Surtiati dalam Safrina (2001:28)
menjelaskan bahwa menerjemahkan adalah memahami dan membuat paham orang lain.
Syarat utama untuk dapat memahami kemudian menceritakannya kembali dalam bahasa
sasaran. Dari situ dapat dilihat bahwa, melalui perubahan bentuk bahasa sumber
ke dalam bahasa sasaran, maknalah yang harus dapat dipentingkan atau
dipertahankan oleh penerjemah.
Menerjemahkan ialah
mengalihbahasakan suatu tulisan atau pembicaraan dari suatu bahasa ke bahasa
yang lain. Terjemahan juga merupakan hasil karya menerjemah. Menurut Widyamataya
(1989:14) menerjemahkan karya sastra adalah mencari padanan unsur seninya yang
bervariasi sesuai dengan jenis sastra yang diterjemahkan.
Nida dan Chaveles dalam
Seni Menerjemahkan (1989:11)
menjelaskan bahwa menerjemahkan merupakan kegiatan menghasilkan kembali dalam bahasa penerima yang secara sedekat-dekatnya dan sewajarnya
sepadan dengan pesan dalam bahasa sumber, pertama-tama menyangkut maknanya dan
kedua menyangkut gayanya. Secara lebih sederhana, menerjemahkan dapat
didefinisikan sebagai memindahkan suatu amanat dari bahasa sumber ke dalam
bahasa penerima (sasaran) dengan pertama-tama mengungkapkan maknanya dan kedua
mengungkapkan gaya
bahasanya.
Menerjemahkan merupakan
kegiatan mengungkapkan kembali makna yang sama itu dengan menggunakan leksikal
dan struktur gramatikal yang sesuai dalam bahasa sasaran dan konteks budayanya
( Larson , 1989:13)
Moelyono dalam Safrina
(2001:27) menyatakan penerjemahan pada hakikatnya mengandung makna memproduksi
amanat atau pesan di dalam bahasa sumber dengan pandanagan yang paling wajar
dan paling dekat di dalam bahasa sasaran, baik dari aspek arti maupun dari
aspek langgam atau gaya.
Sejalan dengan
pengertian di atas menerjemahkan juga berarti ilmu yang menelaah metode dan
teknik penggalian amanat dari satu bahasa ke bahasa lainnya
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
menerjemahkan ialah bahwa informasi yang terdapat dalam teks asli harus sama
dengan kadar informasi yang terdapat dalam bahasa sumber harus diwujudkan
kembali dengan cara paling wajar menurut aturan-aturan bahasa sasaran sehingga
terjemahan tidak akan terasa sebagai terjemahan.
Menerjemahkan merupakan
kegiatan menghasilkan kembali di dalam bahasa penerima yang secara sedekat-dekatnya
dan sewajar-wajarnya sepadan dengan pesan dalam bahasa sumber, pertama-tama
menyangkut maknanya dan kedua menyangkut gayanya, secara lebih sederhana
menerjemahkan dapat didefinisikan sebagai memindahkan suatu amanat dari bahasa
sumber ke bahasa penerima (sasaran) dengan pertama-tama menyangkut maknanya dan
kedua mengungkapkan gaya bahasanya.
Jenis-jenis Terjemahan
Telah
diketahui bahwa dalam proses terjemahan ada dua teks, yaitu teks bahasa sumber
(BSu) dan teks bahasa sasaran (BSa). Setiap teks BSu bisa disampaikan ke dalam
BSa, baik secara lisan maupun tertulis. Salihen (2006:31-830 menyatakan bahwa
jenis-jenis terjemahan menurut cirri-ciri dan fungsi masing-masing dapat
dibedakan atas, terjemahan menurut ragam bahasa, menerjemahakan menurut bentuk
teks, dan menerjemahkan menurut hirarki.
1.
Terjemahan menurut ragam bahasa
Teori umum terjemahan melahirkan
bagian-bagian yang khusus yang masing-masing mempunyai spesifikasi ragam bahasa
yang satu maupun yang lain. Jenis terjemahan menurut ragam bahasa terdiri
beberapa ragam yaitu: sastra, jurnalitik, surat
kabar, ilmiah dan dokumen resmi. Setiap ragam ini memiliki bagian-bagian
tersendiri, yaitu :
- Sastra
memiliki bagian yaitu: prosa, puisi, drama.
- Jurnalistik
memiliki bagian yaitu: oratoria, esai, artikel.
-
surat kabar memiliki bagian yaitu editorial,
headline, arrtikel, berita singkat, iklan, pengumuman.
- Ilmiah
memiliki bagian yaitu: rangkaian ujaran, penggunaan istilah, pola kalimat
(postulat, argumen, formula), sitiran/nukilan, catatan bawah (foot-note), referensi.
- Dokumen resmi memiliki bagian yaitu: dokumen
bisnis, dokumen undang-undang, dokumen diplomatis, dokumen militer.
2. Terjemahan menurut bentuk teks
Jenis
terjemahan menurut bentuk teks ini dapat dibedakan menjadi 2 ( dua), yaitu:
terjemahan lisan dan terjemahan tertulis. Kedua ini merupakn terjemahan semua
ragam bahasa. Terjemahan lisan dibedakan atas terjemahan lisan konsekutif (disampaikan
berurutan per kalimat dan terjemahan lisan simultan).
3.
Terjemahan menurut hirarki bahasa
Secara umum diketahui bahwa
terjemahan sebagai proses penggantian teks dalam satu bahasa ke bahasa lain
tanpa mengubah tinggkat isi teks asli. Perlu dipahami, tugas penerjemah dalam
melakukan pengalihbahasaan adalah mencari dalam teks BSu satuan-satuan minimal
yang layak diterjemahkan. Misalnya dari satuan terkecil yaitu morfem, tingkata
kata, tingkat kata-kata (RK), tingkat kalimat, bahkan tingkat teks.
a. Terjemahan
di tingkat fonem
Fonem
adalah bunyi bahasa yang minimal yang bukan pengemban makna. Terjemahan di tingkat
ini secara prinsipil berbeda dengan jenis-jenis terjemahan lainnya, sebab fonem
bukan pengemban makna.
Contohnya
: kata agung, bisa diartikan nama seseorang, bisa juga diartikan sesuatu yang
besar. Jadi terjemahan ini biasanya disesuaikan dengan konteks BSu.
b. Terjemahan
di tingkat morfem
Terjenahan
di tingkat morfem berbeda dengan terjemahan di tingkat fonem. Morfem merupakan
suatu bahasa tekecil yang mempunyai makna. Satuan terjemahan ternyata juga
morfem, yakni setiap morfem dalam BSu berbeda dengan morfem dalam BSa.
c. Terjemahan
di tingkat kata
Jenis
terjemahan ini lebih sering digunakan daripada jenis terjemahan di tingkat
fonem atau morfem. Meski demikian, penggunaan terjemahan di tingkat kata sangat
terbatas. Biasanya hanya sebagian dilakukan di tingkat kata, sebagian yang lain
dilakuakan di tingkat yang lebih tinggi.
Contohnya : Kaka
saya sudah datang dari jawa
Terjemahan : Rakan titiange sampun rauh saking Jawi
d. Terjemahan
di tingkat RK (rangkaian kata-kata)
Terjemahan
di tingkat RK ini biasanya merupakan RK idiom atau kontraksi RK yang mapan,
yang terkait dengan fraseologisme-makna ke dalam RK, karena penerjemahan per kata
di sini tidak mungkin dilakukan dan secara keseluruhan RK bertindak sebagai
satuan terjemahan.
e. Terjemahan
di tinggkat kalimat
Terjemahan
di tinggkat kalimat biasanya lebih mementingkan makna dari BSu. Terjemahan ini
dilakukan perkalimat bukan per kata sesuai dengan makna bahasa sumber.
Contohnya : Jangan sering bermain api
Terjemahannya
: Sampunang pepes maplayan api
f. Terjemahan
di tingkat teks
Terjemahan
di tingkat teks adalah menerjemahkan teks secara keseluruhan, yaitu
mengelompokkan kalimat-kalimat mandiri atau menrjemahkan secara keseluruhan
dari teks tersebut sesuai dengan makna bahasa sumber.
Contohnya :
Saya benama I Made juliadi. Saya berasal
dari Tista, Kecamatan Abang Amlapura, saya bekerja
di SMK Negeri 2 Denpasar. Saya masih lajang.
Terjemahannya :
Wastan titiang I Made juliadi.Wit titiang saking Tista, Kecamatan Abang Amlapura, titiang makarya ring SMK Negeri 2 Denpasar. Saya masih lajang.
Terjemahannya :
Wastan titiang I Made juliadi.Wit titiang saking Tista, Kecamatan Abang Amlapura, titiang makarya ring SMK Negeri 2 Denpasar. Saya masih lajang.
4. Terjemahan Menurut Tingkat Isi
Terjemahan
menurut tingkata isi yaitu cara menyampaikan isi teks BSu ke dakam BSa demi
tercapainya hasil terjemahan yang memadai, yang kuat. Terjemahan kuat yaitu
terjemahan yang dilakukan pada tingkat yang diperlukan, yang cukup tepat
menyampaikan isi BSu dengan mematuhi norma-norma BSa.
Selihen
(2006:45-48) menyatakan bahwa terjemahan menurut tingkat isi dapat dibedakan
menjadi: (a) ekuivalensi, (b) analog, dan (c) teknik terjemahan.
a. Ekuevalensi
(equevalent)
Terjemahan
ekuevalensi adalah padanan-padana regular yang bermakna sama, biasanya tidak
tergantung pada konteks. Yang termasuk ke dalam kelompok ekuevalensi adalah
beberapa istilah, yaitu istilah yang memppunyai satu makna, baik dalam bahasa
yang satu, maupun yang lain. Di antara satuan-satuan bahasa bebagai bahasa ada
hubungannya timbale balik kesamaan makns bahasa sumber dengan bahasa sasaran.
b. Analog
(analogue) atau variasi padanan
Teori
analog adalah hasil terjemahan menurut analogi (menurut persamaan) dengan cara
memilih dari deret sinonim satu dari beberapa yang mungkin. Teori terjemahan
ini ditentukan oleh konteks yang mungkin. Ciri-ciri yang terletak pada dasar skema klasifikasi
dimana padanan-padanan satu makna atau aneka makna, di satu pihak, dan
ketergantungan pada konteks, di pihak lain, sama sekali tidak selalu
bertepatan.
Dengan
demikian, jenis-jenis padanan analog adalah metode terjemahan yang refresentatif,
yakni cara menemukan padanan makna atau padanan formal dengan mencarinya di
kamus atau dalam konteks, namun tidak hanya terbatas pada yang representatif
saja.
c.
Teknik Terjemahan
Ada
sejumlah teknik yang dapat digunakan dalam menerjemah suatu bacaan, yaitu: (1)
Terjemahan Harafiah (Literal Translation),
(2) Substitusi (Substitution), (3)
Terjemahan Bebas (Free Translation),
(4) Parafrasa (Paraphrase), (5)
Penggantian (Replacements), (6)
Penambahan (Additions), (7)
Penghilangan (Omissions/dropping), (8)
Kompresi (Compression), dan (Derivasi
Sintaksis ( Syntactic Derivation).
(1) Terjemahan
Harafiah (Literal Translation)
Terjemahan
harafiah yaitu terjemahan yang hasil realisasinya berada di bawah standar,
yakni di bawah hasil terjemahan yang cukup menyampaikan informasi teks BSu ke
dalam teks BSa dengan mematuhi norma-norma BSa. Biasanya terjemahan ini
dilakukan di tingkat kata sehingga tidak jarang menghasilkan terjemahan semu.
Contohnya : Dia cantik sekali
Terjemahannya :
Ipun ayu pisan
(2) Substitusi
(Substitution)
Subsitusi adalah proses terjemahan
yang realisasinya dilakukan melalui jalan dari bentuk BSu ke bentuk BSa dengan
melewati makna. Terjemahan ini termasuk ke dalam terjemahan harafiah, karena
penerjemahannya dilakukan di tingkat kata.
(3) Terjemahan
Bebas (Free Translation)
Terjemahan bebas adalah terjemahan
yang dilakukan di tingkat satuan-satuan bahasa, seperti kalimat atau teks
secara keseluruhan. Misalnya kalimat bahasa Indonesia,
‘’Dia menangis’’, sebenarnya bisa
saja diterjemahkan ke dalam bahasa Bali
ditingkat kata, ‘’Ida nangis’’ dan
merupakan terjemahan yang adekuat. Tapi, penggemar terjemahan bebas mungkin akan
menerjemahkan sebagai berikut: ‘’Ida
nangis riantukan ajin idane seda’’.
(4) Parafrasa
(Paraphrase)
Terjemahan dengan teknik paraphrase
yaitu menerjemahkan dengan cara mengetahui situasi riil yang digambarkan dalam
teks BSu. Situasi riil seperti itu sering merupakan kunci yang secara absolute
penting untuk mengungkapkan makna kata-kata ataupun ungkapan-ungkapan yang satu
atau yang lain dari sudut pandang gambaran situasi. Mencari kata-kata dalam
terjemahan ini harus dengan makna dari BSu.
(5) Penggantian
(Replacements)
Terjemahan dalam teknik penggantian
ini mengenai satuan-satuan gramatikal (kelas kata, bagian kalimat),
satuan-satuan leksikal (kata-kata tertentu) dan konstuksi-konstruksi kalimat.
(6) Penambahan
(Additions)
Penambahan leksikal dalam teks BSa
biasanya diperlukan kalau maksud isi teks BSu diungkapkan dengan sasaran lain,
termasuk dengan sasaran gramatikal.
(7) Penghilangan
(Omissions/Dropping)
Tehnik penghilangan dalam proses
trjemahan adalah membuang kata yang berlimpah yang biasanya ditemukan dalam
kalimat-kalimat yang mengandung pasangan –pasangan sinonim atau kesamaan kata.
(8) Kompresi
(Compression)
Tehnik kompresi adalah teknik
dengan buah pikiran yang sama bisa diungkapkan dengan berbagai cara yaitu
mengurangi leksikal demi tercapainya pemadatan teks terjemahan dengan tidak
mengubah makna dari BSu tersebut.
(9) Derivasi
Sintaksis (Syntactic derivation)
Derivasi Sintaksis adalah proses
membentuk berbagai konstruksi sintaksis dengan cara transpformassi konstruksi
inti. Dalam proses terjemahan, derivasi sintaksis mengubah posisi bagian
kalimat yang satu atau yang lain. Tehnik derivasi menyangkut operas ”aktif-pasif”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar