"OM AWIGNAMASTU NAMA SIDDHEM OM SWASTIASTU" SEMOGA SEMUA DALAM PERLINDUNGAN TUHAN, SELAMAT MEMBACA DAN SEMOGHA BERMANFAAT.jangan lupa kunjungi videobsaya di link https://youtu.be/-UJdPDAjETM

7/13/2012

MC MABASA BALI


Inggih, titiang nunas uratian Idadane sareng sami  duaning acara wanti warsa stt marga satya puniki pacang kawitin titiang
Inggih:
- Jero Mangku sane suciang titiang
- Pengelingsir gumi sane wangiang titiang
- Bapak Kelian Dinas sane ksumayang titian
- Bapak Kelian Seni sane wangiang titiang
- Bapak Kelian Adat sane taler kusumayang  titiang…
- Para atiti miwah sameton lanang istri sane tresna sihin titiang
Om Swastyastu,
Angayubagia uningayang titiang majeng ring Ida Sang Hyang Widhi Wasa, saantukan wantah sangkaning asung kertha wara nugraha Ida, mawinan iraga prasida kacunduk masadu arep sakadi mangkin ring galahe sane becik puniki. Ring raina mangkin pinaka raina sane mabuat pisan antuk STT Marga satya, duaning ring galah puniki sami sampun sidha rauh nagingin uleman lan ngaksi wanti warsa  STT Marga Satya sane sampun kaping….. Demoghi napi sane keaptiang digelis sidha mapikolih, mapikolih kerahayuan lan sidha manguhang rasa sagilik salulung sabayantaka sarpanaya. Saduruung acara puniki katincapang Idanane sami ngiring sareng-sareng nunas ica iri antuk ngaturang sembah bhakti majeng Ring Ida Sang Hyang Widhi, antuk galah titiang suserahang majeng Ida Jero Mangku mangda ngeter pamuspayan,,,,,
Idadane sareng sami sane wangiang titiang, menawi sewuus nunas ica pastika kenehe galah sekadi langit tanpa mega, sane mangkin titiang wacak dudonan acara wanti warsa STT ……….wengine mangkin, inggian punika:
1.     Pembukaan lan Atur Piuning ketua STT…..
2.     Sambutan Kelian Adat
3.     Sambutan Kelian dinas
4.     Sambutan Kelian Seni
5.     Sambutan Pengelingsir Bumi lan
6.     4. Acara :
a. Pementasan tari …………..
b. Pementasan joged
7. . Pemuput acara olih Ketua Pemuda
Suksma banget atur uningayang titiang majeng uratian idadane sami saha sangkaning idadane sami pemargan acara puniki sidha mamargi antar. Moghi-moghi ring acara pemudha niki makuweh sidha kapikolihaang, inggian pasemetonan raga lan ngeraketaan STT sareng manggala dinas, adat, seni tur panglingsir sidha mamargha antar ngantoos ri wekas. Menawi ri pet prada iwang atur titian ten arsa ring linggih idadane sami ledang ngaksamayang ketambetan titiange dados pengeter acara. Rahajeeng kacunduk ring wanti warsa STT sane jagi rauh,,,,
OM SANTI SANTI SANTI OM

                                                    OLIH : I MADE JULIADI SUPADI,S.Pd

6/22/2012

UTSAWA DHARMA GITA


      Berdasarkan kitab suci Veda, Utsawa Dharma Gita pada hakekatnya adalah; Phalasruti, Phala- sloka, dan Phalakwaya. Phalasruti mengandung makna pahala dari pembacaan kibat-kitab sruti atau wahyu yang pada umumnya disebut mantra yang berasal dari Hyang Widhi.  Phalasloka adalah pahala dari pembacaan kitab-kitab susastra Hindu seperti kitab Itihasa, yakni Ramayana cur. Mahabrata. Phalawakya adalah tradisi pembacaan karya sastra Jawa Kuno berbentuk prosa atau parva. Utsawa berarti festival atau lomba. Sedangkan Dharma Gita adalah nyanyian suci keagamaan. Dengan demikian, Utsawa Dharma Gita adalah festival atau lomba nyanyian suci keagamaan Hindu. Utsawa Dharma Gita. sebagai kidung suci keagamaan Hindu telah lama berkembang di masyarakat melalui berbagai pesantian, , baik yang ada di Bali maupun luar Bali. Sebelum menasional, Utsawa Dharma Gita dilaksanakan Pemda Bali dalam bentuk lomba kekawin dan kidung.   Penggunaan Dharma Gita dalam berbagai bentuk kegiatan keagamaan sangat membantu menciptakan suasana hening, hikmat/kusuk yang dipancari getaran kesucian dengan jenis yadnya yang dilaksanakan, sehingga kegiatan tersebut dapat berjalan hening, hikmat/kusuk. Untuk melestarikan dan mengembangkan Dharma Gita dalam pelaksanaan kegiatan di masyarakat, Utsawa Dharma Gita diupayakan berlangsung setiap tiga tahun sekali. Utsawa Dharma Gita tingkat nasional telah berlangsung delapan kali berturut-turut.

      TUJUAN UTSAWA DHARMA GITA 
          Meningkatkan rasa keagamaan sebagai wujud pemahaman ajaran agama. Meningkatkan sradha dan bhakti sebagai landasan terbentuknya ahlak mulia. Melestarikan dan mengembangkan Dharma Gita di kalangan umat Hindu. Memantapkan kerukunan hidup intern umat Hindu yang serasi dan harmonis. Mempersatukan dan menyamakan persepsi tentang Dharma Gita. Meningkatkan kajian terhadapa kitab suci Veda.
         Meningkatkan keterampilan membaca kitab suci Veda atau kidung-kidung keagamaan. Meningkatkan penguasaan materi ajaran agama Hindu.

OM SUASTIASTU & SUASTIKA


Om Suastiastu merupakan panganjali umat Agama Hindu dimana kata Om Suastiastu berasal dari kata sansekerta yaitu “SU +ASTI + ASTU. Su artinya baik, asti artinya adalah dan Astu artinyamudh-mudahan. Jadi Om Suastiastu mengandung makna “SEMOGA ANDA DALAM KEADAAN BAIK ATAS KARUNIA SANG HYANG WIDI” Kata Swastiastu ini berhubungan erat dengan symbol suci aama hndu yaiu Suastika yang merupakan dasar kekuatandan kesejatraan buana Agung (macrokosmos,red) dan Buana Alit (mikrocosmos,Red). Bentuk swastika ini dibentuk sedemikian rupa sehingga mirip dengan galxy atau kumpulan bintang-bintang dicakrawala yang merupakan dasar kekuatan dari perputaran Alam mini.
               Dengan ucapan Om Swastiastu sebenarnya kita sudah memohon perlindungan kepada Sang Hyang Widhi.



sumber "upadesa"

METODE GOTONG ROYOONG


Dalam dunia pendidikan paradigma lama mengenai proses belajar mengajar bersumber pada teori (atau lebih tepatnya asumsi) tabula rasa John Locke yang menyatakan bahwa pikiran anak seperti kertas kosong yang putih dan siap menunggu coretan-coretan gurunya. Dengan  kata lain, otak seorang anak sepeti botol kosong yang siap diisi dengan segala ilmu pengetahuan dan kebikaksanaan sang mahaguru.
              Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah. Kita tidak bisa lagi mempertahankan  paradigma lama tersebut. Teori, penelitian dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar membuktikan bahwa para guru sudah harus mengubah  paradigma pengajaran. Kita perlu  menelaah kembali praktik-praktif pembelajaran di sekolah-sekolah . peranan yang harus dimainkan oleh dunia pendidikan dalam mempersiapkan anak didik untuk  berpartisipasi secara utuh dalam kehidupan bermasyarakat di abad 21 akan sangat  berbeda dengan peranan  tradisional yang selama ini dipegang oleh sekolah-sekolah.
              Ada persepsi umum yang sudah  berakar dalam dunia  pendidikan juga sudah menjadi harapan masyarakat. Persepsi umum ini menganggap bahwa sudah  merupakan tugas guru untuk mengajar dan menyodori siswa dengan muatan-muatan informasi  dan pengetahua. Guru perlu bersikap atau setidaknya  dipandang oleh siswa sebagai yang mahatahu dan sumber informasi . lebih celaka lagi siswa belajar dalam situasi yang membebani dan menakutkan karena dibayangi oleh tuntutan-tuntutan mengajar nilai-nilai tes  dan ujian yang tinggi.
              Tampaknya perlu adanya perubahan dalam menelaah proses belajar siswa interaksi antara siswa dan guru. Sudah seyogyanya kegiatan belajar mengajar juga lebih mempertimbangkan siswa. Siswa bukanlah sebuah botol kosong yang bisa diisi dengan muatan-muatan informasi apa saja yang dianggap perlu oleh guru. Selain  itu, alur proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa. Siswa bisa juga saling mengajar dengan sesame siswa yang  lainnya. Bahkan banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (pear teaching) ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru. System pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesame siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut  sebagai system “ pembelajaran gotong royong” atau cooperative  learning. Dalam system ini, guru bertindak sebagai fasilitator.
              Ada beberapa alas an penting mengapa system pengajaran ini perlu dipakai lebih sering di sekolah-sekolah. Seiring dengan proses globalisasi, juga terjadi transformasi social, ekonomi, dan demografis yang mengharuskan sekolah untuk lebih menyiapkan anak didik dengan keterampilan-keterampilan baru untuk bisa ikut berpartisipasi dalam dunia yang berubah dan berkembang pesat.
              Sesungguhnya, bagi guru-guru di negeri ini metode gotong royong tidak terlampau asing dan mereka  telah sering menggunakannya dan mengenalnya  sebagai metode kerja kelompok. Memang tidak bisa disangkal bahwa banyak guru telah sering menugarkan para siswa untuk bekerja dalam kelompok.
              Sayangnya, metode kerja kelompok sering dianggap kurang efektif. Berbagai sikap dan kesan negative memang bermunculan dalam pelaksanaan metode kerja kelompok. Jika kerja kelompok tidak berhasil, siswa cenderung saling menyalahkan. Sebaliknya jika berhasil, muncul perasaan tidak adil. Siswa yang pandai/rajin merasa rekannya yang kurang mampu telah membonceng pada hasil kerja mereka. Akibatnya metode kerja kelompok yang seharusnya bertujuan mulia, yakni menanamkan rasa persaudaraan  dan kemampuan bekerja sama, justru bisa berakhir dengan ketidakpuasan dan kekecewaan. Bukan hanya guru dan siswa yang merasa pesimis  mengenai penggunaan metode kerja kelompok, bahkan kadang-kadang orang tua pun merasa was-was jika anak mereka dimasukkan dalam satu kelompok dengan siswa lain yang dianggap kurang seimbang.
              Berbagai dampak negative dalam menggunakan metode kerja kelompok tersebut seharusnya bisa dihindari jika saja guru mau meluangkan lebih banyak waktu dan perhatian  dalam mempersiapkan dan menyusun metode kerja kelompok. Yang diperkenalkan dalam metode pembelajaran cooperative learning  bukan sekedar kerja kelompok melainkan pada penstrukturannya, jadi system pengajaran cooperative learning  bisa didefinisikan sebagai kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsure pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerjasama dan proses kelompok.
              Kekawatiran bahwa semangat siswa dalam mengembangkan diri secara individual bisa terancam dalam menggunaan metode kerja kelompok bisa dimengerti karena dalam penugasan kelompok yang dilakukan secara sembarangan, siswa bukannya belajar secara maksimal, melainkan belajar mendominasi ataupun melempar tanggung jawab. Metode pembelajaran gotong royong distruktur sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota dalam satu kelompok melaksanakan tanggung jawab pribadinya karena ada system akuntabilitas individu. Siswa tidak bisa begitu saja membonceng jerih payah rekannya dan usaha setiap siswa akan dihargai sesuai dengan poin-poin perbaikannya.

KRITIK TEKS


Kritik teks adalah aktivitas menganalisis teks yang termuat dalam naskah-naskah salinan untuk mengukur teks dalam hubungannya dengan teks asli (otograf). Tujuan akhir kritik teks adalah menemukan teks yang asli atau mendekati aslinya untuk bahan penyuntingan yang akan menghasilkan teks bersih dari segala kesalahan.Objek utama dalam kritik teks adalah aksara yang digunakan untuk menulis teks, bahasa teks, kesahihan teks, dan kandungan teks.
PENYUSUNAN LANGKAH PENELITIAN
1.Pencatatan dan pengumpulan naskah satu versi
2.Perbandingan naskah:
-Resensi: membaca dan menilai teks
-Perbandingan teks
-Mengelompokkan naskah atas versi-versi berdasarkan kesamaan bahasa, kandungan, dan struktur teks
-Eliminasi: penyisihan naskah yang tidak satu versi.
 3. Eksaminasi
-Melakukan perbandingan antar naskah
-Menentukan metode penyuntingan yang tepat sesuai keadaan naskah objek penelitian.
-Membaca dan memeriksa semua teks dalam naskah-naskah objek penelitian.
-Memeriksa kesalahan atau bagian yang diduga menyimpang dari teks asli.
-Mencatat seluruh kesalahan salin atau peyimpangan yang terdapat pada setiap naskah.
-Memisahkan perubahan atau peyimpangan mekanis dan non-mekanis
-Mencatat perbedaan vacaan (varian) antar naskah
--------------------------------------------------------------------------
BERSAMBUNG BELOM ADA BAHAAN,,,,
'''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''