bol mtu, sa, carmmaning undis, 3, muncuk, bangle, 3 yis, trikatuka, wdakakna.
Ta, mtu bol, sa, akah kenangga, akah dawusa, rwaning sembung, bawang tambus, yeh ktan gajih, tahap.
Ta, bol metu, sa, lublub dapdaptis, akah pucuk putih, yeh ketan gajih, bawang tambus, tahap.
Ta, bol metu, sa, rwaning pancarsona, kunyit, santen kane, bengkes, wus mateng, pinres, tahap.
Ta, bol metu, sa, akah nasi-nasi, yeh ketan gajih, tahap.
Ta, bol metu, sa, carmma- [25a] ning sulastri, carmmaning nagasari, carmaning kalampwak putih, bun nanipi, isinrong, tahap.
Ta, rare nangis ring wngi, sa, sembung pupukna, ma, om ku pukulunna ha.
Ta, dada ngangsur, sa, dukut lepas, kamiri lanang, adas, sembarakna.
Ta, edan, sa, sembung kuwuk, daringo kasuna, uyuhing rare lanang, puhakna ring mata, ring irung, kuping, ma, om ahohaeh, ai-ai, syawya sruha nama swaha.
Ta, warang wareng, sa, cmelan, gula, trasi, tahap.

Ta, warang, sa, yuyu iseni saang, panggang pangan, hayo nginum banyu. Panyaak, sa, rwaning paya puwuh, tampelakna, sasantun, arttha, 250, ma, kokokan matinggah sisin pagah, lebur tka geseng, 3. Pangurung, sa, don paspasan, majatu ban bama bang, mauyeg, olesakna, ma, om mpu watek dewata, paum, [25b] Bhatara Hyang Guru nora ditu, sing tka padha urung, yan hana wwang mangawa pracihna adengan tur magnah ring madyanya nora mawas twinya, sinanputan dening wastranya, menengin pepetannya, tur kna ambat dening pepetnya, ika wwang luwih luputinggring, sajabaning umurnya, doh ikang gring, wong prakosaning dusta, nga, malih hala yan doyan bangkit, mangkana wisanya. Iki sikuting wwang mangawa guna, yanya wwang tlapakan tangannya makalangan, tur nora sya hanya labuh, ika wwang maguna lewih, wonga yasa purnna, ngalwih pengaruh wongiku, doya nangategteg katu, madadagangan prawretinnya tur kaya, samangkana kattamannya.
Malih yana wwang ngawa tngeran ring pipi malih tuwinya adengan, ika jadma pangaruh, doyan akeh biayanyasih, wulan samekdi nginging tan sih, nga, mangkana wwang ika.[26a]
Malih yan hana wwange maciri pipinya cedek senanding adengan, luh yadyan muani, padha jayanya, reres angupa desa, nga, tan wangde patwatwa ananggih kara hayon.
Malih yan hana wwange nene ngawa sukat ring tangannya, waya ri nakanya pelet, yan kari urip kumantas twatwa, nora hana gring wau manjing ring pangubugannya, ratu angalapaken pandhung, nga, suka sugih wekas wekas.
Malih yan hana wwang adengan ring prabhunya matitis papelengan, baingin sinaputin mneng, nga, glis twinya pjah, apan dewa dumadi jadma, lwih uttama.
Malih yana wwange adengan ring pabahannya mnengin usehannya, wong jampana, nga, tong dadi kapapalan doyanya, reka guru, nga, roko tngerannya.
Malih yan hana wwang cdek ring karnnanya, kiwa muwah ring tngen, dulang mreta, nga, madadagang pawretinya. [26b]
Malih san hana wwang ri tampak tangannya kadi usehan tras, tan sapira kaotamanya wwang mangkana, asih gawe mtu sadhana, magawe sugih, idepnya satata sadhana amukti pakewuh, nga, tan wande manmu bagya.
Malih yan hana wong matanda ring lalatanya kanten mausehan patngahing lalatannya, doyan bijuh anak, asing tandurnya ngawe mupna, malih yan hana wwang cablang, tuwed bau, nga, doyan anta, malih yan hana wwang bolang, pangaruh sajawwangika, bobok sajagat, nga, dharmmape mangwika.
Malih yan hana wwang astanya pamjangan aneh ring kamawan, diastu [27a] ring keri, ambar bhuwana, nga katah adwe samitra, bisa angala wandhawa mangkana kattamanya.
Malih yan hana wwang coda ring dadanya, randha prakosa, nga, wani ring satru wwang mangkana.
Malih yan hana wwang ibih batun butuhnya, wintang angendit wulan, nga, byuh anak, byuh rabi, awet tuwuhnya, sarwwa tandura nadi.
Malih yan hana wwang lwir saliwah pawakanya, wong lamaya, nga, bra tiwinya ring karyya, mamadat mamotah doyan santa, pring dala.
Malih yan hana wwang rare nene wau lekad saking bhaga wasa ibune, ari arinya dadi kalung, dadi salimpet, ring tangan rarene maseetan, ari ari iki wnang duduk, jemuh apanga tuh, bakta mamaling becik anggen sabuk anggen seet, ring tras wnang dadi [27b] sira aji sunglap , dadi sira maya maya, tan katon dening satru.Mangkana katta maning ari ari ika, anggen isin sabuk wnang, bakta kapayudan wnang. Malih yan urip rare ika, yadnya padem, yana urip, yan lanang, tar wnang kapapalan, dira purusa, sugih byuh daya, tan kurang pangan kinum.
Malih yan hana wwang adengan ring karmmanya, maka ro roman karmmanya madaging adengan sekar gading, nga, ika wwang mamlik, doyane manggih kadang wargga, yana lanang wong ika, luluh asih, yana wadon wong lanang akweh kasmaran, mangkana kagunan wonge adengan ring karmma kalih.
Malih yan hana wwang adengan ring panasarnya, malih ne ring jroning panasarnya guah adengan ika, kalumanik, nga, bisa makaryya, kelangan sring doyanya, kewala bantas cacad, brayane akeh iri.
Malih yan hana wong wetu ring, ra, u, [28a] tur lanang, turu sesih, nga, tengah yus doyan mati. Ra, pa, witu nungkul, nga, tur lanang, awet yus doyan.
Malih yan hana wwang wetu ring, Ra, pwa, tahan baret, doyan nglah somah mati, pyanak mati.
Malih yan hana wwang wetu ring, ra, tur lanang, awet tuwuhnya, asewe nora dwe rabi.
Malih yan hana wwang wetu ring, ra, ka, tur lanang doyanya mati labuh, menek kayu twat ron rubuh, nga.
Malih yana wwang wetu ring, cu, u, tur lanang, gunung tangis, nga, doyan katinggalan bapa ibu, kari rare tinggalinya.
Malih yana wwang wetu ring, ca, pa, gunung kutila, nga, doyan nglah nyama mati.
Malih yana wwang wetu ring, ca, pwa, tur lanang, gunung pincat, nga, doyan nglah somah mati, tur durung adwe anak. [28b]
Malih yana wwang wetu ring, ca, wa, tur lanang, gunung blah, nga, mwani yadyan luh, yan luh mati adwe anak doyan, yan lanang mati katadah doyanya.
Malih yana wetu ring, ca, ka, pancing sekar, nga, doyan katinggal rabi.
Malih yana wwang wetu ring, a, u, tlaga asat, nga.
Malih yan wwang wetu, a, p, tlaga kingking, nga, balanya nyakitang basang.
Malih yan wwang wetu ring, a, pwa, putri hmas, nga, yaniyanya doyan buron.
Malih yan wwang wetu ring, a, ka, swah angurubin gusih nga, rahayu wetu ring rare, doyanya acacala.
Malih yan wwang wetu ring, bu, u, gagak ikapa, nga, sakit basang bayanya, sakit tras, mamuruh.
Malih yan wwang wetu ring, bu, pa, yan ahusampurnna, rahayu, twa twa manggih sadya. Malih yan wwang wetu ring, bu, pwa, [29a] paksi anengkuk tluh, nga, sadya rahayu, ya awet tuwuhnya, patwa twa amanggih rahayu.
Malih yan wwang wetu ring, bu, wa, yadyan lanang, pararasanya lwir wong wadu, doyanya, yan ring sami tranya dharmma upama tanana dulu muk, amanggih rara kingking, jlene kagawe, wicaksana tur pradnyan, tlaga apit pancoran, nga, doyan glis katinggalan rabi, doyan sring amanggih kapapan manah.
Malih yan wwang wetu ring, bu, ka, guru sandhi, nga, angusadanin, doyan siddhi pantis denya ngucap, sihin braya kadang wargga, mangkana katuturanya.
Malih yan wwang wetu ring, wre, u, ulan rantunin wintang, nga, matutur bisa, mapyulah suged, yadyan lanang yapwan wadon, kelaka ring urip.
Malih yan wwang wetu ring, wre, pa, langkep penentang, nga, doyan amanggih duhkita, yaning wetunya anuju dawuh [29b] hala, yanyan anuju dawuh hayu, amadhya patemunya, yawyaktinya.
Malih yan wwang wetu ring, wre, pwa, ulan tumanggal, nga, doyan katinggalin priya.
Malih yan wwang wetu ring, wre, wa, doyan tan dwe anak, gni angin, nga, panambara.
Malih yan wwang wetu ring, wre, ka, gni laya, nga, doyan ilaban dening glap kojaranya.
Malih yan wetu ring, su, u, wayang dalu, nga, manik mati magantung, mangkana margganya. Malih yan wwang wetu ring, su, pa, gni anglayang, nga, panes, doyan nglah somah mati, wadon yadyapi lanang.
Malih yan wwang wetu ring, su, pwa, ulan sanding wintang, nga, mati kasuduk doyanya.
Malih yan wwang wetu ring, su, wa, pandan sategal, nga, anak akeh adwe, brayasih, tanana dwe utang.
Malih yan wwang wetu ring, su, ka, dugen mangap, doyan buduh, mangkana kojaranya. Malih yan wwang wetu ring, sa, u, tlga tinjo pancu[30a]ran, nga, anak akeh adwe, sugih byuh kaya.
Malih yan wwang wetu ring, sa, pa, jaran runtuh, nga, ngutang banyeh, anak asat.
Malih yan wwang wetu ring, sa, pwa, doyan sukeh adwe anak, gajah kurung, nga.
Malih yan wwang wetu ring, sa, wa, doyan mati aprang sasih amangan rau, nga.
Malih yan wwang wetu ring, sa, ka, paksi putih, doyan adwe rabi, doyan kosong.
Malih hana kocap, yan wwang sariranya nora hana rambute, ika kocap panumadi gunung gundul, matmahanta dahat, doyan mangrebah pamukten. Yaning amurug tan wangde rusak, yan wwang kaya tur byuh brana, anuli ngalap rabi. Ageng muwah alit, yan samangkana tong [30b] istrikna dening rabi, tan wangdena mada akan sadia dina.
sumber: Sastra Unud

Sembahyang - Memuja Tuhan

Om Awighnam Astu

Om Awighnam Astu
Sembahyang dilakukan umat untuk memuja Tuhan.

Banyak macam sembahyang, ditinjau dari kapan dilakukannya, dengan cara apa, dengan sarana apa dan di mana serta dengan siapa melakukannya. Kemantapan hati dalam melakukan sembahyang, membantu komunikasi yang lancar dan pemuasan rohani yang tiada terhingga. Kemantapan hati itu hanya dapat kita peroleh apabila kita yakin bahwa cara sembahyang kita memang benar adanya, tahu makna yang terkandung dari setiap langkah dan cara.

Berikut ini adalah pedoman sembahyang yang telah ditetapkan oleh Mahasabha Parisada Hindu Dharma ke VI.

Persiapan sembahyang
Persiapan sembahyang meliputi persiapan lahir dan persiapan batin. Persiapan lahir meliputi sikap duduk yang baik, pengaturan nafas dan sikap tangan.
Termasuk dalam persiapan lahir pula ialah sarana penunjang sembahyang seperti pakaian, bunga dan dupa sedangkan persiapan batin ialah ketenangan dan kesucian pikiran. Langkah-langkah persiapan dan sarana-sarana sembahyang adalah sebagai berikut:

Urutan-urutan sembah
Urutan-urutan sembah baik pada waktu sembahyang sendiri ataupun sembahyang bersama yang dipimpin oleh Sulinggih atau seorang Pemangku adalah seperti berikut ini:

Sembah puyung (sembah dengan tangan kosong)
Mantram:
Om atma tattvatma suddha mam svaha.
artinya:
Om atma, atmanya kenyataan ini, bersihkanlah hamba.

Menyembah Sanghyang Widhi sebagai Sang Hyang Aditya
Sarana bunga
Mantram:
Om Aditisyaparamjyoti,
rakta teja namo'stute,
sveta pankaja madhyastha,
bhaskaraya namo'stute
Artinya:
Om, sinar surya yang maha hebat,
Engkau bersinar merah,
hormat padaMu,
Engkau yang berada di tengah-tengah teratai putih,
Hormat padaMu pembuat sinar.

Menyembah Tuhan sebagai Ista Dewata pada hari dan tempat persembahyangan
Sarana kawangen
Ista Dewata artinya Dewata yang diingini hadirnya pada waktu pemuja memuja-Nya. Ista Dewata adalah perwujudan Tuhan dalam berbagai-bagai wujud-Nya seperti Brahma, Visnu, Isvara, Saraswati, Gana, dan sebagainya. Karena itu mantramnya bermacam-macam sesuai dengan Dewata yang dipuja pada hari dan tempat itu. Misalnya pada hari Saraswati yang dipuja ialah Dewi Saraswati dengan Saraswati Stawa. Pada hari lain dipuja Dewata yang lain dengan stawa-stawa yang lain pula.
Pada persembahyangan umum seperti pada persembahyangan hari Purnama dan Tilem, Dewata yang dipuja adalah Sang Hyang Siwa yang berada dimana-mana. Stawanya sebagai berikut:
Mantra
Om nama deva adhisthannaya,
sarva vyapi vai sivaya,
padmasana ekapratisthaya,
ardhanaresvaryai namo namah
Artinya:
Om, kepada Dewa yang bersemayam pada tempat yang inggi,
kepada Siwa yang sesungguhnyalah berada dimana-mana,
kepada Dewa yang yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai sebagai satu tempat,
kepada Adhanaresvari, hamba menghormat

Menyembah Tuhan sebagai Pemberi Anugrah
Sarana bunga
Mantra
Om anugraha manohara,
devadattanugrahaka,
arcanam sarvapujanam
namah sarvanugrahaka.
Deva devi mahasiddhi,
yajnanga nirmalatmaka,
laksmi siddhisca dirghayuh,
nirvighna sukha vrddhisca
Artinya:
Om, Engkau yang menarik hati, pemberi anugerah,
anugerah pemberian dewa, pujaan semua pujaan,
hormat pada-Mu pemberi semua anugerah.
Kemahasidian Dewa dan Dewi, berwujud yadnya, pribadi suci,
kebahagiaan, kesempurnaan, panjang umur,
bebas dari rintangan, kegem- biraan dan kemajuan

Sembah puyung (Sembah dengan tangan kosong)
Mantram:
Om deva suksma paramacintyaya nama svaha
artinya:
Om, hormat pada Dewa yang tak terpikirkan yang maha tinggi yang gaib

Trisandya - mantra wajib bagi umat Hindu Bali

Trisandya - mantra wajib bagi umat Hindu Bali

Marilah kita memuja Tuhan, Ida Hyang Widhi Waça
Pemujaan kepada Tuhan dapat dilaksanakan dengan banyak cara. Salah satu di antaranya ialah dengan bersembahyang tiap hari. Kita yang beragama Hindu bersembahyang tiga kali sehari, pagi, siang dan malam hari. Sembahyang demikian disebut sembahyang Trisandhya. Mantram yang dipakaipun disebut mantram Trisandhya.

Mantram ini ditulis dalam bahasa Sansekerta, bahasa orang Hindu jaman dahulu. Kita boleh bersembahyang dengan duduk bersila, duduk bersimpuh atau berdiri tegak sesuai dengan tempat yang tersedia. Sikap duduk bersila disebut padmasana. Sikap duduk bersimpuh disebut bajrasana dan yang berdiri disebut padasana.

Setelah sikap badan itu baik, dilanjutkan dengan pranayama. Pranayama artinya mengatur jalannya nafas. Gunanya: untuk menenangkan pikiran dan mendiamkan badan mengikuti jalannya pikiran, bila pikiran dan badan sudah tenang maka barulah mulai bersembahyang.

Sikap tangan waktu bersernbahyang disebut sikap amusti. Mata memandang ujung hidung dan pikiran ditujukan kepada Sanghyang Widhi. Dalam keadaan seperti itu, sabda, bayu, idep harus dalam keadaan seimbang.

Sebelum mengucapkan mantram, kedua tangan kita bersihkan dengan mantram demikian:
Tangan kanan:
Mantra: Om suddha mam svaha
artinya:Om bersihkanlah hamba

Tangan kiri
:
Mantra: Om ati suddha mam svaha
artinya: Om lebih bersihkanlah hamba

Mantram Trisandhya
OM, OM,OM
BHUR BHUWAH SWAH,
TAT SAWITUR WARENYAM,
BHARGO DEWASYA DHIMAHI,
DHIYO YO NAH PRACHODAYAT,

OM NARAYANAD EWEDAM SARWAM,
YAD BHUTAM YASCA BHAWYAM,
NISKALO NIRlANO NIRWIKALPO,
NlRAKSATAH SUDDHO DEWO EKO,
NARAYANA NADWITYO ASTI KASCIT.

OM TWAM SIWAH TWAM MAHADEWAH,
ISWARAH PARAMESWARA,
BRAHMA WISNUSCA RUDRASCA,
PURUSAH PARIKIRTITAH,

OM PAPO'HAM PAPAKARMAHAM ,
PAPATMA PAPASAMBHAWAH,
TRAHI MAM PUNDARIKAKSAH,
SABAHYABHYANTARA SUCIH.

OM KSAMA SWAMAM MAHADEWA,
SARWAPRANI HITANGKARAH,
MAM MOCCA SARWAPAPEBHYAH,
PALAYASWA SADASIWA.

OM KSANTAWYA KAYIKA DOSAH.
KSANTAWYO WACIKA MAMA,
KSANTAWYA MANASA DOSAH,
TAT PRAMADAT KSAMASWA MAM.

OM SANTI, SANTI, SANTI OM

Arti terjemahannya:
Ya Hyang Widhi yang menguasai ketiga dunia ini,
Yang maha suci dan sumber segala kehidupan,
sumber segala cahaya,
semoga limpahkan pada budi nurani kami penerangan sinar cahayaMu yang maha suci.

Ya Hyang Widhi, darimulah segala yang sudah ada dan yang akan ada di alam ini berasal dan kembali nantinya.
Engkau adaIah gaib, tiada berwujud, di atas segala kebingungan, tak termusnahkan.
Engkau adalah maha cemerlang, maha suci, maha esa dan tiada duanya.

Engkau disebut Siwa, Mahadewa, Iswara, Parameswara, Brahma dan Wisnu dan juga Rudra.
Engkau adalah asal mula dari segala yang ada.

Oh Hyang Widhi Wasa, hamba ini papa,
jiwa hamba papa dan kelahiran hambapun papa,
perbuatan hamba papa,

Ya Hyang Widhi, selamatkanlah hamba dari segala kenistaan ini, dapatlah disucikan lahir dan batin hamba.
Ampunilah hamba. oh Hyang Widhi, penyelamat segala makhluk.
Lepaskanlah , kiranya hamba dari segala kepapaan ini dan tuntunlah hamba, selamatkan dan lindungilah hamba oh Hyang Widhi Wasa.

Oh Hyang Widhi Wasa, ampunilah segala dosa hamba, ampunilah dosa dari ucapan hamba dan
ampunilah pula dosa dari pikiran hamba.
Ampunilah hamba atas segaIa kelalaian hamba itu.

Semoga damai dihati, damai didunia, damai selalu.


Uraian dan Arti Kata-kata dalam Tri Sandhya
  • Tri=tiga
  • Sandhya=sembahyang

  • Om=suku kata suci, lambang Sang Hyang Widhi
  • Bhur=bumi
  • Bhuvah=langit
  • Svah=sorga
  • Tat=itu
  • Savituh=savita
  • Varenyam=Tuhan
  • Bhargah=cemerlang
  • Devasya=Dewa: Tuhan
  • Dhimahi=marilah kita memusatkan pikiran
  • Dhiyah=pikiran
  • Yah=ia
  • Nah=kita
  • Prachodayat=semangat

  • Narayanah=Tuhan
  • Eva=hanya
  • Idam=ini
  • Sarva=semua
  • Yat=yang
  • Bhutam=yang telah ada
  • Yad=yang
  • Bhavyam=yang akan ada
  • Niskalankah=bebas dari noda
  • Niranjanah=bebas dari kotoran
  • Nirvikalpah=perubahan
  • Nirakhyatah=digambarkan
  • Suddah=suci
  • Devah=Dewa; Tuhan
  • Ekah=satu
  • Na=tidak
  • Dvitiyah=kedua
  • Asti=ada
  • Kascit=yang lain

  • Tvam=engkau
  • Sivah=Siwa; yang pengasih dan penyayang
  • Mahadevah=Mahadewa; Dewa yang Agung
  • Isvarah=Iswara; yang kuasa
  • Paramesvarah=penguasa yang tertinggi
  • Brahma=Brahma; yang mencipta
  • Visnuh=Wisnu; yang bekerja
  • Ca=dan
  • Rudrah=Rudra; yang mempralina
  • Purusah=purusa; jiwa alam semesta
  • Parikirtitah=dipanggil
  • Parikirtita=dipanggil

  • Papah=papa
  • Aham=hamba
  • Papakarma=perbuatan papa
  • Papatma=jiwa papa
  • Papasambhavah=kelahiran papa
  • Trahi=hendaknya engkau
  • Mam=lindungi hamba
  • Pundarikasa=yang bermata
  • tun-sabahya-bhyantarah=luar dalam lahir batin
  • sucih=suci; bersih

  • ksamasva=hendaknya engkau ampuni
  • mahadewa=Mahadewa
  • sarvaprani-hitankara=yang membuat kebahagiaan semua makhluk
  • moca=hendaknya engkau bebaskan
  • sarvapapebhyah=semua dosa
  • palayasva=hendaknya engkau lindungi
  • sadasiva=Siwa yang kekal; Tuhan

  • ksantavyah=hendaknya supaya diampuni
  • ksantavya=hendaknya supaya diampuni
  • kayikah=anggota badan
  • dosah=dosa
  • vacikah=kata-kata
  • mama=hamba
  • manasah=pikiran
  • pramadat=kelalaian
  • Santih=damai