"OM AWIGNAMASTU NAMA SIDDHEM OM SWASTIASTU" SEMOGA SEMUA DALAM PERLINDUNGAN TUHAN, SELAMAT MEMBACA DAN SEMOGHA BERMANFAAT.jangan lupa kunjungi videobsaya di link https://youtu.be/-UJdPDAjETM

5/25/2012

PROPOSAL

A. Pengertian
Salah satu kegiatan penting sebelum pelaksanaan
penelitian adalah penyusunan proposal penelitian. Proposal
dapat dikatakan sebagai rencana penelitian yang berisikan
gambaran menyeluruh mengenai penelitian yang akan
dilakukan. Tentu saja proposal harus memuat unsur-unsur
penting penelitian, seperti latar belakang, perumusan masalah,
metode, dan analisis data, sehingga penelitian yang akan
dilakukan benar-benar dapat tergambarkan. Proposal disusun
berdasarkan bentuk penelitian yang akan dilaksanakan.
Penelitian kuantitatif memiliki model proposal yang berbeda
dengan penelitian kualitatif. Meskipun demikian secara
substantif, kedua proposal tersebut tidak berbeda karena
keduanya harus mampu menggambarkan apa dan bagaimana
penelitian akan dilakukan. Umumnya proposal harus memuat
latar belakang penelitian, batasan masalah, perumusan masalah,
signifikansi, tujuan, kajian teoretis, dan metodologi penelitian,
waktu dan tempat penelitian.
B. Unsur-unsur Proposal
Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas unsur-unsur
proposal untuk penelitian kuantitatif dan kualitatif yang sering
digunakan untuk penulisan skripsi, tesis, disertasi, dan lain-lain.
A. Pengertian
Salah satu kegiatan penting sebelum pelaksanaan
penelitian adalah penyusunan proposal penelitian. Proposal
dapat dikatakan sebagai rencana penelitian yang berisikan
gambaran menyeluruh mengenai penelitian yang akan
dilakukan. Tentu saja proposal harus memuat unsur-unsur
penting penelitian, seperti latar belakang, perumusan masalah,
metode, dan analisis data, sehingga penelitian yang akan
dilakukan benar-benar dapat tergambarkan. Proposal disusun
berdasarkan bentuk penelitian yang akan dilaksanakan.
Penelitian kuantitatif memiliki model proposal yang berbeda
dengan penelitian kualitatif. Meskipun demikian secara
substantif, kedua proposal tersebut tidak berbeda karena
keduanya harus mampu menggambarkan apa dan bagaimana
penelitian akan dilakukan. Umumnya proposal harus memuat
latar belakang penelitian, batasan masalah, perumusan masalah,
signifikansi, tujuan, kajian teoretis, dan metodologi penelitian,
waktu dan tempat penelitian.
B. Unsur-unsur Proposal
Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas unsur-unsur
proposal untuk penelitian kuantitatif dan kualitatif yang sering
digunakan untuk penulisan skripsi, tesis, disertasi, dan lain-lain.
perumusan masalah harus dinyatakan sejelas mungkin,
sehingga apa yang seharusnya diteliti dapat dipahami.
Perumusan masalah dapat dinyatakan dalam kalimat berita
yang disusun dalam paragraf yang koheren sehingga apa yang
ingin dikaji tetap dengan mudah dapat ditangkap dan dipahami.
Selain itu, perumusan masalah dapat juga diungkapkan melalui
beberapa kalimat tanya yang menggambarkan masalah-masalah
yang akan dikaji. Perumusan masalah dalam penelitian
kualitatif biasanya disebut dengan pertanyaan penelitian.
Perumusan masalah dalam penelitian kuantitatif tidak berubah
sejak awal hingga akhir penelitian; sedangkan pertanyaan
penelitian dalam penelitian kualitatif dapat berkembang dan
berubah seiring dengan perkembangan yang terjadi pada saat
pengambilan data. Pada awal penelitian, umpamanya, masalah
yang dikaji adalah X, tetapi setelah data diperoleh masalah
penelitian berubah menjadi Y.
4. Tujuan
Tujuan penelitian merupakan sasaran atau target yang
ingin dicapai peneliti di dalam penelitian yang dilakukannya.
Tujuan harus dirumuskan dengan jelas dan spesifik supaya
penelitian menjadi terfokus dan tidak kehilangan arah. Oleh
karena itu, tujuan harus diselaraskan dan disesuaikan dengan
perumusan masalah. Bila problem dalam masalah penelitian
berkaitan dengan hubungan antara satu variabel dan variabel
lain, tujuan penelitian yang ingin dicapai tentunya untuk
mengetahui dan membuktikan bentuk hubungan antara
keduanya. Bila problem dalam masalah penelitian berkaitan
dengan pengaruh atau efektifitas cara membaca tertentu
terhadap apresiasi puisi, tujuan penelitian yang ingin dicapai
tentunya untuk membuktikan pengaruh atau efektifitas cara
tersebut. Dengan kata lain, bila problem dalam perumusan
masalah berkenaan dengan X, tujuan penelitian juga harus
berkaitan dengan X.
5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian berisikan paparan mengenai
keuntungan-keuntungan apa yang dapat diberikan penelitian
kepada masyarakat sebagai bagian dari upaya peningkatan taraf
kehidupan. Umumnya, manfaat penelitian dapat dibedakan
manjadi manfaat teoretis dan praktis. Manfaat teoretis
berhubungan dengan sumbangsih hasil penelitian terhadap
pengembangan teori keilmuan yang terkait; sedangkan manfaat
praktis berkenaan dengan sumbangsih penelitian yang dapat
dirasakan oleh masyarakat secara langsung.
6. Kajian Teoretis
Kajian teoretis berisikan paparan mengenai teori-teori
yang relevan dengan perumusan masalah atau pertanyaan
penelitian. Jika dalam penelitian terdapat tiga problem yang
harus dikaji, maka kajian teoretis paling tidak harus membahas
ketiga problem tersebut. Pada penelitian kuantitatif, kajian teori
diperlukan sebagai pijakan dalam perumusan hipotesis dan
pengembangan isntrumen penelitian; sedangkan pada penelitian
kualitatif, kajian teori diperlukan sebagai pijakan dalam
pengembangan instrumen dan pijakan dalam pelaksanaan
penelitian.
7. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian merupakan seperangkat prinsipprinsip
yang mendasari bagaimana penelitian itu dilakukan.
Bagian ini berisikan penjelasan mengenai metode penelitian,
analisis data, variabel, hipotesis, dan pengambilan data.
a. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan gambaran mengenai
jenis dan bentuk penelitian yang akan digunakan dalam
penelitian. Penentuan jenis dan bentuk penelitian tergantung
juga pada perumusan masalah dan tujuian penelitian. Jika
penelitian bertujuan untuk melihat hubungan antara dua
ketidakberartian kemampuan linguistik bila tidak ditunjang
oleh kemampuan untuk menyesuaikan bentuk-bentuk bahasa
dengan seluruh masukan informasi baik yang bersifat
linguistik maupun paralinguistik.
Communicative competence may be defined as the ability
to function in a truly communicative setting, that is in a
dynamic exchange in which linguistic competence must
adapt itself to the total informational input, both
linguistic and paralinguistic of one or more interlocutors
(Hadley, 1994: 4).
Posisi kemampuan linguistik sebagai salah satu unsur
kemampuan komunikatif juga diutarakan oleh Munby. Dalam
pandangannya, selain kemampuan linguistik, kemampuan
komunikatif mencakup kemampuan-kemampuan lain, seperti
kemampuan retorik, kemampuan interpretatif, dan pemahaman
makna ujaran berdasarkan konteks yang melatarbelakanginya.
It seems clear that communicative competence includes
the ability to use linguistic forms to perform
communicative acts and to understand the communicative
functions of sentences and their relationship to other
sentences. This happens at the level of discourse and
involves interalia, knowledge of rhetorical rules of use
that governs the patterning of such acts, the interpretative
strategies of the language users and also contextual
meaning of utterances (Munby, 1978: 26).
Secara jelas beberapa pandangan tersebut menunjukkan
bahwa selain kemampuan linguistik ada beberapa kemampuan
atau faktor lain yang turut membangun kemampuan
komunikatif seseorang. Mengenai hal ini, Hymes (1979: 14)
berpandangan bahwa kemampuan komunikatif itu terbentuk
oleh empat aspek atau kemampuan yang terpadu. Aspek yang
pertama berkenaan dengan kemampuan untuk menghasilkan
dan membedakan bentuk-bentuk bahasa yang gramatikal atau
tidak gramatikal (whether or not something is possible),
alternatif) atau negatif (hipotesis nol) yang dapat
dirumuskan secara statistik dan verbal. Masalah penelitian
yang berbunyi “apakah ada hubungan antara IQ dengan
kemampuan apresiasi puisi kontemporer bahasa Inggris”
melahirkan hipotesis penelitian sebagai berikut. Hipotesis
nol berbunyi tidak ada hubungan yang berarti antara IQ
dengan kemampuan apresiasi puisi kontemporer bahasa
Inggris; sedangkan hipotesis alternatif berbunyi ada
hubungan yang berarti antara IQ dengan kemampuan
apresiasi puisi kontemporer bahasa Inggris.
d. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan salah satu ciri yang
harus dipenuhi oleh penelitian kuantitatif. Variabel
penelitian yang diturunkan dari hipotetsis, dapat dikatakan
sebagai ciri-ciri yang bersifat variatif yang dimiliki
responden yang biasanya menjadi fokus dalam penelitian,
seperti kemampuan apresiasi puisi kontemporer mahasiswa.
Kemampuan apresiasi puisi kontemporer yang berbeda
antara seorang mahasiswa dengan mahasaiswa lainnya
itulah yang dinamakan dengan variabel. Secara umum,
variabel penelitian dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni
variabel bebas dan terikat. Variabel bebas berarti variabel
yang mempengaruhi variabel terikat; atau terjadinya
perubahan dalam variabel terikat banyak ditentukan oleh
variabel bebas. Variabel penelitian lebih banyak ditemukan
dalam penelitian kuantitatif daripada kualitatif.
e. Pengambilan Data
Pengambilan data merupakan tahapan penelitian yang
terpusatkan pada upaya-upaya pengambilan data yang
dibutuhkan dalam penelitian. Pengambilan data ini meliputi
pengembangan instrumen dan cara pengambilan data.
Instrumen penelitian berhubungan dengan alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data yang diperlukan
4. merumuskan peran mahasiswa dalam kegiatan
belajar bahasa Inggris berbasis kompetensi;
5. merumuskan peran bahan ajar dalam
penyelenggaraan kegiatan belajar bahasa Inggris
berbasis kompetensi; dan
6. mengembangkan prosedur dan teknik-teknik
pengajaran yang harus dikembangkan dalam kegiatan
belajar bahasa Inggris berbasis kompetensi.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi khazanah
keilmuan dalam bidang pengajaran bahasa Inggris berbasis
kompetensi, sehingga dapat memperkaya pola-pola pengajaran
bahasa Inggris sebagai bahasa asing pada umunya. Secara
khusus penelitian ini dapat dijadikan, oleh semua pihak terkait,
sebagai pijakan dalam pengambilan keputusan dan
penyelenggarakan pembelajaran bahasa Inggris berbasis
kompetensi di perguruan tinggi agama Islam negeri dan swasta
di Indonesia.
F. Kajian Teoretis
Pada bagian ini, terdapat tiga hal yang perlu dibahas,
yakni pengertian kompetensi berbahasa, pendekatan
kebermaknaan, dan teori belajar bahasa.
1. Kompetensi Berbahasa
Secara umum, kurikulum berbasis kompetensi
berorientasi pada hasil dan dampak yang diharapkan muncul
pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar
yang bermakna, dan keragaman yang dapat dimanifestasikan
sesuai dengan kebutuhan. Secara singkat dapat dikatakan
bahwa kurikulum itu menekankan hasil atau kompetensi apa
yang harus dikuasai mahasiswa bila telah menyelesaikan
studinya. Kompetensi dapat diartikan sebagai pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam
maupun kolektif, nonpersonal, atau institusional. Jika
pertanyaan penelitian berbunyi “bagaimanakah peran Sutan
Takdir Ali Syahbana dalam pembangunan sastra Indonesia
setelah kemerdekaan Republik indonesia”, maka unit
analisnya adalah Sutan Takdir Ali Syahbana itu sendiri. Jika
penelitian berkaitan dengan kesalahan gramatikal yang
dibuat mahasiswa dalam penulisan skripsi bahasa Inggris,
maka unit analisisnya adalah seluruh skripsi mahasiswa
yang ditetapkan subjek dalam penelitian. Namun, apabila
masalah penelitian berhubungan dengan bagaimana suatu
lembaga pendidikan menyelenggarakan kegiatan
pendidikan, maka unit analisisnya adalah lembaga
pendidikan itu secara keseluruhan.
8. Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat berkaitan dengan dimensi waktu dan
tempat penelitian diselenggarakan. Dimensi waktu
menunjukkan masa kapan penelitian itu dilasanakan dan
periodisasinya; sedangkan dimensi tempat menunjukkan lokasi
tempat penelitian itu dilaksanakan. Berkenaan dengan waktu
penyelenggaraannya, kegiatan penelitian dapat direncanakan
secara bertahap, yang meliputi persiapan, pengumpulan data,
pengolahan data, analisis, penulisan laporan, dan seminar, yang
masing-masing dapat memuat beberapa kegiatan yang lebih
rinci.
Tabel 4. Jadual Kegiatan Penelitian
NO KEGIATAN BULAN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL
1 Persiapan
2 Pengumpulan data
3 Analisis data
4 Penulisan laporan
5 Seminar
banyak melibatkan akal pikiran dan inisiatif seseorang itu
sendiri. Akal pikiran, dalam hal ini perkembangan kognitifnya,
merupakan pijakan utama di dalam penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran (Anonymous/gagne, 2003: 1). Adapun teori
belajar Humanisme memandang bahwa pembelajaran itu
merupakan suatu proses alamiah dimana seseorang dengan
sifat-sifatnya, baik sebagai mahluk individual maupun sosial,
memiliki keterlibatan yang aktif di dalam penentuan proses
kehidupan yang dilaluinya. Pembelajaran tidak hanya
dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam diri seseorang, tetapi
juga oleh faktor–faktor dari luar yang berasal dari masyarakat.
Pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bila sesuai dengan
minat dan keinginan seseorang yang banyak dipengaruhi oleh
kehidupan sosialnya. Dengan kata lain, pembelajar harus
diperlakukan sebagai mahkluk yang utuh secara fisik, mental,
dan intelektual (Anonymous/rogers, 2003: 1).
B. Fokus Penelitian
Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam
bentuk kegiatan pembelajaran di PTAIN menimbulkan persepsi
dan penafsiran yang beragam, sehingga muncul banyak model
yang kurang atau bahkan tidak merefleksikan nilai-nilai yang
terkandung dalam kurikulum. Oleh karena itu, Penelitian ini
akan dikonsentrasikan pada upaya peneemuan model
pembelajaran bahasa Inggris berbasis kompetensi yang dapat
dijadikan ukuran standar bagi PTAIN dalam penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran atau perkuliahan.
C. Pertanyaan Penelitian
Sesuai dengan fokus penelitian di atas, maka pertanyaan
penelitian yang utama adalah “Bagaimanakah model
pembelajaran bahasa Inggris berbasis kompetensi yang dapat
dikembangkan di PTAIN?”. Selanjutnya pertanyaan tersebut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar