"OM AWIGNAMASTU NAMA SIDDHEM OM SWASTIASTU" SEMOGA SEMUA DALAM PERLINDUNGAN TUHAN, SELAMAT MEMBACA DAN SEMOGHA BERMANFAAT.jangan lupa kunjungi videobsaya di link https://youtu.be/-UJdPDAjETM

2/11/2013

MEMPARAFRASEKAN LIRIK LAGU MENJADI PROSA

Dilihat dari segi pembuatan lirik lagu memiliki kemiripan dengan karya sastra berbentuk puisi yang bentuknya tidak sama dengan prosa atau karangan biasa. Namun, yang membedakan keduanya adalah cara menampilkannya. Seperti yang diketahui, lirik lagu biasanya dilantunkan dengan iringan alat musik sedangkan puisi tidak, tetapi seiring dengan perkembangannya pembacaan puisi kini di tampilkan dengan iringan alat musik, yang disebut dengan musikalisasi puisi. Lirik lagu maupun puisi terbagi ke dalam larik-larik atau bait, terdapat kata-kata yang bermakna kias atau konotasi. Oleh karena itu, isi atau temanya biasanya tersirat.
            Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memparafrasekannya menjadi  sebuah prosa ialah seperti berikut.
1)   Bacalah atau dengarkan lirik lagu yang didendangkan dengan seksama.
2)   Pahami isi kandungan lirik lagu secara utuh.
3)   Jelaskan kata-kata kias atau ungkapan yang terdapat dalam lirik lagu
4)   Uraikan kembali isinya secara tertulis dalam bentuk prosa dengan menggunakan kalimat sendiri.

2/01/2013

HASIL PATEMON ALIANSI PEDULI BASA DAERAH BALI SARENG BPK. GUBURNUR BALI


Ring raina Sukra Umanis Uku ukir tangal 1 Pebruari 2013, puniki galah sane becik sida para Aliansi Peduli Bahasa Daerah Bali sareng Para Rektor sejebag jagat Bali sane nue mahasiswa jurusan Basa lan Sastra Daerah Bali. Makeh taler mahasiswa saking IKIP PGRI BALI, Udayana, IHD, UNHI sida sane rauh Ring Galah punika.  Pabligbagan punika kapertama kedagingin saking ketua Aliansi Peduli Basa Daerah Bali
I Nyoman Suka Ardiyasa, S.Pd.B ngeninin makudang-kudang patemon pengkajian pelaksanaan kurikulum 2013 terkait dengan penggabungan Muatan Lokal (Bahasa daerah Bali) dengan mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya, sane sampun mamargi ring saking DPRD Bali rauh ke Pusat jakarta. Ring Pabligbagan punika kapertama Dr. Drs. I Nyoman Suwija,M.Hum.,A.Ma nyantenang pinunas ring soang-soang sekolah minekadi SD nglantur Ke SMA mangda sidha guru-guru Basa Bali sane nagingin Basa Bali nenten ja Guru Agama duaning keprofesionalismene  matiosan, menawi nika mawinan alit-alite nenten utawi durung tatas ngangga sorsinggih basa sane becik. Puniki taler kasinahang oleh Bapak Guburnur Bali jagi kabligbagang malih sareng jajaranne ring Dikdikpora magda sidha mamarga. Taler ring galah punika Pk Prop. Dwija taler mapinunas mangda ring sekolah-sekolah pelajahan basalan sastra Bali punika mangda jamne sida manut duaning basa lan sastra Bali matiosan tekening palajahan bahasa Indonesia.  Bpk Titib taler mapinunas mangda sida wenten penyuluhan basa lan sastra Bali ring soang-soang desa pakraman tur sida kaicenin wantuan utawi subangsing ring sang sane ngicen panyuluhan punika. I.Bgs Rai ngantenang mangda pemerintah daerah neneten magehang konsep metangkis ring sajeroning pelestarian basa lan sastra Bali punika, kakantenang Basa Bali punika nenten ja rasa kewanten kemaon maharasa pinaka sebun sarang kebudayaan Baline duaning sida Imanusa kakeberang ban Aksara Bali punika. I Gusti made Sutjaja taler nyihnayang ring dura Negara mekaten Basa Baline sampun keangkenin Basa Dunia ring Unisco, taler Prof. Sutjaja maosang makeh pemilet para yohana dura Negara sekadi ring Sydney, Tokyo,Norgia, Autralia miwah panegara tiosan melajahin basa daerah. manut baos Prof. Sutjaja yening iraga sampun oneng lan wikan sehaning basa lan sastra Bali sida dados Guru Basa Bali ring Dura Negara antuk dasar Basa Ingris lan basa tiosan. Pekantenan puniki mabuat pesan antuk para yohana utawi siswa sane kuliah  jurusan basa lan sastra Bali. Ring galah punika taler Pk Prof. maosang malih indik kearifan lokal darerah bali sampun ngelimbak nyantos Norgia lan Jepang.
Ngeninin indik baos Bapak guburnur Bali nagingin pinunas para aliansi peduli Basa Daerah Bali tangal 1 Pebruari 2013 puniki, kejantenang pengajaran Basa Lan Sastra Daerah Bali kemargiang sekadi sane sampun memargi. Ring Galah punika taler Bpk Gubernur Bali Sareng Bapak DPR ring Komisi IV ngantenang jagi merivisi Perda. No. 2 ngeninin Basa daerah Bali. 

Ring Galah puniki titiang nunas Gung pengampura yening napi sane titiang telatarang irika basannyane nenten kearsa ring kayun ledang Idadane ngampurayang... menawi taler ngeninin indik gelar saha makirang titiang nyuratang parab Sang sane rauh dawug nika ledang taler ampurayang.
Om Shanti Shanti Shanti Om

"sumber" langsung titiang polih nyarengin pabligbagan punika.
                       TTD

I MADE JULIADI SUPADI,S.Pd

1/18/2013

TEORI TERJEMAHAN & JENIS-JENIS TERJEMAHAN



Surtiati dalam Safrina (2001:28) menjelaskan bahwa menerjemahkan adalah memahami dan membuat paham orang lain. Syarat utama untuk dapat memahami kemudian menceritakannya kembali dalam bahasa sasaran. Dari situ dapat dilihat bahwa, melalui perubahan bentuk bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, maknalah yang harus dapat dipentingkan atau dipertahankan oleh penerjemah.
Menerjemahkan ialah mengalihbahasakan suatu tulisan atau pembicaraan dari suatu bahasa ke bahasa yang lain. Terjemahan juga merupakan hasil karya menerjemah. Menurut Widyamataya (1989:14) menerjemahkan karya sastra adalah mencari padanan unsur seninya yang bervariasi sesuai dengan jenis sastra yang diterjemahkan.
Nida dan Chaveles dalam Seni Menerjemahkan (1989:11) menjelaskan bahwa menerjemahkan merupakan kegiatan menghasilkan kembali  dalam bahasa penerima  yang secara sedekat-dekatnya dan sewajarnya sepadan dengan pesan dalam bahasa sumber, pertama-tama menyangkut maknanya dan kedua menyangkut gayanya. Secara lebih sederhana, menerjemahkan dapat didefinisikan sebagai memindahkan suatu amanat dari bahasa sumber ke dalam bahasa penerima (sasaran) dengan pertama-tama mengungkapkan maknanya dan kedua mengungkapkan gaya bahasanya.
Menerjemahkan merupakan kegiatan mengungkapkan kembali makna yang sama itu dengan menggunakan leksikal dan struktur gramatikal yang sesuai dalam bahasa sasaran dan konteks budayanya ( Larson , 1989:13)                                                                     
Moelyono dalam Safrina (2001:27) menyatakan penerjemahan pada hakikatnya mengandung makna memproduksi amanat atau pesan di dalam bahasa sumber dengan pandanagan yang paling wajar dan paling dekat di dalam bahasa sasaran, baik dari aspek arti maupun dari aspek langgam atau gaya.
Sejalan dengan pengertian di atas menerjemahkan juga berarti ilmu yang menelaah metode dan teknik penggalian amanat dari satu bahasa ke bahasa lainnya
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam menerjemahkan ialah bahwa informasi yang terdapat dalam teks asli harus sama dengan kadar informasi yang terdapat dalam bahasa sumber harus diwujudkan kembali dengan cara paling wajar menurut aturan-aturan bahasa sasaran sehingga terjemahan tidak akan terasa sebagai terjemahan.
Menerjemahkan merupakan kegiatan menghasilkan kembali di dalam bahasa penerima yang secara sedekat-dekatnya dan sewajar-wajarnya sepadan dengan pesan dalam bahasa sumber, pertama-tama menyangkut maknanya dan kedua menyangkut gayanya, secara lebih sederhana menerjemahkan dapat didefinisikan sebagai memindahkan suatu amanat dari bahasa sumber ke bahasa penerima (sasaran) dengan pertama-tama menyangkut maknanya dan kedua mengungkapkan gaya bahasanya.

Jenis-jenis Terjemahan                                                                                       
            Telah diketahui bahwa dalam proses terjemahan ada dua teks, yaitu teks bahasa sumber (BSu) dan teks bahasa sasaran (BSa). Setiap teks BSu bisa disampaikan ke dalam BSa, baik secara lisan maupun tertulis. Salihen (2006:31-830 menyatakan bahwa jenis-jenis terjemahan menurut cirri-ciri dan fungsi masing-masing dapat dibedakan atas, terjemahan menurut ragam bahasa, menerjemahakan menurut bentuk teks, dan menerjemahkan menurut hirarki.
1.     Terjemahan menurut ragam bahasa
Teori umum terjemahan melahirkan bagian-bagian yang khusus yang masing-masing mempunyai spesifikasi ragam bahasa yang satu maupun yang lain. Jenis terjemahan menurut ragam bahasa terdiri beberapa ragam yaitu: sastra, jurnalitik, surat kabar, ilmiah dan dokumen resmi. Setiap ragam ini memiliki bagian-bagian tersendiri, yaitu :
-   Sastra memiliki bagian yaitu: prosa, puisi, drama.
-   Jurnalistik memiliki bagian yaitu: oratoria, esai, artikel.
-   surat kabar memiliki bagian yaitu editorial, headline, arrtikel,   berita  singkat, iklan, pengumuman.
-   Ilmiah memiliki bagian yaitu: rangkaian ujaran, penggunaan istilah, pola kalimat (postulat, argumen, formula), sitiran/nukilan, catatan bawah (foot-note), referensi.
-  Dokumen resmi memiliki bagian yaitu: dokumen bisnis, dokumen undang-undang, dokumen diplomatis, dokumen militer.
2.   Terjemahan menurut bentuk teks
Jenis terjemahan menurut bentuk teks ini dapat dibedakan menjadi 2 ( dua), yaitu: terjemahan lisan dan terjemahan tertulis. Kedua ini merupakn terjemahan semua ragam bahasa. Terjemahan lisan dibedakan atas terjemahan lisan konsekutif (disampaikan berurutan per kalimat dan terjemahan lisan simultan).
3.     Terjemahan menurut hirarki bahasa
Secara umum diketahui bahwa terjemahan sebagai proses penggantian teks dalam satu bahasa ke bahasa lain tanpa mengubah tinggkat isi teks asli. Perlu dipahami, tugas penerjemah dalam melakukan pengalihbahasaan adalah mencari dalam teks BSu satuan-satuan minimal yang layak diterjemahkan. Misalnya dari satuan terkecil yaitu morfem, tingkata kata, tingkat kata-kata (RK), tingkat kalimat, bahkan tingkat teks.
a.      Terjemahan di tingkat fonem
Fonem adalah bunyi bahasa yang minimal yang bukan pengemban makna. Terjemahan di tingkat ini secara prinsipil berbeda dengan jenis-jenis terjemahan lainnya, sebab fonem bukan pengemban makna.
Contohnya : kata agung, bisa diartikan nama seseorang, bisa juga diartikan sesuatu yang besar. Jadi terjemahan ini biasanya disesuaikan dengan konteks BSu.
b.     Terjemahan di tingkat morfem
Terjenahan di tingkat morfem berbeda dengan terjemahan di tingkat fonem. Morfem merupakan suatu bahasa tekecil yang mempunyai makna. Satuan terjemahan ternyata juga morfem, yakni setiap morfem dalam BSu berbeda dengan morfem dalam BSa.


c.      Terjemahan di tingkat kata
Jenis terjemahan ini lebih sering digunakan daripada jenis terjemahan di tingkat fonem atau morfem. Meski demikian, penggunaan terjemahan di tingkat kata sangat terbatas. Biasanya hanya sebagian dilakukan di tingkat kata, sebagian yang lain dilakuakan di tingkat yang lebih tinggi.
Contohnya    :  Kaka saya sudah datang dari jawa                     
Terjemahan   :  Rakan titiange sampun rauh saking Jawi
d.     Terjemahan di tingkat RK (rangkaian kata-kata)
Terjemahan di tingkat RK ini biasanya merupakan RK idiom atau kontraksi RK yang mapan, yang terkait dengan fraseologisme-makna ke dalam RK, karena penerjemahan per kata di sini tidak mungkin dilakukan dan secara keseluruhan RK bertindak sebagai satuan terjemahan.
e.      Terjemahan di tinggkat kalimat
Terjemahan di tinggkat kalimat biasanya lebih mementingkan makna dari BSu. Terjemahan ini dilakukan perkalimat bukan per kata sesuai dengan makna bahasa sumber.
Contohnya            :  Jangan sering bermain api
Terjemahannya     Sampunang pepes maplayan api
f.      Terjemahan di tingkat teks
Terjemahan di tingkat teks adalah menerjemahkan teks secara keseluruhan, yaitu mengelompokkan kalimat-kalimat mandiri atau menrjemahkan secara keseluruhan dari teks tersebut sesuai dengan makna bahasa sumber.
Contohnya           :   Saya benama I Made juliadi. Saya berasal
      dari Tista, Kecamatan Abang Amlapura, saya bekerja
       di SMK Negeri 2 Denpasar. Saya masih lajang.
Terjemahannya    :  
  Wastan titiang  I Made juliadi.Wit titiang saking Tista, Kecamatan Abang Amlapura, titiang makarya ring SMK Negeri 2 Denpasar. Saya masih lajang.

4.  Terjemahan Menurut Tingkat Isi
Terjemahan menurut tingkata isi yaitu cara menyampaikan isi teks BSu ke dakam BSa demi tercapainya hasil terjemahan yang memadai, yang kuat. Terjemahan kuat yaitu terjemahan yang dilakukan pada tingkat yang diperlukan, yang cukup tepat menyampaikan isi BSu dengan mematuhi norma-norma BSa.
Selihen (2006:45-48) menyatakan bahwa terjemahan menurut tingkat isi dapat dibedakan menjadi: (a) ekuivalensi, (b) analog, dan (c) teknik terjemahan.
a.      Ekuevalensi (equevalent)
Terjemahan ekuevalensi adalah padanan-padana regular yang bermakna sama, biasanya tidak tergantung pada konteks. Yang termasuk ke dalam kelompok ekuevalensi adalah beberapa istilah, yaitu istilah yang memppunyai satu makna, baik dalam bahasa yang satu, maupun yang lain. Di antara satuan-satuan bahasa bebagai bahasa ada hubungannya timbale balik kesamaan makns bahasa sumber dengan bahasa sasaran.
b.     Analog (analogue) atau variasi padanan
Teori analog adalah hasil terjemahan menurut analogi (menurut persamaan) dengan cara memilih dari deret sinonim satu dari beberapa yang mungkin. Teori terjemahan ini ditentukan oleh konteks yang mungkin. Ciri-ciri  yang terletak pada dasar skema klasifikasi dimana padanan-padanan satu makna atau aneka makna, di satu pihak, dan ketergantungan pada konteks, di pihak lain, sama sekali tidak selalu bertepatan.
Dengan demikian, jenis-jenis padanan analog adalah metode terjemahan yang refresentatif, yakni cara menemukan padanan makna atau padanan formal dengan mencarinya di kamus atau dalam konteks, namun tidak hanya terbatas pada yang representatif saja.
c.      Teknik Terjemahan
Ada sejumlah teknik yang dapat digunakan dalam menerjemah suatu bacaan, yaitu: (1) Terjemahan Harafiah (Literal Translation), (2) Substitusi (Substitution), (3) Terjemahan Bebas (Free Translation), (4) Parafrasa (Paraphrase), (5) Penggantian (Replacements), (6) Penambahan (Additions), (7) Penghilangan (Omissions/dropping), (8) Kompresi (Compression), dan (Derivasi Sintaksis ( Syntactic Derivation).

(1)  Terjemahan Harafiah (Literal Translation)
Terjemahan harafiah yaitu terjemahan yang hasil realisasinya berada di bawah standar, yakni di bawah hasil terjemahan yang cukup menyampaikan informasi teks BSu ke dalam teks BSa dengan mematuhi norma-norma BSa. Biasanya terjemahan ini dilakukan di tingkat kata sehingga tidak jarang menghasilkan terjemahan semu.
            Contohnya                  :  Dia cantik sekali
            Terjemahannya           :   Ipun ayu pisan

(2)  Substitusi (Substitution)
Subsitusi adalah proses terjemahan yang realisasinya dilakukan melalui jalan dari bentuk BSu ke bentuk BSa dengan melewati makna. Terjemahan ini termasuk ke dalam terjemahan harafiah, karena penerjemahannya dilakukan di tingkat kata.

(3)  Terjemahan Bebas (Free Translation)
Terjemahan bebas adalah terjemahan yang dilakukan di tingkat satuan-satuan bahasa, seperti kalimat atau teks secara keseluruhan. Misalnya kalimat bahasa Indonesia, ‘’Dia menangis’’, sebenarnya bisa saja diterjemahkan ke dalam bahasa Bali ditingkat kata, ‘’Ida nangis’’ dan merupakan terjemahan yang adekuat. Tapi, penggemar terjemahan bebas mungkin akan menerjemahkan sebagai berikut: ‘’Ida nangis riantukan ajin idane seda’’.

(4)  Parafrasa (Paraphrase)
Terjemahan dengan teknik paraphrase yaitu menerjemahkan dengan cara mengetahui situasi riil yang digambarkan dalam teks BSu. Situasi riil seperti itu sering merupakan kunci yang secara absolute penting untuk mengungkapkan makna kata-kata ataupun ungkapan-ungkapan yang satu atau yang lain dari sudut pandang gambaran situasi. Mencari kata-kata dalam terjemahan ini harus dengan makna dari BSu.


(5)  Penggantian (Replacements)
Terjemahan dalam teknik penggantian ini mengenai satuan-satuan gramatikal (kelas kata, bagian kalimat), satuan-satuan leksikal (kata-kata tertentu) dan konstuksi-konstruksi kalimat.

(6)  Penambahan (Additions) 
Penambahan leksikal dalam teks BSa biasanya diperlukan kalau maksud isi teks BSu diungkapkan dengan sasaran lain, termasuk dengan sasaran gramatikal.

(7)  Penghilangan (Omissions/Dropping)
Tehnik penghilangan dalam proses trjemahan adalah membuang kata yang berlimpah yang biasanya ditemukan dalam kalimat-kalimat yang mengandung pasangan –pasangan sinonim atau kesamaan kata.

(8)  Kompresi (Compression)
Tehnik kompresi adalah teknik dengan buah pikiran yang sama bisa diungkapkan dengan berbagai cara yaitu mengurangi leksikal demi tercapainya pemadatan teks terjemahan dengan tidak mengubah makna dari BSu tersebut.

(9)  Derivasi Sintaksis (Syntactic derivation)
Derivasi Sintaksis adalah proses membentuk berbagai konstruksi sintaksis dengan cara transpformassi konstruksi inti. Dalam proses terjemahan, derivasi sintaksis mengubah posisi bagian kalimat yang satu atau yang lain. Tehnik derivasi menyangkut operas ”aktif-pasif”.

BAHASA IKLAN PENAWARAN PADA MEDIA CETAK


Dalam buku Materi Pelatihan Terintegrasi yang berjudul Pengembangan Keterampilan Menulis I disebutkan kriteria bahasa iklan penawaran yang berbentuk iklan baris  yaitu seperti berikut ini.


a.      Bersifat komunikatif
Komunikatif berarti maksud yang terkandung dalam iklan tersebut langsung bisa ditangkap oleh pembaca. Pembaca tidak merasa kebingungan atau tidak paham terhadap istilah kata atau singkatan yang ada dalam iklan tersebut. Hal yang sama dikemukakan oleh Wahono penggunaan bahasa iklan yang komunikatif artinya maksud yang terkandung dalam iklan itu langsung dapat ditangkap pembaca (2005:35).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan penggunaan bahasa yang komunikatif artinya maksud yang terkandung dalam iklan langsung dapat ditangkap pembaca tanpa merasa kebingungan terhadap istilah atau singkatan yang ada dalam iklan tersebut.
b.     Singkat
Syarat singkat dalam penulisan iklan penawaran yang berbentuk iklan baris di surat kabar terutama berkaitan dengan penghematan biaya. Penggunaan bahasa yang singkat menjadi penting keberadaannya. Untuk mewujudkan penulisan iklan yang singkat dapat ditempuh dengan dua cara yaitu dengan menggunakan kata-kata yang amat penting saja dan dengan menggunakan singkatan-singkatan.
c.      Lengkap
Pengertian lengkap di sini mencakup tersedianya informasi yang dibutuhkan oleh pembaca iklan. Dalam sebuah iklan paling tidak ada dua atau tiga unsur yang harus dicantumkan yaitu sesuatu yang diiklankan, pihak yang mengiklankan, dan alamat yang dapat dihubungi. Jika dua atau tiga unsur tersebut sudah dicantumkan, iklan tersebut berarti sudah memenuhi standar minimal kelengkapan. Akan semakin baik jika dua atau tiga unsur tersebut diperluas sehingga semakin banyak informasi yang dapat diberikan kepada pembaca iklan. Menurut Wahono (2005:35) pengertian lengkap menunjukkan tersedianya informasi yang dibutuhkan oleh pembaca iklan.
Berdasarkan pendapat di atas disimpulkan pengertian lengkap artinya lengkap menunjukkan tersedianya informasi yang diperlukan oleh pembaca.   
Selain itu perlu diketahui bahwa isi sebuah iklan harus objektif, jujur, singkat, dan jelas, tidak menyinggung golongan tertentu atau produsen lain, serta menarik perhatian banyak orang. (Intan Pariwara, 2005:188).