|
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pelaksanaan proses belajar mengajar yang fungsional dan efektif merupakan salah satu aspek dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Dalam pelaksanaan tersebut, terjadi interaksi antara guru dalam keberadaannya untuk mengajar dan siswa dalam keberadaannya untuk belajar. Mengajar dalam hal ini, tentulah dengan menggunakan metode tertentu sebagai salah satu komponen dalam mencapai tujuan pembelajaran, yang dalam pelaksanaannya tidaklah terlepas dari jenis pendekatan yang dilaksanakan. Oleh karena itu, peranan yang sangat menentukan dari penggunaan suatu metode pengajaran yang disertai jenis pendekatan tertentu, memerlukan metode pengajaran yang serasi dan jenis pendekatan yang tepat.Metode pengajaran dapat dipahami sebagai “strategi dalam proses belajar mengajar” (Syah, 2004 : 214). Metode pengajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
|
Berkaitan dengan pembelajaran matematika, agar pembelajaran tersebut lebih terarah, terstruktur dan terpadu, maka peranan guru sangat penting. Seorang guru harus memperhatikan cara penyampaian materi pelajaran matematika agar materi yang disampaikannya mudah diterima dan benar-benar tertanam pada benak siswa. Berbagai metode pengajaran atau pendekatan pengajaran matematika, baik yang merupakan penemuan baru maupun yang merupakan perkembangan dari metode-metode yang telah ada, hendaknya dapat meningkatkan kinerja akademik siswa.
Oleh karena itu, sebagai guru harus mencari atau memilih metode pembelajaran/metode mengajar yang tepat dan sesuai dengan kondisi siswa serta materi yang disampaikannya. Sebab dengan metode pembelajaran yang sama tetapi karakter siswa berbeda, hasilnya akan berbeda. Demikian juga untuk materi yang berbeda seorang guru tidak bisa menerapkan metode pembelajaran yang sama.
Metode pembelajaran yang dipilih diharapkan mempertimbangkan kemudahan bagi siswa dalam menangkap materi yang disampaikan oleh guru sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sesuai dengan kaidah yang berlaku Hal tersebut hendaknya melibatkan dunia nyata sebagai suatu konteks belajar bagi siswa. Dengan demikian, penyajian suatu masalah yang autentik dan bermakna akan dapat memberikan kemudahan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan dan penemuan. Terutama untuk guru mata pelajaran matematika diharapkan lebih mempertimbangkan hal-hal berikut ini :
- Pengetahuan awal siswa.
- Karakteristik penyampaian materi.
- Sarana dan prasarana yang akan digunakan dalam pembelajaran tersebut.
Berdasarkan masalah di atas, kami mencoba meneliti secara obyektif tentang aplikasi metode berbasis masalah dalam mata pelajaran matematika terhadap prestasi belajar siswa kelas X SMA PGRI Sumenep pokok bahasan ruang dimensi tiga tahun pelajaran 2006/2007.
- B. Identifikasi Masalah
Penilaian kelas digunakan sebagai proses untuk mengukur dan menentukan tingkat ketercapaian kompetensi, dan sekaligus untuk mengukur efektivitas proses belajar mengajar dan sebagai bahan pertimbangan dalam perbaikan proses belajar selanjutnya. Penilaian kelas yang disusun secara terencana dan sistematis memiliki fungsi motivasi, belajar tuntas, efektivitas pembelajaran dan umpan balik.
- C. Pembatasan Masalah
- Penelitian ini hanya meneliti tentang prestasi belajar siswa melalui metode berbasis masalah.
- Subyek penelitiannya adalah siswa kelas X SMA PGRI Sumenep tahun pelajaran 2006/2007.
- Materi penelitiannya adalah mata pelajaran matematika pokok bahasan ruang dimensi tiga pada semester genap tahun pelajaran 2006/2007.
- Penelitian ini dilakukan untuk meneliti prestasi belajar siswa kelas X SMA PGRI Sumenep melalui metode berbasis masalah dalam mata pelajaran matematika pokok bahasan ruang dimensi tiga tahun pelajaran 2006/2007.
- D. Rumusan Masalah
“Sejauh mana prestasi belajar siswa kelas X SMA PGRI Sumenep melalui metode berbasis masalah dalam mata pelajaran matematika pokok bahasan ruang dimensi tiga tahun pelajaran 2006/2007?”
- E. Tujuan Penelitian
Oleh karena itu, melalui penelitian tindakan kelas ini peneliti / penulis bermaksud :
“Mengetahui sejauh mana prestasi belajar siswa kelas X SMA PGRI Sumenep melalui metode berbasis masalah dalam mata pelajaran matematika pokok bahasan ruang dimensi tiga tahun pelajaran 2006/2007”
- F. Kegunaan Penelitian
- Sebagai upaya untuk lebih meningkatkan prestasi belajar siswa dan turut serta menciptakan suasana kelas yang kondusif, khususnya dalam mata pelajaran matematika.
- Sebagai bahan pertimbangan untuk dapat memilih metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi siswa dan karakteristik mata pelajaran, serta sebagai peningkatan wawasan pengetahuan.
|
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Belajar
Belajar tidak hanya meliputi mata pelajaran, tetapi juga penguasaan, kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan, dan cita-cita. Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang yang mengakibatkan suatu perubahan dalam diri orang itu dalam waktu yang relatif lama sehingga dari tidak mampu mengerjakan sesuatu menjadi mampu mengerjakan (Syah, 2004 : 89). Muhibbin Syah menambahkan bahwa belajar sebenarnya merupakan kegiatan mental yaitu proses penyesuaian susunan pengetahuan yang telah ada pada otak siswa yang digoncangkan oleh masuknya informasi baru. Kegiatan mental itu terjadi karena dipicu oleh kegiatan fisik siswa berinteraksi dengan sumber belajar yang memuat berbagai informasi.Belajar bisa dikatakan sebagai proses berubahnya tingkah laku siswa melalui berbagai pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu belajar adalah proses aktif belajar atau proses bereaksi terhadap situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses mengenal sesuatu melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu.
Dari berbagai pendapat tentang definisi belajar di atas, penulis akan memaparkan beberapa teori tentang belajar dalam rangka mendukung proses pembelajaran terhadap siswa. Teori-teori tersebut adalah teori psikologi tingkah laku dan teori psikologi kognitif. Terdapat beberapa teori belajar yang termasuk kedalam teori psikologi tingkah laku dan teori psikologi kognitif.
- Teori Psikologi Tingkah Laku
|
Adapun guru matematika yang mengikuti aturan psikologi S-R berpendapat bahwa tingkah laku siswa dalam pembelajaran merupakan suatu respon terhadap situasi lingkungan belajar yang sedang berlangsung, sehingga melalui suatu proses terjadilah penguatan dengan harapan dapat mengubah tingkah laku siswa.
Tokoh-tokoh yang menganut teori S – R adalah :
- Teori Thorndike
- Teori Skinner
- Teori Gagne
- Teori Psikologi Kognitif
- Teori Perkembangan Intelektual Piaget
- Teori Bruner
1) Teorema Konstruksi
Yaitu untuk memulai belajar konsep dan prinsip diawali dengan mengkonstruksi konsep dan prinsip tersebut.
2) Teorema Notasi
Bahwa dalam permulaan belajar konstruksi dibuat dengan notasi yang sesuai dengan tingkat perkembangan mental sehingga lebih mudah dimengerti oleh pembelajar (siswa).
3) Teorema Perbedaan dan Variasi
Teorema ini menyatakan bahwa suatu konsep matematika akan lebih bermakna bagi pembelajar (siswa) jika dibandingkan dengan konsep lain.
4) Teorema Konektivitas
Yaitu setiap konsep, struktur dan keterampilan matematika dikaitkan dengan struktur dan keterampilan lain.
- Teori Dienes
1) Permainan bebas.
2) Permainan beraturan.
3) Permainan mencari kesamaan sifat.
4) Permainan dengan representasi.
5) Permainan dengan simbolisasi.
6) Permainan formalisasi.
- Teori Bermakna Ausabel
Dari teori-teori belajar yang telah penulis kemukakan di atas dapat ditemukan ciri-ciri belajar sebagai berikut :
- Adanya perubahan tingkah laku yang bersifat permanen dan berlaku dalam waktu relatif lama.
- Merupakan suatu proses yang berlangsung secara efektif yang disengaja untuk mencapai suatu tujuan.
- Mengarah kepada pencapaian suatu tujuan yang ingin dicapai.
- B. Metode Berbasis Masalah (Problem – Based Learning)
Metode berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar. Metode berbasis masalah dikenal dengan nama lain, seperti : Project – Based Teaching (pembelajaran proyek), Experience – Based Education (pendidikan berdasarkan pengalaman), Authentic Learning (pembelajaran autentik), dan Anchored Instruction (pembelajaran berakar pada kehidupan nyata). (Nurhadi, Yasin, Senduk, 2004 : 56).
Peran guru dalam metode berbasis masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Metode berbasis masalah tidak dapat dilaksanakan tanpa guru mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Secara garis besar metode berbasis masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri (penemuan).
- Ciri dan Tujuan Metode Berbasis Masalah
- Adanya pengajuan pertanyaan atau masalah.
- Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.
- Terjadi proses penyelidikan autentik berdasarkan metode.
- Menghasilkan produk atau karya dan didemonstrasikan.
- Mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual.
- Belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan siswa dalam pengalaman nyata atau simulasi.
- Menjadikan pembelajar yang otonom dan mandiri.
- Tahapan Metode Berbasis Masalah
Adapun tahapan-tahapan metode berbasis masalah dijelaskan dalam tabel 2.1 berikut ini :
Tabel 2.1
Tahapan Metode Berbasis Masalah
Tahapan | Tingkah Laku Guru |
Tahap 1 : Orientasi siswa kepada masalah | Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. |
Tahap 2 : Mengorganisasi siswa untuk belajar | Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. |
Tahap 3 : Membimbing penyelidikan individual dan kelompok | Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya. |
Tahap 4 : Mengembangkan dan menyajikan hasil karya | Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka berbagi tugas dengan temannya. |
Tahap 5 : Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah | Guru membantu siswa nelakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan. |
- Lingkungan Belajar dan Sistem Manajemen
- C. Prestasi Belajar
Menetapkan batas minimum keberhasilan belajar siswa selalu berkaitan dengan upaya pengungkapan hasil belajar. Ada beberapa alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar, yaitu (Syah, 2004 : 153) :
- Sangat Baik.
- Baik
- Cukup Baik
- Kurang.
- Gagal
Ada beberapa faktor yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran atau keberhasilan dalam proses pembelajaran. Faktor-faktor tersebut adalah : tujuan, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, dan alat evaluasi. Faktor-faktor tersebut banyak memberikan kontribusi yang kuat dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pada prinsipnya jika seorang siswa dapat menyelesaikan lebih dari separuh tugas atau dapat menjawab lebih dari setengah instrumen evaluasi dengan benar, ia dianggap telah memenuhi target minimal keberhasilan belajar (≥ 60%).
- D. Tinjauan Materi Ruang Dimensi Tiga
- Standar Kompetensi
- Kompetensi Dasar
- Memahami komponen benda ruang, menggambar dan menghitung volum benda ruang.
- Menggunakan abstraksi ruang untuk menggambar dan menghitung jarak dan sudut antara.
- Pengalaman Belajar
- Mengidentifikasikan komponen benda-benda ruang.
- Menghitung, menentukan dan memanipulasi volum benda ruang.
- Menggambar dan menghitung unsur-unsur dalam bangun ruang dengan menggunakan media audio visual.
- Berdiskusi dengan kelompok untuk menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan bangun ruang.
- Indikator
- Menentukan kedudukan titik, garis, dan bidang dalam ruang.
- Menentukan volum benda-benda ruang (kubus, balok, limas, prisma, kerucut, silinder, dan bola).
- Penilaian : kuis, ulangan harian, tugas individu, dll.
- Alokasi waktu : 18 x 45 menit.
Ruang Dimensi Tiga (Geometri Ruang) mempelajari bentuk, letak, ukuran dan sifat-sifat berbagai bangun geometri yang tidak terletak pada suatu bidang datar. Titik, garis dan bidang merupakan unsur pembangun geometri berdimensi tiga. Disini kita perlu memahami hubungan antara garis dengan garis, garis dengan bidang, bidang dengan bidang di dalam ruang berdimensi tiga.
Untuk menentukan letak sebuah titik di dalam ruang, kita dapat menggunakan suatu sistem koordinat. Salah satu sistem koordinat dapat dilihat dalam gambar. Letak suatu titik dinyatakan oleh koordinatnya, yaitu (x,y,z); x menyatakan jarak titik itu dari bidang-YOZ, y menyatakan jaraknya dari bidang-XOZ, dan z menyatakan jaraknya dari bidang-XOY.
Bangun ruang yang dibatasi seluruhnya oleh bidang datar dinamakan polieder, yang artinya berisisi banyak, misalnya balok, kubus, prisma, piramida. Sedangkan bangun setengah bola, misalnya, bukanlah polieder karena bangun tersebut dibatasi oleh bangun datar dan sebuah permukaan lengkung. Luas permukaan suatu bangun ruang pada dasarnya dapat dihitung sebagai jumlah luas seluruh permukaan batasnya. Selain luas, kita juga sering tertarik pada volumnya.
Adapun materi ruang dimensi tiga yang diajarkan pada semester genap kelas X SMA adalah sebagai berikut:
- Garis dan bidang di dalam ruang
- Hubungan antara garis dengan garis
1) Kedua garis itu sejajar;
2) Kedua garis itu berimpit (berpotongan pada lebih dari satu titik potong);
3) Kedua garis itu berpotongan pada tepat satu titik potong; atau
4) Kedua garis itu tidak sejajar namun juga tidak berpotongan.
- Hubungan antara garis dengan bidang
1) Sejajar;
2) Berpotongan di titik tunggal L; atau
3) Garis l terletak pada bidang E.
- Hubungan antara bidang dengan bidang
1) Sejajar;
2) Berimpit; atau
3) Berpotongan.
- Koordinat Ruang
│PQ│ = √ (x1 – x2)2 + (y1 – y2)2 + (z1 – z2)2
- Beberapa Bangun Ruang
- Kubus
V = luas alas x tinggi
= (AB x BC) x CH
= sisi x sisi x sisi
= s x s x s
- Balok
V = luas alas x tinggi
= (AB x BC) x CH
= panjang x lebar x tinggi
- Limas
V = ½ x luas alas x tinggi
= ½ x (AB x BC) x TE
- Prisma
V = luas alas x tinggi
= luas alas segitiga x tinggi prisma
= (½ x a x t) x tprisma
- Kerucut
V = ½ x luas alas lingkaran x tinggi
= ½ x (π r2) x t
- Bola
V = ¾ π r3
- E. Aplikasi Metode Berbasis Masalah dalam Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Ruang Dimensi Tiga
Adapun langkah-langkah metode berbasis masalah dalam mata pelajaran matematika pokok bahasan ruang dimensi tiga yang dapat diaplikasikan di kelas adalah sebagai berikut :
- Awal kegiatan (pendahuluan)
- Aktifitas guru
2) Guru mengaitkannya materi yang akan dipelajari dengan mengajukan beberapa pertanyaan. (tahap 1)
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. (tahap 1)
4) Guru menjelaskan logistik yang dibutuhkan dan memberi motivasi.
(tahap 1)
- Aktifitas siswa
2) Siswa aktif menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan tentang pokok bahasan ruang dimensi tiga yang akan dipelajari. (tahap 1)
- Kegiatan inti
- Aktifitas guru
2) Guru memberi permasalahan untuk diselesaikan oleh siswa baik secara individu maupun kelompok untuk menemukan konsep. (tahap 2)
3) Guru membimbing siswa untuk mencari informasi yang sesuai dan melakukan percobaan atau eksperimen agar memperoleh kejelasan dalam memecahkan masalah. (tahap 3)
4) Guru mengecek tingkat pemahaman siswa dan membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan strategi penyelesaian masalah.
(tahap 4)
5) Guru membantu siswa dalam membagi tugas dengan temannya jika masalah yang diberikan dikerjakan secara kelompok. (tahap 4)
6) Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan siswa dan proses-proses yang digunakan. (tahap 5)
- Aktifitas siswa
2) Siswa menemukan konsep untuk menyelesaikan masalah. (tahap 2)
3) Siswa mencari informasi yang sesuai dan melakukan percobaan atau eksperimen agar memperoleh kejelasan dalam memecahkan masalah. (tahap 3)
4) Siswa mengerjakan soal-soal secara berkelompok dan melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan adan proses-proses yang digunakan. (tahap 4)
- Penutup
- Aktifitas guru
2) Guru memberi contoh penyelesaian masalah. (tahap 5)
3) Guru membimbing siswa merangkum materi pelajaran. (tahap 5)
4) Guru memberikan tugas PR tentang soal-soal yang belum sempat dibahas di kelas. (tahap 5)
5) Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya. (tahap 5)
- Aktifitas siswa
2) Siswa mencari cara lain atau strategi pemecahan masalah yang lain dengan bimbingan guru. (tahap 5)
3) Siswa merangkum materi atau sub pokok bahasan yang baru saja dipelajari. (tahap 5)
Pembelajaran dengan menggunakan metode berbasis masalah bukan hanya mengorganisasikan prinsip-prinsip atau keterampilan akademik tertentu. Pembelajaran berbasis masalah juga bertujuan mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Pembelajaran berbasis masalah mengajukan situasi kehidupan nyata yang autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.
- F. Dasar Pemikiran
Dalam aplikasi metode berbasis masalah, guru tidak hanya bertugas menyampaikan informasi, mentrasfer ilmunya, menguasai kegiatan kelas atau semua kegiatan dalam proses belajar mengajar. Tetapi hendaknya mengusahakan agar kegiatan belajar mengajar yang berlangsung mengembangkan kemampuan berfikir dan keterampilan intelektual siswa dalam memecahkan masalah pada aspek metodik pelajaran matematika, yang mana siswa tengah dilibatkan untuk belajar berbagai peran orang dewasa melalui pengalaman nyata dan menjadikan siswa bersikap otonom dan mandiri dalam menyelesaikan masalah.
Selama ini, kelas dikondisikan sebagai tempat yang kurang menyenangkan yang didalamnya terdapat doktrin-doktrin yang mewajibkan siswa duduk mendengarkan materi yang disampaikan guru. Dengan diterapkannya metode berbasis masalah dalam proses belajar mengajar, maka siswa akan dapat mengembangkan kemampuan intelegensi dan keterampilan intelektual serta kompetensi diri dalam menyelesaikan suatu permasalahan menurut langkah-langkah yang sistematis sesuai dengan urutan langkah.
Melalui metode berbasis masalah ini diharapkan prestasi belajar siswa menjadi baik karena metode ini lebih menekankan pada peningkatan potensi diri peserta didik melalui pengembangan kemampuan berfikir dan keterampilan intelektual siswa, baik secara kelompok maupun individu.
Dari paparan di atas dijumpai beberapa perbedaan antara metode berbasis masalah dengan metode konvensional. Perbedaan tersebut dijelaskan dalam tabel 2.2 berikut ini :
Tabel 2.2
Perbedaan Metode Berbasis Masalah dan Metode Konvensional Metode Berbasis Masalah | Metode Konvensional |
|
|
- G. Rumusan Hipotesis
Dari uraian di atas, peneliti / penulis mengajukan rumusan hipotesis sebagai berikut :
“Jika diajar dengan metode berbasis masalah maka prestasi belajar siswa kelas X SMA PGRI Sumenep lebih baik dalam mata pelajaran matematika pokok bahasan ruang dimensi tiga tahun pelajaran 2006/2007”
|
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Istilah” variabel” merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap jenis penelitian. Variabel mempunyai arti ciri dari individu, objek gejala peristiwa yang dapat diukur secara kuantitatif maupun kualitatif (Arikunto, 1999 : 97). Untuk kepentingan suatu penelitian, keberadaan variabel penelitian mutlak dibutuhkan untuk mengetahui dan menemukan jawaban dari maksud penelitian tersebut.Dalam penelitian ini, variabel penelitian yang digunakan ada 2 (dua) macam, yaitu :
- Variabel Bebas
Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah aplikasi metode berbasis masalah.
- Variabel Terikat
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik suatu premis bahwa variabel terikat menjadi tolak ukur atau indikator dari variabel bebas.
|
- B. Teknik dan Pendekatan Penelitian
- Teknik Penelitian
Selain itu peneliti dapat mengamati secara langsung pengaruh metode berbasis masalah terhadap prestasi belajar siswa. Dengan demikian tujuan penelitian dapat dicapai, yaitu untuk mengetahui pengaruh metode berbasis masalah terhadap prestasi belajar siswa kelas X SMA PGRI Sumenep pokok bahasan ruang dimensi tiga tahun pelajaran 2006/2007.
Adapun langkah-langkah desain penelitian yang dimaksud adalah sebagai berikut :
- Menentukan subyek penelitian, yaitu siswa kelas X SMA PGRI Sumenep tahun pelajaran 2006/2007.
- Pemberian tes awal (pre test) dengan terlebih dahulu diberi informasi tentang pokok bahasan yang akan dipelajari, yaitu pokok bahasan ruang dimensi tiga.
- Melaksanakan pembelajaran dengan metode berbasis masalah sebanyak 4 kali pertemuan (8 x 45 menit).
- Pada akhir pertemuan (telah selesai untuk satu pokok bahasan), diadakan tes akhir (post test).
- Melaksanakan pengujian terhadap data yang telah diperoleh melalui nilai pre test dan post test.
- Pendekatan Penelitian
Peneliti menggunakan penelitian kuantitatif karena data yang diambil nantinya berupa angka yang diperoleh dari nilai / skor pre test dan post test. Adapun mekanisme tes yang digunakan ada dua, yaitu :
- Pemberian tes awal (pre test)
- Pemberian tes akhir (post test)
- Rancangan Penelitian
Tabel 3.1
Tahapan penelitian
Tahap | Perlakuan | Tes |
Pertama | Pemberian tes awal | Pre test |
Kedua | Pembelajaran dengan menggunakan metode berbasis masalah | - |
Ketiga | Pemberian tes akhir | Post test |
Dalam tahapan penelitian di atas, peneliti membagi kedalam langkah-langkah penelitian, yaitu :
- Siswa diberi soal pre test untuk dikerjakan di kelas yang terlebih dahulu diberitahukan pokok bahasan yang akan dipelajari, yaitu pokok bahasan ruang dimensi tiga. Alokasi waktu 90 menit.
- Memberi perlakuan khusus, yaitu mengajar dengan menggunakan metode berbasis bermasalah. Alokasi waktu 8 x 45 menit (4 kali pertemuan).
- Setelah proses pembelajaran selesai (dengan metode berbasis masalah), maka siswa kembali diberi soal post test untuk dikerjakan di kelas pokok bahasan ruang dimensi tiga yang telah selesai dipelajari dalam pembelajaran metode berbasis masalah. Alokasi waktu 90 menit.
- Kemudian dibandingkan antara skor pre test dan skor post test yang diperoleh oleh masing-masing siswa. Jika sekiranya timbul perbedaan antara skor pre test dan skor post test, maka diasumsikan sebagai suatu dampak / akibat perlakuan mengajar dengan menggunakan metode berbasis masalah.
- Kemudian dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui prestasi belajar siswa melalui metode berbasis masalah.
- C. Tempat dan Waktu Penelitian
- Tempat Penelitian
Alasan dipilihnya SMA PGRI Sumenep sebagai obyek penelitian adalah :
- Peneliti merupakan salah satu pengajar pada tahun pelajaran 2006/2007 yang mengajar mata pelajaran matematika.
- Siswa banyak berasal dari luar kota yang kemampuan akademiknya masih kurang.
- Metode pembelajaran yang banyak digunakan guru adalah sistem ceramah, sehingga peneliti / penulis mencoba meneliti kemungkinan penggunaan metode berbasis masalah untuk diterapkan dalam pembelajaran matematika, khususnya pada siswa kelas X.
- Waktu Penelitian
Tabel 3.2
Rencana Kegiatan Penelitian
No. | Jenis kegiatan | Waktu | Uraian kegiatan |
1. | Permohonan ijin penelitian kepada pihak sekolah. (SMA PGRI Sumenep) | 5 Januari 2007 | Meminta ijin kepada Kepala SMA PGRI Sumenep untuk mengadakan penelitian mengenai topik yang akan dibahas. |
2. | Survey lapangan | 5 Januari 2007 | Mengadakan kegiatan survey lapangan tentang kondisi siswa, materi yang akan diangkat, media yang dibutuhkan, perlengkapan mengajar, dll. Disamping itu mengadakan koordinasi dengan guru matematika yang lain untuk menjadi teman sejawat dalam kegiatan observasi terhadap penelitian yang dilakukan. |
3. | Tes Awal | 6 Januari 2007 | Pemberian pre test. |
4. | Eksperimen | 7 – 17 Januari 2007 | Mengadakan eksperimen, yaitu proses belajar mengajar pada kelas X mata pelajaran matematika pokok bahasan ruang dimensi tiga menggunakan metode berbasis masalah. |
5. | Tes Akhir | 26 Januari 2007 | Pemberian post test. |
6. | Penilaian Hasil Tes | 27 – 30 Januari 2007 | Melakukan penilaian dan analisa terhadap hasil pre test dan post test. |
7. | Menyusun Lapor-an Penelitian | 1 – 7 Februari 2007 | Melakukan analisis terhadap data yang diperoleh melalui hasil pre test dan post test dengan menggunakan jenis analisis data yang telah ditentukan. |
- D. Populasi dan Sampel
- Populasi
Dari beberapa pendapat tentang populasi di atas dapat diketahui bahwa keseluruhan obyek penelitian memiliki minimal satu sifat yang sama. Dan apabila dikaitkan dengan penelitian tindakan kelas ini populasinya adalah siswa kelas X SMA PGRI Sumenep tahun pelajaran 2006/2007 sebanyak 73 siswa (2 kelas), dengan rincian seperti pada tabel 3.3 berikut :
Tabel 3.3
Jumlah Populasi Penelitian
Kelas | Jumlah siswa |
X-1 | 38 siswa |
X-2 | 35 siswa |
Jumlah | 73 siswa |
- Sampel
Oleh karena itu jumlah sampel penelitian sama dengan jumlah populasi (atau disebut subyek penelitian), yaitu semua siswa kelas X SMA PGRI Sumenep tahun pelajaran 2006/2007. Adapun jumlah subyek penelitian terdapat pada tabel 3.4 berikut ini :
Tabel 3.4
Jumlah Subyek Penelitian
Kelas | Jumlah siswa |
X-1 | 38 siswa |
X-2 | 35 siswa |
Jumlah | 73 siswa |
- E. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
“Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah.”
Secara garis besar maka instrumen atau alat evaluasi yang digunakan dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu tes dan non-tes. Dalam suatu penelitian diperlukan instrumen-instrumen penelitian yang telah memenuhi syarat yaitu validitas dan reliabilitas.
Validitas instrumen menunjukkan bahwa hasil dari suatu pengukuran menggambarkan segi atau aspek yang diukur. (Sukardinata, 2005 : 228). Suatu instrumen dikatakan valid atau memiliki validitas bila instrumen tersebut benar-benar mengukur aspek atau segi yang akan diukur. Validitas menunjukkan suatu derajat atau tingkatan serta memiliki spesifikasi tidak berlaku umum. Validitas instrumen mencakup validitas isi (content validity), validitas konstruk (construct validity), validitas kriteria (criterion validity).
Menurut Suharsimi (1999 : 170) reliabilitas adalah suatu instrumen yang cukup dapat dipercaya untuk dijadikan sebagai alat pengumpul data. Dari pengertian reliabilitas di atas, maka dapat diketahui bahwa instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila alat ukur yang digunakan dapat memberikan hasil yang tetap dan dapat diandalkan bila melakukan pengukuran kembali.
Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah dalam bentuk tes tertulis dan dikategorikan sebagai tes prestasi (achievement test) yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu. Instrumen berupa tes atau soal-soal tes yang terdiri dari banyak butir tes (item) yang masing-masing mengukur satu jenis variabel.
Alasan pemilihan penggunaan bentuk tes sebagai instrumen adalah
- Dapat mengadakan penelitian terhadap sejumlah anak dalam waktu relatif singkat.
- Dapat dikoreksi dengan mudah.
- Membutuhkan sedikit waktu dan tenaga.
- F. Teknik Analisis Data
- Jenis Analisis
- Seluruh nilai yang diperoleh siswa, baik pre test maupun post test dimasukkan dalam satu tabel penilaian.
- Kemudian dicari selisih nilai post test dan pre test.
- Dicari prosentase tingkat prestasi belajar siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
(Syah, 2004)
- Norma Keputusan
Tabel 3.5
Tingkat Prestasi Belajar Siswa
Tingkat Prestasi | Kategori |
80% – 100% | Sangat Baik |
70% – 79% | Baik |
60% – 69% | Cukup Baik |
50% – 59% | Kurang |
< 50% | Gagal |
|
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Variabel
- Data Hasil Pre Test
Adapun nilai pre test siswa kelas X disajikan dalam gambar 4.1 :
|
Siswa yang mendapat nilai ≥ 60 dikategorikan berhasil (tuntas) sedangkan siswa yang mendapat nilai < 60 dikategorikan kurang berhasil (tidak tuntas). Oleh karena itu berdasarkan nilai pre test siswa kelas X SMA PGRI Sumenep disimpulkan bahwa 7 anak tergolong berhasil / tuntas (9,6%) sedangkan 66 anak tergolong kurang berhasil / tidak tuntas (90,4%)
- Data Hasil Post Test
Pada akhirnya nilai yang diperoleh siswa dalam post test ini dibandingkan dengan nilai yang diperoleh dalam pre test untuk selanjutnya dianalisis. Adapun hasil post test siswa kelas X SMA PGRI Sumenep dalam penelitian ini disajikan dalam gambar 4.2 berikut :
Berdasarkan gambar 4.2 dapat dilihat bahwa sebanyak 73 siswa mengikuti post test : 1 anak mendapat nilai 50, 4 anak mendapat nilai 55, 9 anak mendapat nilai 60, 11 anak mendapat nilai 65, 14 anak mendapat nilai 70, 17 anak mendapat nilai 75, 6 anak mendapat nilai 80, 5 anak mendapat nilai 85, 1 anak mendapat nilai 90, 3 anak mendapat nilai 95, dan 2 anak mendapat nilai 100.
Siswa yang mendapat nilai ≥ 60 dikategorikan berhasil (tuntas) sedangkan siswa yang mendapat nilai < 60 dikategorikan kurang berhasil (tidak tuntas). Oleh karena itu berdasarkan nilai post test siswa kelas X SMA PGRI Sumenep dapat disimpulkan bahwa 68 anak tergolong berhasil / tuntas (93,2%) sedangkan 5 anak tergolong kurang berhasil / tidak tuntas (6,8%)
- B. Analisis Data
Dengan demikian dapat dianalisis prosentase tingkat prestasi belajar siswa SMA PGRI Sumenep melalui metode berbasis masalah dalam mata pelajaran matematika pokok bahasan ruang dimensi tiga.
|
|
|
|
|
|
=
= 67,5%
C. Pengujian Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti / penulis mengajukan rumusan hipotesis sebagai berikut :“Jika diajar dengan metode berbasis masalah maka prestasi belajar siswa kelas X SMA PGRI Sumenep lebih baik dalam mata pelajaran matematika pokok bahasan ruang dimensi tiga tahun pelajaran 2006/2007”
Untuk menguji atau membuktikan hipotesis tersebut di atas, peneliti menggunakan hasil analisis data mengenai prosentase prestasi belajar siswa yang menunjukkan prestasi belajar siswa kelas X SMA PGRI Sumenep melalui metode berbasis masalah dalam mata pelajaran matematika pokok bahasan ruang dimensi tiga. Dari hasil analisis diperoleh tingkat prestasi belajar siswa sebesar 67,5 %. Hal ini menunjukkan bahwa prosentase tingkat prestasi belajar siswa tersebut berada dalam kategori cukup baik (60% – 69%). Dengan demikian prestasi belajar siswa kelas X SMA PGRI Sumenep lebih baik dalam mata pelajaran matematika pokok bahasan ruang dimensi tiga tahun pelajaran 2006/2007 melalui metode berbasis masalah.
|
|
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian untuk mengetahui sejauh mana prestasi belajar siswa kelas X SMA PGRI Sumenep melalui metode berbasis masalah dalam mata pelajaran matematika pokok bahasan ruang dimesi tiga tahun pelajaran 2006/2007 dapat disimpulkan :“ Bahwa prestasi belajar siswa kelas X SMA PGRI Sumenep dalam mata pelajaran matematika pokok bahasan ruang dimensi tiga tahun pelajaran 2006/ 2007 yang diajar dengan metode berbasis masalah adalah cukup baik dengan tingkat prestasi belajar siswa sebesar 67,5%”
B. Implikasi
Metode berbasis masalah dirancang untuk membantu guru memberi informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Aplikasi metode berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar tentang berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulai; dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri. Dengan demikian akan terwujud prestasi belajar siswa yang semakin meningkat.C. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang prestasi belajar siswa kelas X SMA PGRI Sumenep melalui metode berbasis masalah dalam mata pelajaran matematika pokok bahasan ruang dimensi tiga tahun pelajaran 2006/2007 ini, maka kami sarankan :- 36
- Metode berbasis masalah sangat cocok/sesuai digunakan dalam pembelajaran matematika, khususnya pada pokok bahasan ruang dimensi tiga kelas X SMA, karena dapat prestasi belajar siswa. Disamping itu dapat mengembangkan kemampuan berfikir, keterampilan memecahkan masalah serta keterampilan intelektual siswa.
- Dalam menerapkan metode berbasis masalah, seorang guru hendaknya dapat menciptakan dan mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Intinya, guru dapat menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna sehingga memberi kemudahan bagi siswa untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri / penemuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar