"OM AWIGNAMASTU NAMA SIDDHEM OM SWASTIASTU" SEMOGA SEMUA DALAM PERLINDUNGAN TUHAN, SELAMAT MEMBACA DAN SEMOGHA BERMANFAAT.jangan lupa kunjungi videobsaya di link https://youtu.be/-UJdPDAjETM

3/26/2012

Masyarakat Bahasa

Mungkin kita sering mendengar jargon “mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar”. Apakah jargon tersebut salah? Menurut saya tidak juga, tapi yang menjadi permasalahan adalah bagaimana kita selaku pengguna bahasa meralisasikan dan menggunakannya.

Kadang-kadang untuk menggapai kriteria baik dan benar sering terbentur oleh tata kalimat, susunan kata, atau bentuk kata tertentu yang memang sulit untuk membedakannya mana yang dianggap memenuhi kaidah penggunaan bahasa. Mungkin untuk memecahkan permasalahnnya ada baiknya menggunakan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) atau hanya sekedar melihat pedoman pembentukan bahasa baku Indonesia.

Namun tentu saja persoalan tersebut tidak hanya datang dari unsur kesalahan kaidah, terkadang ada kaidah yang memang sudah mendarah daging dan ada kecenderungan sulit untuk menghilangkanya. Misalnya penggunaan kata himbau, saya yakini masih banyak orang Indonesia yang menggunakan kata tersebut, bahkan saya lihat dalam suart dinas sekalipun masih ada juga yang Menggunakannya. Padahal jika kita lihat ke dalam kamus, tidak ada tidak akan menemukan kata tersebut karena yang benar adalah kata imbau.

Pada bagian awal ini saya hanya akan membahas berbagai macm problematik bahasa, sumber dan data penulisan diambil dari perkuliahan “Problematik Bahasa Indonesia” Oleh Iyo Mulyono, beliau adalah dosen terbaik tempat saya belajar di Universitas Pendidikan Indonesia.


1. Untuk acara selanjutnya adalah sambutan-sambutan.

Kalimat di atas mungkin tidak begitu asing di telinga kita, kalimat tersebut sering dipergunakan pembawa acara dalam memandu jalannya suatu acara. Bila dianalisis lebih lanjut, kalimat tersebut tidak mengetengahkan jalan pikiran dengan baik. Permasalahan kekeliruan jalan pikiran atau nalar ini ialah penggunaan kata untuk dan adalah. Mengapa demikian? Menurut norma bahasa, di depan kata adalah harus berupa kata benda atau kata yang dibendakan karena bagian itu akan berfungsi sebagai subjek kalimat. Jadi kata depan untuk harus dibuang. Kata depan untuk sendiri merupakan bentuk kata keterangan yang bermakna menyatakan maksud dan tujuan

Jika kita mau mempertahankan kata depan untuk digunakan, maka bagian kalimat yang didahuluinya kata depan itu akan berfungsi keterangan. Dengan begitu, perhatian harus ditujukan terhdap kata adalah. Kata atau bagian kalimat yang terletak di belakang adalah akan berfungsi sebagai pelengkap, padahal yang dibutuhkan adalah bagian kalimat yang berfungsi sebagai subjek. Agar sambutan-sambutan bisa berfungsi sebagai subjek maka kata adalah harus diubah, misalnya menjadi akan di sampaikan, akan kami sampaikan.

Jadi kesimpulannya ialah sebagai berikut.
Tidak baku : Untuk acara selanjutnya adalah sambutan-sambutan
Baku : Acara selanjutnya adalah sambutan-sambutan
Untuk acara selanjutnya akan kami sampaikan sambutan- sambutan.



2. Kepada Ka-UU jujarimatika, Bpk Tami Jaka, dipersilakah untuk menyampaikan sambutannya.

Bentuk kata serapan jujarimatika dalam kalimat di atas, berdasarkan KBBI (1993) tidak tepat. Bentuk-bentuk tersebut harus seperti berikut.

Kepada Ka-UU jujarimatik, Bpk Tami Jaka, sipersilakah untuk menyampaikan sambutannya.

Bentuk –ika seperti dalam kata serapan jujarimatika, berasal dari bentukan –ics dalam bahasa asal, yaitu bahasa Inggirs, yang berarti ……. Bagaimana dengan bentuk lainnya? Misalnya kata etika berasal dari ethics, static berasal dari statics, matematika berasal dari mathematics, dan statistika berasal dari statistics. Karena itu, tidaklah tepat, dalam bahasa Indonesia dimunculkan kata jujarimatika yang berarti matematika jari, seharusnya jujarimatik.

Permasalahan muncul ketika bentuk tersebut sudah menjadi kebiasaan masyarakat. Misalnya sering kita mendengar kata fisika daripada fisik, padahal kata tersebut diambil dari bentuk serapan bahasa Inggris fisics. Dan sepertinya ada rasa kecanggungan menggunakan kata etik daripada etika.
• Kelakuanmu tidak sesuai dengan etik yang ada.
• Kelakuanmu tidak sesuai dengan etika yang ada.

Bukan hanya bentuk kata tersebut yang sering dipermasalahkan. Penggunaan di media massa dan tingkat akademik khususnya patut dipertanyakan. Kita sering mendengar jurusan matematika daripada jurusan matematik, dan itu dipakai dalam ruang lingkup akademik. Mungkin saja bentuk-bentuk tersebut akan menjadi bahasa baku Indonesia. Siapa yang harus mengalah, bahasa yang dinamis atau bahasa baku Indonesia?


3. UU Pronografi bisa menjadi bom waktu bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Terbukti dengan munculnya satu provinsi di negeri ini.

Kedua cara penulisan di atas cukup bersaing dalam penggunanya. Artinya kedua cara itu digunakan dalam kaidah berbahasa. Banyak surat yang kita baca dengan menggunakan penulisan propinsi. Apabila merujuk Pedoman Penulisan Istilah, cara penulisan provinsi tidak tepat. Yang tepat ialah cara penulisan provinsi. Namun sepertinya bahasa berkembang dinamis, timbul penggunaan lain yaitu bentuk propinsi. Untuk mengatasi hal tersebut, dalam KBBI tahun (1993), menyatakan kedua cara penulisan itu, kedua-duanya betul, hanya yang lebih tepat ialah provinsi. Bentuk kata bersaing lainnya ialah penggunaan kata berbagai dan pelbagai.



4. Warga permukiman liar di perkotaan, memang memiliki keterbatasan dalam pendidikan dan keterampilan, namun mereka unggul, ulet, dan tangguh untuk bertahan hidup.

Kalimat di atas memang mengetengahkan bentuk tata bahasa gramatikal yang sesuai dengan kaidah yang ada. Tetapi, tidak ada salahnya dikaji lebih jauh, untuk menangkap bentuk problematic yang sering muncul di dmsyarakat. Terutama dalam penggunaan kata permukiman dan perkotaan. Banyak orang yang salah menerapkan konsep tersebut, sehingga munculah kata pemukiman, pedesaan, dan pegunungan. Mengapa bentuk tersebut bisa muncul?

Penggunaan bentuk kata pemukiman, pedesaan, dan pegunungan tidak baku. Mengapa? Dalam KBBI, pemukiman berarti ‘proses atau tindakan memukimkan’. Bentuk pemukiman sejalan dengan bentuk-bentuk berikut:
Pemindahan berarti ‘proses atau hal memindahkan’
Pemahaman berarti ‘proses atau hal memahami’
Pemaksaan berarti ‘proses atau hal memaksa’
Sedangkan permukiman artinya tempat bermukim.


5. Salah satu masyarakat modern adalah berkembangnya sikap saling ketergantungan antara profesi yang satu dengan yang lainnya.

Kata saling berfungsi menerangka kata kerja aktif yang mengikutinya, misalnya dalam bentuk saling menuduh, saling memahami, dan saling mengahrgai. Bentuk saling ketergantungan mengetengahkan bentuk tata gramatikal yang kurang baik, mengapa? berikut analisisnya.

Saling : menerangkan kata kerja aktif yang mengikutinya.
Ketergantungan : fungsi imbihan ke-an disini menyatakan bentuk saling, mempengaruhi, saling keterlibatan antara dua subjek yang dibicarakan, dan saling bergantung satu sama lain.

Oleh karena itu bentuk saling ketergentungan tidaklah tepat, karena maknanya akan berubah menjadi bentuk saling-saling bergantung satu sama lain.
Sehingga kalimat tersebut harus diubah menjadi:
Salah satu masyarakat modern adalah berkembangnya sikap ketergantungan antara profesi yang satu dengan yang lainnya.

Kata saling sebaiknya dibuang, karena keta ketergantungan atau imbuhan ke-an sudah menyatakan makna saling bergantung satu sama lain.


6. Karena adanya saling pengertian di kedua belah pihak, maka sengketa tentang kedua pulau tersebut dapat diselesaikan dengan baik.

Analisis pada kalimat di atas sama halnya dengan analisis kalimat pada nomor lima. Kata saling berfungsi menerangka kata kerja aktif yang mengikutinya, misalnya dalam bentuk saling menuduh, saling memahami, dan saling menghargai.

Saling : menerangkan kata kerja aktif yang mengikutinya.
Pengertian : fungsi imbihan pe-an disini menyatakan bentuk saling, mempengaruhi, saling keterlibatan antara dua subjek yang dibicarakan, dan saling bergantung satu sama lain.

Oleh karena itu bentuk saling pengertian tidaklah tepat, karena maknanya akan berubah menjadi bentuk saling-saling bergantung satu sama lain.
Sehingga kalimat tersebut harus diubah menjadi:
Salah satu masyarakat modern adalah berkembangnya sikap pengertian antara profesi yang satu dengan yang lainnya.

Kata saling sebaiknya dibuang, karena kata pengertian sudah menyatakan makna saling bergantung satu sama lain.


7. Mahasiswa tidak mengetahuinya kalau universitas ini nomor satu dalam hal visibilitasnya.

Adanya enklitik –nya pada kalimat di atas merupakan kesalahan berbahasa yang sering dijumpai. Lihat kata mengetahuinya dan kata visibilitasnya. Bentuk enklitik –nya tersebut mengacu pada satu maksud yang saling bergentungan. –nya pada kata mengetahuinya mengacu pada visibilitas. Sedangkan –nya pada visibilitasnya mengacu pada mahasiswa. Tetapi bentuk tersebut tidaklah efektif, kalimat yang efektif untuk solusinya ialah:

Mahasiswa tidak mengetahui kalau universitas ini nomor satu dalam hal visibilitasnya.

8. Kecuali bermain piano, dia juga bernyanyi.

Kata kecuali merupakan kata depan atau kata penghubung yang menyatakan ‘sesuatu yang tidak termasuk ke dalam sesuatu yang lain’. Karena itu, sering kita mendengarungkapan ‘dikecualikan’ dan ‘pengecualian’. Selain merupakan kata depan atau kata penghubung bermakna sebaliknya dari makna kecuali, yaitu makna penambahan atau penggabaungan. Yang menjadi perosalan ialah sering digunakannya kata kecuali untuk menyetakan makna penambahan atau penggabungan.
Maka kalimat diatas seharusnya diubah menjadi :

selain bermain piano, dia juga bernyanyi.



Secara objektf hakikat keberadaan bahasa tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Hakikat makna bahasa dan keberadaan bahasa senantiasa memproyeksikan kehidupan manusia yang sifatnya tidak terbatas dan kompleks. Dalam konteks proyeksi kehidupan manusia, bahasa senantiasa digunakan secara khas dan memiliki suatu aturan permainan tersendiri. Untuk itu, terdapat banyak permainan bahasa dalam kehidupan manusia, bahkan dapat dikatakan tidak terbatas, dan nantara tata permainan satu dengan lainnya tidak dapat dintentukan dengan suatu aturan yang bersifat umum. Namun demikian,

walaupun terdapat perbedaan adakalanya terdapat sutau kemiripan, dan hal ini sulit ditentukan secara secara definitif dan pasti. Meskipun orang tidak mengetahui secara persis sebuah permainan bahasa tertentu, namun ia mengetahui apa yang harus diperbuat dalam suatu permainan. Oleh karena itu, untuk mengungkapkan hakikat bahasa dalam kehidupan manusia dapat dilaksanakan dengan melakukan suatu deskripsi serta memberikan contoh-contoh dalam kehidupan manusia yang digunakan secera berbeda.
Sebagian orang berpendapat bahwa bahasa sebagai sesuatu yang kita lakukan untuk orang lain; sebuah permainan dari simbol verbal yang didasarkan dengan rasa indera kita (pencitraan). Sebagai sistem mediasi, bahasa tidak hanya menggambarkan cara pandang manusia tentang dunia dan konsepsinya, tetapi juga membentuk visi tentang realitas.
Pandangan di atas, merajut pada pemikiran bahwa dengan melukiskan bahasa sebagai penjelmaan pikiran dan perasaan, yaitu budi manusia, maka bahasa itu mendapat arti jauh lebih tinggi daripada sistem bunyi atau fonem. Oleh karena itu budilah yang melahirkan kebudayaan, maka bahasa sebagai penjelmaan daripada budi itu adalah cerminan selengkap-lengkapnya dan sesempurna dari kebudayaan.
Perhatian terhadap kelompok-kelompok minoritas ini sekarang telah menjadi betapa penting dengan adanya kontak antarbudaya, namun diasumsikan bahwa komunikasi antabudaya itu sangat sulit. Hal ini disebabkan karena jika bahasa sebagai sistem bunyi gagal mengendap dalam kantong-kantong budaya, maka masyarakat pun gagal untuk memahami dan dipahami dalam konteks komunikasi antarbudaya.
 
 Bila kita membicarakan bahasa, sepertinya tidak akan lepas dari masyarakat. Setiap masyarakat pemakai suatu bahasa memiliki kesepakatan tentang bahasanya, misalnya berkaitan dengan kaidah, struktur, dan kosakata. Kesepakatan mengenai kaidah dan kosakata itu sampai batas waktu tertentu secara umum masih mampu mewadahi seluruh konsep, gagasan, dan ide para pemakainya. Namun, pada saat tertentu akan sampailah pada suatu kebutuhan akan adanya kesepakatan baru yang memperkaya dan melengkapi kesepakatan sebelumnya, yatu manakala kesepakatan lama telah tidak cukup lagi mewadahi konsep, gagasan, dan ide yang ada.

Apabila telah sampai pada titik waktu sepeti itu, maka masyarakat bahasa yang bersangkutan biasanya melirik kesepakatan masyarakat pemakai bahasa lain. Dengan demikian, maka terjadilah sebuah proses kreavititas masyarakat bahasa yang disebut pemungutan (borrowing) unsur bahasa dari bahasa lain. Demikianlah pemungutan/penyerapan menjadi salah satu penyebab terjadinya perkembangan sebuah bahasa.

Proses terjadinya penyerapan itu sendiri tentu saja diawali oleh adanya kontak antarbahasa. Kontak antarbahasa pu terjadi karena adanya kontak antar masyarakat bahasa. Terjadinya kontak antara bangsa Arab dengan bangsa Indonesia misalnya, menyebabkan terjadinya

kontak antara kedua bahasa itu. Penyerapan kosakata bahasa-bahasa asing: bahasa Inggris, bahasa Arab, Belanda dan lain-lain ke dalam bahasa Indonesia menjadi bukti adanya kontak antara bahasa Indonesia dengan bahasa-bahasa tersebut.

Kontak antarbangsa saat ini tidak dapat dihindari. Tidak ada bangsa yang dapat membebaskan diri dari kontak dengan dunia luar. Hal ini menyebabkan satu bahasa pun yang terbebas dari kontak dengan bahasa lain. Sebuah bahasa yang tidak menjalin kontak dengan bahasa lain lambat laun akan menjadi bahasa yang mati, menjadi bahasa yang tidak memiliki penuturnya lagi.

Dua bahasa yang berkontak akan saling mempengaruhi. Kontak bahasa yang terjadi antara bahasa Indonesia dengan bahasa-bahasa daerah menyebabkan terjadinya proses saling mempengaruhi antara bahasa Indonesia dengan bahasa-bahasa daerah. Akibatnya, beberapa kosakata bahasa Indonesia diserap oleh bahasa-bahasa daerah dan beberapa kosakata bahasa daerah pun diserap oleh bahasa Indonesia.

Penyarapan kata dari bahasa lain ke dalam bahasa tertentu bisa berdasarkan kondisi objektif, bisa juga berdasarkan kondisi subjektif. Pnyerapan yang berdasarkan pada kondisi objektif, yaitu penyerapan bahasa akibat kurang emadainya khazanah kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa sehingga perlu dilakukan pemungutan kosakata dari bahasa lain. Sedangkan penyerapan akibat kondisi subjektif ialah penyerapan yang disebabkan oleh anggota masyarakat pemakai bahasa tertentu yang merasa lebih bangga menggunakan kosakata di luar bahasanya.

Bangsa Indonesia bukanlah bangsa terpencil yang terisolasi. Oleh karena itu, maka bangsa Indonesia melakukan kontak dengan bangsa-bangsa lain. Memang perjalanan sejarah tidak dapat dimungkiri bahwa di antara kontak yang terjadi antara bangsa Indonesia dengan dunia luar itu ada yang terjadi dengan cara yang tidak manusiawi lewat imperialisme. Namun, dalam bentuk apa pun kontak itu terjadi, kontak antara bangsa Indonesia dengan bangsa lain itu tetap dapat membawa manfaat bagi perkembangan bangsa dan juga bahasa Indonesia. Kita menyaksikan penjajahan Belanda atas bumi Indonesia telah menyebabkan adanya perkembangan bahasa Indonesia yang cukup positif. Kita tidak dapat menutup mata atas pengaruh positif bahasa Belanda terhadap bahasa Indonesia. Bahkan kosakata serapan dari bahasa Belanda yang dapat kita selidiki dalam khazanah kosakata bahasa indonesia jumlahnya menduduki peringkat pertama di atas bahasa Inggris dan bahasa Arab.

Demikianlah bahasa Indonesia, dalam proses perkembangannya, telah menyerap beribu kata dari bahasa lain, baik bahasa daerah maupun bahasa asing. Ribuan kata yang telah masuk ke dalam bahasa Indonesia melalui proses penyerapan itu telah menyebabkan bahasa Indonesuia bersalin rupa dari bahasa aslinya. Bahasa Indonesia, memang, kini sudah tidak lagi sama dengan bahasa Melayu yang menjadi asal-usulnya.

Bahasa Indonesia yang dipergunakan sehari-hari dalam berbagai kesempatan dan berbagai situasi pragmatik, misalnya berbeda dengan bahasa Malaysia, meskipun kedua bahasa itu sama-sama berasal dari bahasa Melayu. Perbedaan itu di antaranya disebabkan oleh perbedaan pengaruh-pengaruh luar yang masuk termasuk kata-kata serapan dari bahasa lain. Demikianlah pula halnya dengan bahasa Brunei Darussalam. Bahasa tersebut sedikit banyak berbeda, baik dengan bahasa indonesia maupun dengan bahasa Malaysia.

Pustaka Rujukan
Resume Mata Kuliah Bahasa Bantu, Universitas Pendidikan Indonesia
Badudu,J.S.1989. Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar. Jakarta: PT. Gramedia
Chaer, Abdul. 1980. Sosiolinguistik :Perkenalan Awal, Jakarta: Rineka Cipta
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Balai Pustaka.
www.wikipedia.com
Pedoman Umum Bahasa Indonesia Yang disempurnakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar