oleh nyanyianbahasa
Sejak zaman dahulu, sastra diyakini mempunyai hubungan
tertentu dengan masyarakat. Hal ini karena sastra adalah semacam lembaga sosial
yang memakai medium bahasa. De Bonald mengatakan bahwa “sastra adalah ungkapan
perasaan masyarakat”.
Hakikat hubungan antara sastra dengan masyarakat bisa dibagi
menjadi tiga poin. Pertama adalah sosiologi pengarang. Termasuk di sini adalah
latar belakang pengarang, status sosial pengarang, dan ideologi pengarang.
Kedua adalah isi karya sastra tersebut, terutama yang berkaitan dengan hal-hal
sosial. Ketiga adalah dampak karya sastra tersebut terhadap pembaca dan
masyarakat secara umum.
Sejauh manakah latar belakang pengarang menyumbang hubungan
antara sastra dan masyarakat? Statistik menunjukkan bahwa pengarang-pengarang
Eropa berasal dari kelas menengah. Namun, ternyata pengarang-pengarang komunis
seperti di Rusia tidak hanya berasal dari kelas menengah. Akhirnya, penulis
berkesimpulan bahwa latar belakang pengarang hanya mempunyai andil kecil dalam
menjawab hubungan antara sastra dan masyarakat.
Apakah sebuah buku benar-benar mempunyai hubungan dengan
masyarakat? Apakah Uncle Tom’s Cabin benar-benar penyebab perang saudara
di Amerika? Kohn-Bramstedt mengatakan bahwa hanya orang yang mempunyai
pengetahuan mendalam di luar sastra lah yang dapat merumuskan hubungan antara
sastra dan masyarakat. Namun, jika ingin mencari buktinya, memang ada karya
sastra yang mencerminkan keadaan masyarakat pada waktu karya itu ditulis.
Misalnya, pada zaman awal kebudayaan, kita menganggap bahwa lintah darat itu
buruk. Citra buruk ini turun ke dalam karya Moliere yang berjudul L’avare,
Shakespeare, ataupun Shylock. Memang jika diteliti lebih jauh, kita bisa
mendapati ciri-ciri sosial pada zaman itu pada karya-karya sastra yang ada,
misalnya alegori-alegori yang aneh atau gambaran kehidupan gembala dan alam
pedesaan.
Tentang pengaruh karya sastra terhadap masyarakat, penulis
sendiri belum bisa mengambil kesimpulan yang pasti. Hal ini masih menjadi
perdebatan di kalangan para sastrawan itu sendiri. Max Scheler, Max Weber, dan
Karl Mannheim mengupas sosiologi pengetahuan. Namun, teori ini mempunyai
kelemahan karena masih melihat dari satu sisi saja. Misalnya, Weber hanya
membicarakan faktor agama saja. Bisa jadi hubungan sastra dan masyarakat itu
terjadi lewat faktor yang lain (agama hanya salah satu saja). Kita baru bisa
menjawab dengan pasti apakah sebuah karya sastra berpengaruh terhadap
masyarakat kalau faktor penentu sosial dan bentuk-bentuk sastra sudah
diketemukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar