Pengertian Artikel Ilmiah Populer
Suparno (2007) menyatakan bahwa menulis merupakan
suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis
sebagai alat/medianya. Aktivitas menulis melibatkan unsur penulis sebagai
penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.
Adapun artikel adalah salah satu contoh, bentuk,
dan produk dari bahasa tulis yang akrab dikenal oleh masyarakat pembaca.
Menulis sebuah artikel pada hakikatnya merupakan pengungkapan pendapat atau ide
tentang sesuatu tema atau hal dalam bentuk tulisan. Dengan kata lain menulis
artikel adalah aktivitas menuangkan pemikiran tentang suatu masalah dalam
sebuah karya tulis.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia yang disusun
oleh Poerwadarminta (1984), kata “artikel”
(artikel) sendiri dipahami sebagai karangan atau tulisan yang dimuat di media
massa cetak seperti koran, majalah, dsb. Artikel juga dapat diartikan sebagai sebuah karangan faktual (non fiksi),
tentang suatu masalah secara lengkap, yang panjangnya tidak ditentukan, untuk
dimuat disurat kabar, majalah, bulletin dan sebagainya, dengan tujuan untuk
menyampaikan gagasan dan fakta guna meyakinkan, mendidik, menawarkan pemecahan
suatu masalah, atau menghibur (Romli,
2009: 46).
Sedangkan kata opini berasal dari kata “opinion” (Bahasa Inggris) yang berarti
pendapat, pikiran, perasaan. Secara definitif artikel opini adalah sebuah
tulisan dalam media cetak yang memasukkan pendapat, pikiran, dan perasaan
penulis di dalamnya. Subjektivitas yang terkandung dalam artikel opini bukanlah
unsur yang dimaknai secara negatif, melainkan sebagai kekuatan/kemampuan
penulis menyajikan ketajaman analisisnya (Windia dan Atmaja, 2010: 13).
Soeseno (dalam Sukino, 2010: 179) menyatakan bahwa berdasarkan tingkat
kerumitannya artikel dapat dikelompokkan atas tiga bagian, yakni artikel
ilmiah, artikel ilmiah populer, dan artikel populer.
Artikel ilmiah adalah model artikel yang
mensyaratkan adanya objektivitas atau kedalaman pembahasan, dukungan informasi
yang relevan, dan biasanya diharapkan menjelaskan “mengapa” dan “bagaimana”
suatu perkara terjadi, serta bahasa yang digunakan adalah ragam bahasa baku.
Artikel ilmiah populer merupakan model penulisan
yang berada ditengah-tengah antara artikel ilmiah dan artikel populer. Artikel
ilmiah populer mengacu pada tulisan yang bersifat ilmiah, namun disajikan
dengan cara penuturan yang mudah dimengerti, bahasa yang digunakan lebih mudah
dipahami oleh pembaca. Sedangkan artikel populer adalah tulisan yang bersifat
menghibur, tulisan ringan, dan bahasa yang digunakan cenderung bebas.
Sementara itu Windia dan Atmaja (2010: 20) menyatakan
artikel ilmiah populer adalah suatu
penulisan yang sifatnya ilmiah atau substansinya ilmiah, namun disajikan dengan
gaya yang populer atau mudah dimengerti pembaca. Suatu tulisan/artikel
dikatakan ilmiah, bila di dalamnya mengandung nalar, yang pada umumnya mencoba
menjawab tentang “mengapa” dan “bagaimana” suatu suatu fakta yang tersedia,
yang kemudian dirumuskan, apa pendapat dan logika penulis tentang fakta
tersebut.
Artikel ilmiah populer lazim disebut artikel opini
biasanya ditemukan pada halaman khusus opini bersama tulisan/artikel yang lain
seperti tajuk rencana, karikatur, pojok, kolom dan surat pembaca di media
cetak.
Jenis-Jenis Artikel Ilmiah
Populer (Opini)
Jenis-jenis artikel ilmiah populer (opini)
ditentukan berdasarkan kepentingannya dalam menyampaikan perhatian, minat, atau
reaksi terhadap peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Kurnia (dalam Sukino,
2010: 181-184) membagi artikel ilmiah populer (opini) menjadi tujuh jenis,
yaitu :
1) Sketsa
Tokoh
Artikel jenis ini biasanya berisi uraian tentang
tokoh dalam berbagai aspek. Tokoh-tokoh yang menjadi subjek disajikan oleh
penulis dalam berbagai peristiwa. Kebanyakan sketsa tokoh memuji-muji
subjeknya. Hal ini karena umumnya
subjek adalah orang yang sudah terkenal, dikagumi masyarakat, dan dapat
dipercaya. Contoh sketsa tokoh :
JK,
Sosok Oportunis
Jusuf Kalla atau populer dikenal
masyarakat sebagai JK adalah salah satu mantan pemimpin di negeri ini, menemani
Presiden SBY sebagai Wapres dalam kurun tahun 2004-2009. Salah seorang pemimpin
ulung yang berjiwa sosial yang kini menjabat sebagai Ketua Palang Merah
Indonesia (PMI).
Dalam buku terbaru yang ditulis
oleh Roy BB Janis, Wapres JK menyebut dirinya sosok oportunis. Dibalik sifatnya
yang kalem dan santun sosok JK ternyata seseorang yang terdidik untuk
senantiasa jeli dalam melihat peluang dan kesempatan. Termasuk di dalamnya
peluang dalam meraih kursi RI-1.
Pengusaha sukses asal Makassar
tersebut melihat dirinya memiliki kompetensi yang tak kalah dari presiden SBY.
Posisi Wapres yang dijabatnya selama lima tahun belakangan tidak membuatnya puas dan duduk manis di
kursi empuk sebagai orang terkuat ke-2 di negara ini. Kemunculan JK sebagai
calon kuat pemimpin negeri ini dalam Pilpres patut diapresiasi sebagai langkah
maju untuk menghapus dikotomi yang selama ini menjadi tradisi di negeri ini
yaitu Presiden Indonesia haruslah orang Jawa. Bagaimanapun juga, tiap warga
Negara Indonesia memiliki hak yang sama untuk menjadi Presiden. Dan JK adalah
sosok oportunis yang akan mengambil peluang tersebut.
2) Wawancara
Jenis artikel ini lebih memfokuskan pada bentuk
tulisan artikel yang berisi hasil wawancara terhadap tokoh. Keseluruhan tulisan
mungkin hanya berbentuk tanya jawab atau dialog yang dilengkapi dengan
penuturan situasi yang berkaitan dengan persoalan yang tengah didiskusikan.
Artikel wawancara yang menjadi fokus adalah pandangan, gagasan, atau penilaian
orang yang diwawancarai, bukan siapa mereka, atau apa yang tengah mereka
kerjakan. Jenis artikel ini sifatnya harus objektif. Contoh artikel wawancara
adalah sebagai berikut :
Bali Belum
Mandiri
Perubahan perilaku masyarakat Bali
sejak 25 tahun terakhir, yakni dalam setiap upacara keagamaan untuk kelengkapan
upakara menimbulkan pergeseran
ekonomi. Bali bahkan menjadi pasar
potensial produk impor. Sekretaris Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI)
Bali, Prof. Dr. Ida Bagus Raka Suardana, SE, MM., menilai perubahan perilaku
ini akibat perubahan pendapatan, sekaligus perubahan life style masyarakat Bali itu sendiri. Dampaknya secara produksi
Bali belum mandiri. Berikut penjelasannya.
Apa
saja yang didatangkan dari luar Bali?
Kalau dilihat dari segi harga,
buah-buahan yang berasal dari luar harganya sangat mahal. Mungkin kalau
diproporsikan, pembelian alat kelengkapan banten
untuk buah-buahan proporsi biayanya hampir 80 persen tersedot ke sana. Sarana upakara lain seperti janur juga sangat
tergantung dari luar., khususnya Jawa. Setiap mendekati rerainan di Bali, mobil-mobil boks terbuka mengantre di pelabuhan
penyebrangan mengangkut komoditas tersebut. Demikian pula untuk kebutuhan
daging, terutama daging ayam, Bali sangat tergantung impor, termasuk produk
dari luar daerah. Ini cerminan Bali belum mandiri dalam memenuhi kebutuhan
masyarakatnya.
Apa
yang harus dilakukan?
Perlu ada terobosan dan penyadaran.
Tokoh agama, PHDI, MUDP, Bendesa Adat harus terus mensosialisasikan bahwa
penggunaan buah-buahan impor agar dikurangi. Kelengkapan upacara hendaknya
menggunakan buah-buahan lokal. Jika hal ini dilakukan oleh setiap keluarga
banyak hal yang bisa dihemat. Bahkan dalam konteks pelestarian lingkungan
karena buah-buahan lokal bisa dilestarikan.
Apa
solusi untuk pemerintah?
Pemerintah daerah harus membuat
kebijakan pembuatan sentra-sentra perkebunan buah lokal dan perkebunan
penunjang alat kelengkapan upacara dan pemberian insentif bagi pelakunya. Bila
perlu ada peraturan daerah (Perda) penggunaan produksi lokal untuk pemanfaatan
konsumsi upacara dan konsumen hotel.
3) Naratif
Jenis artikel naratif adalah artikel yang diawali
paparan sebuah kisah, kemudian dilanjutkan dengan mengupas bahan-bahan yang
lebih berat. Pemaparan kisah dalam artikel ini ditampilkan melalui orang
pertama atau orang ketiga. Contoh artikel naratif :
Membuka Mata
Para Pemimpin
Ponari si dukun cilik asal Jombang.
Demikian narasi besar yang marak diberitakan di media massa. Tak
tanggung-tanggung, baik media cetak maupun elektronik semua mengekspos kisah
bocah ajaib itu. Betapa tidak ajaib, seorang anak kecil yang masih duduk di
bangku kelas tiga sekolah dasar, mendadak jadi terkenal. Lebih tenar ketimbang
caleg parpol manapun. Ponari, demikian nama lakon kita, konon sesaat setelah
tersambar petir mendapat batu bertuah. Dan konon pula, batu bertuah tadi
mujarab mengobati pelbagai macam penyakit.
Sontak, ribuan pasien menyemut di
depan rumahnya setiap hari. Sebuah kisaran angka pasien yang belum pernah
didapat sebuah rumah sakit (RS) sekalipun. Ribuan pasien tadi, rela
berdesak-desakan, berdempetan, dan sebagian besar berasal dari luar kota. Luar biasa!
Sebuah fenomena sosial yang cukup sempurna menggambarkan kelalaian pemerintah
khususnya terkait pelayanan kesehatan bagi rakyat miskin di negeri ini.
Tidaklah salah jika rakyat
tergila-gila berobat ke dukun cilik Ponari, jika tangan mereka tidak mampu lagi
menggapai biaya berobat di rumah sakit yang setinggi langit, sedangkan untuk
memenuhi urusan perut saja mereka sudah pontang-panting. Banyak rumah sakit
yang menolak pasien miskin hanya karena takut mereka rugi karena melayani
pasien miskin yang hanya berbekal askeskin. Hanya karena alasan tersebut pihak
RS lalu menelantarkan nyawa pasien. Sungguh ironis. Dimanakah posisi pemerintah
sekarang? Apakah pemerintah buta dan tuli melihat kenyataan tersebut? Ataukah
mereka perlu diobati pada dukun cilik Ponari tersebut biar penyakit “ buta dan
tuli” mereka sembuh sehingga bisa melihat dan mendengar penderitaan rakyat.
4) Penyingkapan
Artikel penyingkapan mirip dengan berita. Berbagai
bentuk penyingkapan berhubungan erat dengan opini dan informasi, tetapi berbeda
dalam hal sasaran, yakni lebih spesifik dan individual. Contoh artikel
penyingkapan :
Soeharto dan “Unfinished Story”
Hari ini, Minggu (10/2), genap dua
pekan Presiden Soeharto meninggal dunia. Soeharto adalah salah seorang tokoh
besar yang banyak mempengaruhi jalannya sejarah bangsa ini. Pun demikian ada
satu fakta dalam sejarah kepemimpinan Soeharto yang selama kurang lebih 32
tahun memimpin bangsa ini, yang tak mungkin ditutup-tutupi, yakni : aksi
beredel ala Orba.
Pemberedelan (bahkan pemusnahan
buku) memang mengakrabi pemerintahan Soeharto. Majalah TEMPO, misalnya sempat menjadi korban beredel dua kali. Pertama
tahun 1982, kedua kala tahun 1994. Kebebasan pers dibungkam. Tak ada satu pun
pihak yang berani mengontrol pemerintahan yang diktator ala Soeharto.
Contoh lain, seperti aksi
pemusnahan dan larangan edar karya-karya Pramoedia Ananta Noer. Pram demikian
ia akrab disapa menjadi salah satu tokoh yang dibenci dan diburu oleh
pemerintahan Orba, sampai-sampai ia
dibuang ke pulau Buru. Segala yang berbau Pram dianggap ajaran
marxisme-leninisme. Sebagai misal, karya Pram yang berjudul “Gadis Pantai” yang
mengisahkan sejarah bangsa ini dari tahun 1965 dihanguskan oleh pemerintahan
Orba hanya karena dianggap novel tersebut menjelek-jelekan pemerintahan Orba
yang melibatkan Soeharto sebagai dalang sejarah dalam peristiwa penghianatan
PKI tahun 1965.
Generasi mendatang jelas
membutuhkan gambaran sejarah yang utuh. Dan gambaran sejarah semacam itu tak
jarang sulit ditemui dalam buku sejarah yang resmi diajarkan di pelbagai
jenjang pendidikan. Meskipun Soeharto telah pergi meninggalkan sejumlah “unfinished story”, sejarah yang belum
usai, tapi dosanya mungkin belum bisa dimaafkan oleh generasi penerus bangsa
ini.
5) Antologi
Proses penulisan dalam artikel jenis antologi
biasanya diawali dengan kerja editor yang menghubungi penulisan pilihannya,
kemudian penulis diminta mengulas materi tertentu yang harus bisa dihubungkan
dengan tema keseluruhan yang telah dirancang. Contoh artikel antologi
adalah sebagai berikut :
“Sebuah
Renungan” Untuk Sang Penguasa
Anggota DPR (Dewan
Perwakilan Rakyat) adalah orang-orang terhormat yang dipilih oleh rakyat. Sudah
sepantasnya mereka mengabdi pada rakyat serta mengemban aspirasi dari suara
nurani rakyat. Namun jauh panggang dari api. Tingkah polah para wakil rakyat
sekarang membuat masyarakat sakit hati. Belum selesai kita dengar tentang
rencana pembangunan gedung baru DPR yang kontroversial, lalu disusul dengan
renovasi toilet yang katanya menghabiskan dana 2 milyar, kini masyarakat dihebohkan
dengan biaya renovasi gedung badan anggaran DPR yang mencapai 20 milyar.
Perlukah sebuah
“istana mewah” dibangun untuk para wakil rakyat yang terhormat? Sementara
mereka ketiduran ketika mengikuti sidang pleno, ada yang menonton video porno
dengan asyiknya, mengobrol dengan santai dengan sejawat sementara nasib rakyat
terbengkalai. Dan lebih parah lagi banyak anggota dewan yang malas ngantor.
Walaupun misalnya geduh mewah itu dibangun, adakah yang dapat menjamin kinerja
para wakil rakyat itu akan meningkat? Jadi sebenarnya untuk apa geduh mewah itu
dibangun?
Dimanakah hati
nurani para anggota dewan tersebut? Ditengah kehidupan masyarakat yang serba
susah. Dengan segala himpitan ekonomi membuat masyarakat semakin menderita.
Sementara para anggota dewan yang terhormat hidup berfoya-foya dan
bermegah-megah mengumpulkan harta kekayaan yang entah mereka dapat darimana,
terbuai dengan segudang fasilitas negara yang memanjakan hidup mereka.
Jika sudah
menyangkut kepentingan dan urusan perut mereka, para anggota dewan tersebut
begitu semangat ngantor ketika ada sidang pleno sedangkan segala aspirasi yang
menyangkut kepentingan rakyat yang dengan gagah berani mendukung mereka pada
saat kampanye pemilu mereka khianati.
Jika kita kembali
menelaah tentang kasus renovasi badan anggaran yang konon menghabiskan anggaran
negara 20 milyar, alangkah baiknya anggaran tersebut seharusnya disumbangkan
pada bidang lain yang lebih menyentuh kepentingan rakyat banyak. Misalnya
disumbangkan untuk anggaran pendidikan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat
kurang mampu yang belum menikmati pendidikan.
Di sisa
pengabdiannya yang tinggal beberapa tahun lagi, para wakil rakyat tersebut
hendaknya melaksanakan kebijakan-kebijakan strategis yang dapat menyentuh
kepentingan masyarakat banyak sehingga dosa mereka sedikit banyak bisa
dimaafkan.
6) Kolom
Tulisan kolom merupakan tulisan yang harus dapat
dibaca semua orang dan harus merupakan ekspresi yang personal. Tulisan artikel
kolom tetap mengedepankan kepentingan pembaca walaupun objek yang ditulis
adalah masalah-masalah penting dan aktual yang terjadi di masyarakat.
Contoh artikel kolom yaitu sebagai berikut :
Sultan HB X dan Sabdha Sang Raja
Kiprah Sultan Hamengku Buwono X
belakangan cukup mendapat sorotan publik nasional. Sepak terjang Raja Jawa itu,
sejatinya dimulai sejak keengganannya menduduki (kembali) jabatan Gubernur DIY
(Daerah Istimewa Yogyakarta). Pernyataaan ini sempat terucap saat gelaran Pisowanan Agung April 2007 silam, yang
berbarengan dengan momentum peringatan Sumpah Pemuda 28 Oktober. Waktu itu
sultan menegaskan bahwa dirinya siap maju sebagai calon presiden (capres) RI
2009-2014. Puluhan ribu massa yang memadati alun-alun utara (Yogya) waktu itu
sepakat bulat mendukung Sultan.
Sayangnya, harus diakui, ambisi
Sultan tersebut terhadang oleh fakta bahwa Sultan saat itu belum memiliki
kendaraan politik. Walaupun menjadi salah satu Dewan Penasehat Golkar,
rasa-rasanya posisi ini tak otomatis menjamin “selera politik” alias kemauan
Sultan menjadi Capres. Persaingan di tubuh partai berlambang pohon beringin itu
amat ketat. Di lain pihak partai yang benar-benar kesengsem dengan Raja
Kasultanan Kraton Yogya itu hanyalah Partai RepublikaN, yang notabene hanyalah
partai kecil yang tidak memiliki basis pendukung yang kuat.
Inilah situasi dilematis bagi
Sultan. Dikatakan dilematis karena saat orasi budaya Oktober tahun lalu, ia
menyatakan dirinya siap maju sebagai capres namun sampai saat ini dia hanya
diisukan hendak disandingkan dengan Capres dari Partai PDIP yaitu Megawati. Dan
pernyataan seorang raja – layaknya sabdha
pandhita ratu – pantang melanggar sumpah, apapun konskuensinya kelak. Beda
dengan kebanyakan politisi yang kerap berubah sikap, sulit ditebak seperti
cuaca akhir-akhir ini. Sultan sebagai raja tentu telah mempertimbangkan
keputusannya mencalonkan diri sebagai capres secara matang, dan sepenuhnya akan
didukung oleh rakyatnya karena pada dasarnya seorang raja sepanjang hidupnya
akan selalu melayani rakyatnya. Menjelang pemilu yang akan datang kebangkitan
Sultan untuk kembali menjadi capres akan menjadi oase bagi rakyat yang telah
lama merindukan “Ratu Adil”, seorang pemimpin yang siap berkorban untuk rakyat.
7) Ulasan
Penulisan artikel ini dapat dilakukan dengan
memadukan fakta dengan pemikiran subjektif. Penulisan artikel ini memulai
proses penulisan dengan melakukan pencatatan tentang pelbagai kejadian,
mengkonsultasikan materi dengan referensi, dan mengenal subjek secara mendalam.
Contoh artikel ulasan adalah sebagai berikut :
Jelang UN :
Mesin Pembunuh Itu Siap Mengintai Lagi
Masih segar dalam ingatan kita,
khususnya para siswa dari tingkat SD sampai SMA, tahun yang lalu mereka
dihantam bencana yang mahadahsyat. Bencana besar yang bernama Bahasa Indonesia.
Ya, mata pelajaran yang dianggap sebagai bahasa nasional dan bahasa pemersatu
bangsa tercinta ini tiba-tiba menjadi mesin pembunuh bagi siswa-siswi yang
berperang dalam Ujian Nasional (UN) sebagai syarat untuk menyelesaikan jenjang
pendidikan mereka.
Terbukti sebagian besar dari
siswa-siswi yang tidak lulus UN tahun lalu nilainya jeblok dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia. Bahkan rata-rata nilai ujian Bahasa Indonesia mereka masih
kalah dibandingkan rata-rata nilai mata pelajaran Bahasa Inggris yang notabene
bahasa yang berasal dari luar. Sungguh ironis! Mengapa hal ini bisa terjadi?
Diakui atau tidak sistem pendidikan
dan lingkungan pendidikan yang sangat bobrok harus bertanggung jawab terhadap
merosotnya kualitas pendidikan, khususnya kualitas berbahasa Indonesia
siswa-siswi dari jenjang pendidikan dasar sampai menengah ke atas.
Pemerintah sebagai pihak yang
merancang, merencanakan, menjalankan, dan mengawasi sistem pendidikan di Negara
tercinta ini seharusnya mau memperhatikan permasalahan ini. Pemerintah melalui
Kementerian Pendidikan dan Lembaga Pengembangan Bahasa Indonesia harus
menyiapkan langkah-langkah dan solusi yang cepat, tepat, dan terarah jika tidak
ingin Bahasa Indonesia yang menjadi ciri dan identitas bangsa kita terancam
“punah” dan terperosok ke jurang kehancuran yang dalam.
Masyarakat sebagai salah satu
kontrol sosial juga hendaknya ikut mengawasi penggunaan Bahasa Indonesia dalam
lingkungan pergaulan remaja. Hal ini dimulai dari penggunaan Bahasa Indonesia
yang baik dan benar dalam lingkungan keluarga masing-masing, karena keluarga
merupakan unit terkecil dari masyarakat yang merupakan lingkungan pertama yang
akan memberikan pendidikan bahasa pada anak.
Jika saja semua pihak mau mencari
jalan keluar untuk memecahkan permasalahan ini, maka tidak akan lagi kita lihat
banyak siswa yang menjadi korban keganasan salah satu mata pelajaran yang
diujikan dalam UN, yang bernama Bahasa Indonesia.
Berdasarkan tujuh jenis artikel tersebut, peneliti
dalam hal ini lebih memfokuskan penelitian pada penulisan artikel ilmiah jenis
ulasan. Diharapkan siswa mampu memadukan antara fakta yang terjadi dengan
pemikiran subjektifnya baik berupa: pendapat, pikiran, ide, atau gagasan yang
ditulis dalam bentuk artikel ilmiah populer bertema pendidikan.
Struktur Tulisan Artikel
Ilmiah Populer (Opini)
Menurut
Romli (2009: 47) struktur tulisan sebuah artikel ilmiah populer (opini)
pada umumnya adalah sebagai berikut:
1.
Judul
(head)
Judul ialah perincian atau penjabaran
dari topik. Judul lebih spesifik dan menyiratkan permasalahan atau variabel
yang akan dibahas. Judul tidak harus sama dengan topik. Jika topik sekaligus
menjadi judul, biasanya karangan akan bersifat umum dan ruang lingkupnya sangat
luas. Judul dibuat setelah selesai menggarap tema, sehingga bisa terjamin bahwa
judul itu cocok dengan temanya. Sebuah judul yang baik akan merangsang
perhatian pembaca dan akan cocok dengan temanya. Judul memiliki fungsi sebagai berikut :
a. merupakan identitas/cermin dari jiwa seluruh karya tulis
b.
menarik minat pembaca
sehingga mengundang orang untuk membacanya atau untuk mempelajari isinya.
c.
merupakan gambaran global
tentang arah, maksud, tujuan, dan ruang lingkupnya.
d. relevan dengan isi seluruh naskah, masalah, maksud, dan tujuannya.
Dalam artikel,
judul sering disebut juga kepala tulisan. Ada pula yang mendefinisikan judul
sebagai lukisan singkat suatu artikel atau disebut juga miniatur isi bahasan.
Judul hendaknya dibuat dengan ringkas, padat dan menarik. Judul artikel
diusahakan tidak lebih dari lima kata, tetapi cukup menggambarkan isi bahasan.
Syarat-syarat pembuatan judul artikel yang baik yaitu sebagai berikut:
a.
Harus relevan, yaitu harus mempunyai
pertalian dengan temanya, atau ada pertalian dengan beberapa bagian penting
dari tema tersebut.
b.
Harus provokatif, yaitu harus menarik
dengan sedemikian rupa sehingga menimbulkan keingintahuan dari tiap pembaca
terhadap isi buku atau karangan.
c.
Harus singkat, yaitu tidak boleh
mengambil bentuk kalimat atau frasa yang panjang, tetapi harus berbentuk kata
atau rangkaian kata yang singkat. Usahakan judul tidak lebih dari lima kata.
Contoh
penulisan judul artikel yang baik :
a. Menulis
atau Mati
b. Bush
Datang, Indonesia Siap Utang (?)
c. Membuka
Mata Para Pemimpin
2.
Nama
Penulis
Disebut juga
dengan by name atau by line. Nama penulis ditulis dengan
lengkap sesuai dengan ejaan bahasa baku (EYD). Nama penulis biasanya dicantumkan
pada bagian atas naskah artikel setelah judul atau juga bisa dicantumkan di
bagian bawah naskah setelah bagian penutup artikel, yang diikuti dengan
keterangan atau identitas penulis.
3.
Prolog,
pembuka tulisan, atau intro
Intro atau disebut juga lead atau bagian pembuka tulisan
(opening), bisa berupa kutipan pendapat orang, kutipan atau ringkasan berita
aktual, atau kutipan pepatah dan peristiwa. Intro yang baik cukup dua paragraf,
ringkas, jelas, menarik, dan ditulis dalam bahasa jurnalistik yang baik. Dalam
artikel kedudukan intro sangat strategis. Intro harus dipilih dengan baik.
Intro yang baik akan membangkitkan minat baca serta mengantarkan khalayak pada
tujuan secara singkat dan efektif. Fungsi intro
dalam artikel adalah sebagai berikut :
a.
Atraktif, harus mampu membangkitkan
perhatian dan minat khalayak pembaca. Fungsi pertama intro lebih banyak
mengusik wilayah psikologi pembaca.
b.
Introduktif, harus memuat topik yakni
pernyataan tentang isi pokok bahasan sesuai ruang lingkupnya.
c.
Korelatif, harus dapat membuka jalan
bagi paragraf kedua.
d.
Kredibilitas, intro menunjukkan tingkat
pengetahuan, keahlian, dan bidang pengalaman penulis.
Contoh intro
dalam penulisan artikel adalah sebagai berikut :
Kini negara kita
tengah berbenah menyambut kedatangan Mr. Bush. Presiden negara adidaya tersebut
dijadwalkan berkunjung ke Indonesia tanggal 20 November mendatang. Sejumlah
persiapan sudah dilakukan. Khususnya di Istana Bogor, tempat pertemuan Prediden
SBY dan Mr. Bush berlangsung.
4.
Bridge
Merupakan “jembatan” menuju bahasa utama (bridging) pengait, atau jembatan antara pembuka
tulisan/intro dengan pokok bahasan. Bisa berupa dua/tiga pertanyaan atau
pengantar menuju isi tulisan. Contoh bridge dalam penulisan artikel adalah
sebagai berikut :
Misalnya, sejumlah
landasan helikopter langsung dibuat. Tak tangung-tanggung delapan buah helipad
sekaligus. Termasuk dua helipad yang dibangun di dalam KRB. Persiapan lain pun
tak kalah serunya. Tol Jagorawi, dan – tentu saja jalan-jalan seputar KRB –
bakal ditutup. Rute angkutan umum dialihkan. Bukan hanya itu saja, pemukiman
padat penduduk bakal dirazia. Saluran frekuensi (radio, tv, dan dan ponsel)
dimatikan. Bahkan sejumlah sekolah diliburkan. Semuanya dilakukan dengan
dalih: menghormati tamu negara.
Tampaknya Negara
kita kali ini benar-benar tak ingin kecolongan. Jika dalih yang digunakan
seperti itu, mengapa perlakuan yang diberikan berbeda ketika kunjungan presiden
negara lain, Presiden Ahmadinejad dari Iran, misalnya? Jelas, karena Mr. Bush
adalah presiden paling kontroversial abad ini.
5.
Isi
(body)
Paparan masalah, biasanya berupa sub-judul.
I engandung
gagasan aktual atau kontroversial. Gagasan yang diangkat harus menyangkut
kepentingan sebagian besar khalayak pembaca.
Alinea isi merupakan suatu ide pokok beserta
pengembangannya dalam sebuah tulisan artikel. Oleh karena itu, alinea isi
merupakan bagian yang esensial dalam suatu wacana atau karangan. Maksudnya
adalah alinea isi menjelaskan dengan cara menguraikan bagian-bagian ide pokok
tersebut. Dalam menjelaskan isi artikel ilmiah populer, penulis harus menyusun
dengan berurutan dan sesuai dengan asas-asas penalaran yang masuk akal atau
logis dalam menyampaikan pikiran, pandangan, pendapat, dan perasaannya tentang
fakta dan realita yang terjadi di lapangan. Contoh penulisan isi yang baik
dalam artikel :
Terutama menyangkut keputusan luar negeri AS di Timur
Tengah yang sungguh amburadul. Sebut saja Perang Irak, Afganistan, dan dukungan
kepada Israel untuk menghancurkan Palestina beberapa waktu lalu, tidak dapat
dikatakan berperikemanusiaan.
Meski AS menahbiskan dirinya sebagai sherrif dunia, pengayom HAM
internasional, pelbagai sepak terjangnya tak dapat dibenarkan dengan kaca mata
apapun. Kinerja PBB yang notabene pemersatu sekaligus pelindung bangsa-bangsa
di dunia selalu di bawah kendali AS. Keputusan resolusi DK PBB pun selalu di
bawah tekanan negara adikuasa tersebut.
Kembali pada kunjungan Mr. Bush tersebut. Belum lekang
dalam ingatan kita saat Menlu AS Condoleeza Rize berkunjung ke negara kita
beberapa waktu lalu. Pengamanan yang dilakukan sungguh superketat. Itu pun yang
melakukan adalah marinir AS, karena kemampuan tentara kita bak “anak bawang” di
mata mereka.
Itu baru menlu-nya yang datang. Bisa ditebak, apa yang
bakal terjadi ketika Presiden Bush berkunjung ke Indonesia esok. Pengamanan
super-ekstra ketat bakal dilakukan. Itupun yang melakukan bukan polisi atau
tentara kita, namun sepenuhnya di bawah kendali marinir AS. Bukankah ini sama
saja menginjak-injak harga diri kita sebagai sebuah bangsa berdaulat?
6.
Penutup
(closing)
Bagian penutup merupakan alinea-alinea yang mengakhiri
atau menutup suatu wacana atau karangan. Alinea ini merupakan kebulatan dari
masalah-masalah yang dikemukakan pada bagian wacana atau karangan sebelumnya.
Selain itu alinea penutup juga harus mengandung kesimpulan yang benar-benar
mengakhiri uraian wacana atau karangan tersebut. Selain berupa kesimpulan
alinea penutup juga bisa berupa saran atau ajakan. Karena bertugas untuk
mengakhiri suatu wacana, maka alinea penutup yang baik ialah yang tidak terlalu
panjang, tetapi juga tidak terlalu pendek. Akan tetapi, alinea penutup harus
menimbulkan kesan tersendiri bagi para pembaca. Contoh penutup sebuah artikel:
Jangan-jangan kita
memang pasrah karena memiliki niat lain? Karena pemerintahan SBY memiliki
kepentingan tertentu atas kunjungan Mr. Bush kali ini. Apalagi kalau soal
utang. Alias melakukan pinjaman luar negeri, meski dengan embel-embel hibah
sekalipun!
7.
Keterangan
atau identitas penulis
Merupakan
informasi atau data tambahan tentang biodata penulis yang umumnya berisi
tentang pendidikan, profesi, ataupun alamat penulis secara lengkap. Contoh penulisan keterangan atau identitas
penulis dalam artikel :
Oleh Drs Bramma Aji Putra, M. Pd.
Penulis adalah salah seorang Dosen Perguruan Tinggi Swasta
di Surabaya
Teknik Penulisan Artikel
Ilmiah Populer (Opini)
Agar tulisan artikel tidak kering, seorang penulis
pemula perlu memperhatikan teknik-teknik penulisan artikel yang baik. Menurut
Romli (2009) pada dasarnya tahap-tahap menulis artikel adalah sebagai berikut :
1. Menemukan ide.
2.
Mencari
bahan-bahan referensi untuk mengembangkan ide.
3.
Membuat
outline untuk mengorganisasikan paduan antara ide dan referensi sehingga
sistematis.
4.
Free writing atau menulis bebas, berupa penulisan naskah awal.
5.
Menulis
ulang naskah (rewriting) atau revisi
tulisan.
6. Menyunting naskah (editing),
yakni memperbaiki naskah secara redaksional dan substansial.
Sedangkan Aji Putra, Bramma (2010) secara ringkas
membagi teknik penulisan artkel ilmiah populer dalam tiga tahap yaitu:
1.
Pre-Writing
Pre-writing adalah
sejumlah persiapan yang dilakukan sebelum menulis. Persiapan ini meliputi
persiapan bahan tulisan sesuai dengan tujuan/tema tulisan, peralatan tulis
menulis, maupun persiapan kondisi fisik dan rohani yang prima sehingga tulisan
yang dihasilkan pun akan bagus dan enak dibaca.
2.
Writing
Writing adalah
kegiatan inti dalam menulis yang meliputi: (a) pembuatan outline (kerangka) tulisan; (b) pembuatan lead (kepala tulisan); (c) mengembangkan tulisan; dan (d) menutup
tulisan.
3.
Pos-Writing
Pos-writing adalah
kegiatan mengedit tulisan, membenahi kalimat yang rancu, pertautan paragraf
yang kurang tepat, dan perbaikan huruf serta tanda baca yang salah.
Selanjutnya Soeseno (dalam Sukino 2010: 185), mengemukakan
langkah-langkah pokok dalam penulisan artikel ilmiah populer (opini) sebagai
berikut: (1) penelaahan tema; (2)
memilih pola penggarapan; (3) pengumpulan petunjuk literatur; (4)
pengumpulan informasi paling aktual; (5) pembuatan catatan; dan (6) memulai
menulis.
Langkah-langkah pokok di
atas dapat disederhanakan sebagai berikut:
1) Pemilihan topik
Memilih topik merupakan
langkah untuk menemukan permasalahan yang akan ditulis dalam artikel. Secara
umum topik dimaknai sebagai pokok persoalan atau proposisi yang berwujud frase
atau kalimat yang menjadi inti pembicaraan.
Dalam memilih topik,
penulis perlu mempertimbangkan beberapa
hal yaitu:
a.
Topik
itu ada manfaatnya dan layak dibahas.
b.
Topik
itu cukup menarik.
c.
Topik
itu dikenal baik.
d.
Bahan
yang diperlukan dapat diperoleh dan cukup memadai.
e.
Topik
tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit
Akhadiah
(dalam Sukino, 2010: 186).
Selain itu
topik untuk tulisan artikel ilmiah berupa masalah yang aktual dan hangat
dibicarakan masyarakat. Dalam hal ini ada tiga kerangka untuk mengkategorikan
keaktualan topik sebagai berikut:
a)
Topik
yang dipilih dalam tulisan betul-betul gagasan yang sedang hangat dibicarakan
oleh masyarakat saat ini.
b)
Topik
yang dipilih dilandasi adanya momen penting yang terjadi saat itu.
c)
Topik
yang berupa konseptual praktis (topik yang didasarkan pada sebuah temuan atau
pemikiran baru yang perlu dikomunikasikan pada pembaca).
(Sukino, 2010).
Masalah
lain yang berkaitan dengan topik pemilihan artikel adalah pembatasan topik.
Pembatasan topik ini dimaksudkan untuk menetapkan fokus penulisan sesuai dengan
skemata maupun ide aktual yang akan ditulis.
2) Pengumpulan bahan
Akhadiyah (dalam Sukino, 2010: 188) menyatakan
bahwa yang dimaksud dengan bahan dalam penulisan artikel adalah semua informasi
atau data yang dipergunakan untuk mencapai tujuan penulisan. Bahan-bahan yang
diperlukan untuk menulis artikel dapat diperoleh melalui kajian pustaka seperti:
buku, majalah, dan koran. Selain itu bahan-bahan dalam penulisan artikel dapat
diperoleh melalui pengalaman, pengamatan terhadap objek/fenomena tertentu, dan
juga hasil wawancara.
3) Memilih pola penggarapan
Pola penggarapan sangat
dipengaruhi oleh gaya dan kecenderungan masing-masing penulis. Soeseno (dalam
Sukino, 2010: 190-194) menyatakan bahwa ada beberapa pola penggarapan yang
dapat dijadikan pedoman dalam penulisan artikel yang meliputi :
a)
Pola
pemecahan masalah (topik).
Pola ini dilakukan dengan cara memecah
topik yang masih berada dalam lingkup pembicaraan yang ditemakan menjadi
subtopik atau bagian-bagian yang lebih kecil dan menganalisisnya masing-masing
sub tersebut.
b)
Pola
masalah dan pemecahannya
Pola ini diawali dengan mengemukakan masalah
(lebih dari satu) yang masih berada dalam lingkup topik yang ditemakan dengan
jelas, kemudian menganalisis pemecahan masalah yang dikemukakan oleh para ahli
di bidang keilmuan yang relevan.
c)
Pola
kronologis
Pola ini digunakan bila penulis bermaksud
menuangkan pemikirannya secara berurutan berdasarkan rangkaian
peristiwa-peristiwa yang terjadi.
d)
Pola
pendapat dan ulasan
Pola ini baru digunakan bila penulis hendak mengemukakan pendapatnya sendiri
tentang topik yang digarapnya, kemudian didukung dengan alasan
pemikiran-pemikiran yang mendorong ke arah pernyataan pendapat itu.
e)
Pola
pembandingan
Pola ini membandingkan dua aspek atau
lebih dari satu topik dan menunjukkan persamaan dan perbedaannya.
4) Penyusunan kerangka karangan/artikel
Penyusunan kerangka karangan/artikel
dapat membantu penulis pemula dalam menyajikan tulisan secara sistematis.
Selain itu kerangka karangan/artikel dapat membuat tulisan terfokus pada
masalah yang akan ditulisnya.
5) Melakukan penulisan
Proses penulisan secara umum
terdapat tiga tahapan yang harus dilakukan, yakni : tahap pembuka, inti, dan
penutup. Tahap pembuka atau pendahuluan tulisan artikel, khususnya artikel
opini, dapat dilakukan dengan berbagai bentuk. Soeseno (dalam Sukino, 2010:
195-196) menyatakan bahwa setidaknya ada tujuh macam bentuk pendahuluan tulisan
artikel yaitu sebagai berikut:
a)
Ringkasan,
b)
Pernyataan
yang menonjol (pendahuluan kejutan)
c)
Pelukisan
d)
Anekdot
e)
Pertanyaan
f)
Kutipan
orang lain
g)
Amanat
langsung
Bagian pembahasan atau tubuh utama tulisan merupakan ide yang ingin
disampaikan. Dalam pembahasan topik tulisan dipecah-pecah menjadi berapa
bagian. Masing-masing bagian dibatasi dengan subjudul-subjudul. Hal ini
dimaksudkan agar dapat memberikan kesempatan
pembaca agar memiliki waktu jeda, dan juga sebagai instrumen penyegar
serta pemberi semangat baca baru bagi para pembaca.
Bagian terakhir tulisan artikel adalah penutup. Secara umum, bagian penutup
artikel dapat berbentuk kesimpulan dari isi secara keseluruhan, bisa juga berupa saran, ajakan, himbauan atau yang lainnya.
6) Memilih judul artikel
Tidak bisa dipungkiri bahwa
judul akan menjadi daya tarik utama dan yang pertama bagi pembaca ketika akan
membaca sebuah tulisan artikel. Aji Putra, Bramma (2010: 20-23) menyatakan ada
tiga cara untuk membuat judul yang memikat yaitu : (1) gunakan diksi yang
tepat, (2) plesetan dari istilah umum, dan (3) gunakan istilah iklan.
7) Editing artikel
Setelah artikel selesai kita
tulis, hal yang harus dilakukan selanjutnya adalah melakukan editing (pemeriksaan) menyeluruh. Editing sebaiknya dilakukan secara
sistematis. Maksudnya editing dimulai
dari bagian pertama tulisan.
Selain memperhatikan kedelapan langkah tersebut
untuk menjadi penulis artikel yang sukses seorang penulis pemula juga harus
mempunyai modal dasar, yaitu rajin membaca. Dengan membaca seorang penulis
tidak saja memiliki banyak pengetahuan dan referensi tentang berbagai masalah
tetapi juga dapat mempelajari bagaimana orang lain mengemukakan pandangannya
lewat bahasa tulisan/artikel (Romli, 2009).
Bahasa Artikel Ilmiah Populer
(Opini)
Selain
sebagai bagian dari artikel ilmiah populer, opini juga dianggap sebagai
karya jurnalistik. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa opini adalah
bagian dari sajian media cetak, yang berdampingan dengan kolom, tajuk rencana,
dan berita langsung. Secara tidak langsung maka penulisan opini akan cenderung
menggunakan ragam bahasa jurnalistik (Windia dan Atmaja, 2010: 33).
Ragam bahasa jurnalistik dalam makna yang sempit,
dapat dipahami sebagai ragam bahasa berita. Sedangkan secara umum ragam bahasa
jurnalistik dapat diartikan sebagai sebuah ragam atau varian dalam Bahasa
Indonesia, yang digunakan kelompok masyarakat wartawan untuk menyampaikan atau
mengkomunikasikan berita (Windia dan Atmaja, 2010: 35).
Deskripsi bahasa jurnalistik memang mengacu pada
bahasa berita, jika dilihat dengan seksama dari aspek kebahasaan, artikel opini
mempunyai ragam bahasa yang sama dengan bahasa berita yaitu singkat, padat, dan
lugas. Adapun bahasa artikel opini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a)
Singkat,
artinya menghindari penjelasan yang panjang dan bertele-tele.
b)
Padat, artinya
bahasa artikel opini yang singkat itu sudah mampu menyampaikan informasi secara
lengkap, semua informasi yang diperlukan pembaca sudah tertampung di dalamnya.
c)
Sederhana, artinya sedapat mungkin menggunakan kalimat yang bersifat efektif, praktis,
sederhana, dan tidak bombastis.
d)
Lugas, artinya
mampu menyampaikan pengertian atau makna informasi langsung dengan menghindari
bahasa yang berbunga-bunga.
e)
Menarik, artinya
menggunakan diksi (pilihan kata) yang masih hidup, tumbuh, dan berkembang.
f)
Jelas, artinya
informasi yang disampaikan dengan mudah dapat dipahami oleh khalayak pada
umumnya (pembaca).
g)
Tipografis, artinya menempatkan kata-kata secara tipologis guna mencapai efek estetik
dan kaidah khusus bahasa jurnalistik media tertentu.
(Windia dan Atmaja, 2010).
Selain tujuh ciri di atas, Bahasa Indonesia ragam jurnalistik
tidak dapat melepaskan diri dari keterikatan gramatikal (terutama EYD), dan
ketentuan khusus yang berlaku pada media cetak tertentu, dengan mengutamakan
prinsip kecepatan, ketepatan, kebenaran, kejujuran, keadilan, keseimbangan, dan
tidak berprasangka (praduga tak bersalah).
DAFTAR PUSTAKA
Aji Putra, Bramma. 2010. Menembus Koran : Cara Jitu Menulis Artikel
Layak Jual. Yogyakarta : Leutika
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : PT Rineka Cipta.
Poerwadarminta, W.J.S. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Sukino. 2010. Menulis Itu Mudah. Yogyakarta : Pustaka
Populer.
Suparno. 2007. Keterampilan
Dasar Menulis. Jakarta : Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional
Wayan Windia & Jiwa Atmaja. 2010. Teknik Menulis Artikel Opini. Denpasar :
Udayana University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar