BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara
umum sastra merupakan suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga
cabang ilmu pengetahuan. Studi sastra memiliki metode-metode yang absah dan
ilmiah, walau tidak selalu sama dengan metode ilmu-ilmu alam. Bedanya hanya
saja ilmu-ilmu alam berbeda dengan tujuan ilmu-ilmu budaya. Ilmu-ilmu alam mempelajari fakta-fakta yang
berulang, sedangkan sejarah mengkaji fakta-fakta yang silih berganti. Karya
sastra pada dasarnya bersifat umum dan sekaligus bersifat khusus, atau lebih
tepat lagi : individual dan umum sekaligus. Studi sastra adalah sebuah cabang
ilmu pengetahuan yang berkembang terus-menerus. Perkembangan sastra tersebut
tidak terlepas karena adanya kritik sastra. Kritik sastra adalah bidang
kesusastraan yang terus menerus berkembang di dunia.
Sebagai akibat dari kemajuan teknologi,
perkembangan kritik sastra dunia tentu mempengaruhi perkembangan studi kritik
sastra Indonesia. Pengaruh ini dapat timbul dari kerja-kerja kritik yang
dilakukan oleh kritikus-kritikus sastra Indonesia baik dari golongan akademisi,
sastrawan, maupun peminat sastra terhadap karya sastra Indonesia yang
selanjutnya mendapatkan tanggapan dari masyarakat sastra dunia, kerja Kritik
pada karya-karya berbahasa asing, atau sebaliknya: kerja kritik pada
karya-karya Indonesia oleh kritikus-kritikus asing, maupun transfer pengetahuan
dalam bentuk studi banding dan penterjemahan teks atau buku-buku teori kritik
sastra.
kritik
sastra yang sejak dulu dipahami sebagai sebuah bentuk kerja interpretasi
(menjelaskan maksud) untuk karya imajinatif (atau karya sastra) ternyata sudah
mulai bergeser fungsinya dengan tuntutan menjadikan kritik sastra sebagai
sebuah bentuk karya sastra sekelas dengan seni yang lain. sastra juga
dimaksudkan untuk menjelaskan pada masyarakat bahwa karya sastra adalah hasil
interpretasi pengarang terhadap suatu fenomena sehingga terkadang berbeda dan
“mengacuhkan” kenyataan yang diakui masyarakat, untuk hal ini karya sastra
perlu dilindungi karena karya tersebut perlu dipandang terlepas dari
pengarangnya sebagai konstruksi yang otonom/berdiri sendiri.
Melalui
Kritik sastra hasil karya seseorang sastrawan bisa akan terus berkembang, serta
hal tersebut harus juga didukung oleh
kreativitas masyarakat memaknai hasil karya sastra tersebut. Untuk lebih
jelasnya dalam bab pembahasan akan dipaparkan secara jelas.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian kritik sastra?
2.
Bagaimana hubungan kritik sastra dengan kausastraan?
3.
Mengapa kritik sastra dikatakan sebagai ilmu?
4.
Apa manfaat kritik sastra?
5.
Adakah tahapan-tahapan yang mendukung kritik sasatra itu?
6.
Siapa sajakah yang bisa disebut dengan Masyarakat sastra?
7.
Bagaimanakah hubungan kritik sastra dengan masyarakat
sastra?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan paper ini adalah:
1. Sebagai tugas mata kuliah kritik sastra.
2. Sebagai sarana menambah wawasan tentang
kritik sastra itu sendiri.
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari tulisan ini hanya membahas
mengenai Pengertian kritik sastra, hubungan kritik sastra dengan kausastraan, kritik
sastra sebagai ilmu, manfaat kritik sastra, tahapan-tahapan yang mendukung
kritik sasatra, Masyarakat sastra, dan hubungan kritik sastra dengan masyarakat
sastra.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Kritik Sastra
Secara etimologis
kritik sastra berasal dari bahasa Yunani kuno krites yang berarti hakim. Bentuk
aktif krites adalah krinein yang berarti menghakimi.(Partini Sardjono
Pradotokusumo, 2005: 55). Berdasarkan pandangan bahwa kritik sastra adalah
sebuah penghakiman, maka dalam proses penghakiman diperlukan syarat-syarat
untuk menghakimi karya sastra. Ini berarti sebuah karya sastra bisa dikatakan
memenuhi standar sebagai sebuah karya seni harus berdasarkan kriteria tersebut.
Seiring dengan
pengertian tersebut diatas, ada beberapa pendapaat para ahli tentang kritik
sastra itu sendiri, diantaranya:
1). Menurut M.H
Abrahams
Berpendapat
bahwa kritik sastra adalah studi yang berhubungan dengan Pendefinisian ,
penggolongan, penguraian (analisis) dan penilain (evaluasi) karya sastra.
2). Menurut Rene Wellek.
Berpendapat bahwa kritik sastra merupakan studi sastra yang langsung berhadapan dengan karya sastra,
secara langsung membicarakan karya sastra dengan penekanan pada peniaian.
3). Menurut Racmat Djoko Pradopo.
Berpendapat bahwa kritik sastra adalah bidang study sastra untuk menghakimi
karya sastra, untuk memberi penilaian dan keputusan mengenai bermutu atau
tidaknya suatu karya sastra yang sedang dihadapi kritikus.
Dari beberapa pendapat pakar diatas,
dapat disimpulkan kritik sastra adalah studi yang berhubungan dengan pengamatan
yang diteliti, perbandingan yang tepat serta pertimbangan yang adil terhadap
baik-buruknya kualitas, nilai, kebenaran suatu karya sastra.
1.2. Hubungan Kritik Sastra dengan
Perkembangan Kesusastraan.
Kritik sastra memiliki korelasi yang erat
dengan perkembangan kesusasteraan. Menurut Andre Hardjana (1991 : 1) kritik
sastra merupakan sumbangan
yang dapat diberikan oleh para peneliti sastra bagi perkembangan dan pembinaan
sastra. Hal senada juga diungkapkan oleh Subagio Sastrowardoyo (1983:6) bahwa
untuk bisa menentukan bagaimana sesungguhnya perkembangan kesusasteraan
Indonesia, dibutuhkan suatu kritik. Menurut H. B. Jassin, kritik sastra adalah pertimbangan baik buruknya suatu
hasil karya sastra. Di dalamnya diulas mengenai penilaian, tanggapan, dan
komentar terhadap suatu karya sastra. Penggunaannya baik secara etimologi maupun
secara terminologi tidak berbeda. Kritik sastra diartikan sebagai penerimaan,
pengkajian, pemikiran dan pendiskusian teks-teks sastra dengan mengambil
unsur-unsur keindahan di dalamnya dan memilah keburukannya. Kritik sastra
adalah menampakkan kelemahan dan kebaikan yang terdapat dalam karya sastra. Kritik
sastra merupakan adil dengan pembuktian dan memeriksa bukan dengan keinginan
dan kecenderungan semata. (Muhammad at-Tawanjî, : 865).
Krieger juga menyarankan tiga cara yang
dapat dipilih untuk meletakkan kritik sastra pada keutamaan yang sama dengan
yang ada pada karya sastra. Yang pertama, ketika karya sastra ternyata hanya
sekadar meniru tanpa memberikan refleksi lain, kritik sastra dapat dipandang
sebagai karya utama karena kritik mampu menulis ulang (layaknya karya sastra)
sebuah objek dalam terminologi atau pengertiannya sendiri (criticism is now
have always been rewriting the object in the critic’s own terms). Cara kedua,
adalah memandang kritik memiliki keunggulan baik sebagai seni maupun bentuk
tindak koreksi. Ketiga, memandang kritik sejajar dengan puisi. Jika satu puisi
dianggap “bersaing” dengan karya sebelumnya, kritik sastra dapat dipandang
bersaing dengan subjek pembicaraannya dan kritik lain yang sudah pula
membiacarakan objek tersebut (poets are seen as competing with their
predecessors no more than critics compete with their poet-subject and with
earlier critics of those poets).
Kritik sastra lahir karena ada karya
sastra, ada penerbit, dan ada pembaca. Jadi, secara sosiologis kritik sastra
itu berada dalam suatu sistem yang integral sehingga secara tidak terelakkan
bergerak di tengah-tengah elemen yang menjadi lingkungan terdekatnya. Dan,
pengamatan tentang kritik sastra tidak hanya melihat baik-buruk sebuah karya
sastra, tetapi juga menilai unsur-unsur pengarang, pengayom, dan pembaca yang
menjadi lingkungan terdekatnya.
1.3 Kritik Sastra Sebagai Ilmu
Kritik sastra adalah sebuah seni sastra, di
samping karya sastra. Bila karya sastra mengandalkan konten dan bentuk, cerita,
pesan, penokohan, plot, imajinasi, angan-angan, fantasi, bahkan harapan-harapan
seorang seniman – maka kritik sastra – menawarkan evaluasi, pengamatan,
penilaian, koreksi, usulan, atau sekadar komentar minimal, tentang karya sastra
tersebut. Dengan memperhatikan bahwa kritik sastra adalah
menilai sastra, maka perlu dijelaskan ruang lingkup kritik sastra sebagai ilmu.
Jika yang dimaksud dengan ilmu adalah pemecahan masalah dengan tuntutan ilmu
itu sendiri, maka kritik sastra termasuk bagian dari ilmu sastra. (Lihat
Sangidu, 2005 : 38). Kritik sastra adalah ilmu yang mempunyai kaidah-kaidah
dasar yang tetap walaupun mungkin berbeda pada cabang-cabangnya. (Muhammad
Zaglûl Salâm, 1964 : 143).
1.4. Manfaat Kritik Sastra
Setidaknya, ada 4 (empat) manfaat kritik
sastra. Keempat manfaat tersebut adalah sebagai berikut.
a. Kritik
sastra berguna bagi perkembangan sastra
Dalam
mengkritik, kritikus akan menunjukkan hal yang bernilai/tidak bernilai dari
suatu karya sastra. Kritikus bisa jadi akan menunjukkan kebaruan-kebaruan dalam
karya sastra, hal-hal apa saja yang belum digarap oleh sastrawan. Dengan
demikian sastrawan dapat belajar dari kritik sastra untuk lebih meningkatkan
kecakapannya dan memperluas cakrawala kreativitas, corak, dan mutu karya
sastranya. Jika sastrawan-sastrawan dalam di negara tertentu menghasilkan
karya-karya yang baru, kreatif, dan berbobot, maka perkembangan sastra negara
tersebut juga akan meningkat pesat, baik secara kualitas maupun
kuantitas.Dengan kata lain, kritik yang dilakukan kritikus akan meningkatkan
kualitas dan kreativitas sastrawan, dan pada gilirannya akan meningkatkan
perkembangan sastra itu sendiri.
b. Kritik sastra
berguna untuk penerangan bagi pembaca
Dalam
melakukan kritik, kritikus akan memberikan ulasan, komentar, menafsirkan
kerumitan-kerumitan, kegelapan-kegelapan makna dalam karya sastra yang
dikritik. Dengan demikian, pembaca awam akan mudah memahami karya sastra yang
dikritik oleh kritikus. Di sisi lain, ketika masyarakat sudah terbiasa dengan
apresiasi sastra, maka daya apresiasi masyarakat terhadap karya sastra akan
semakin baik. Masyarakat dapat memilih karya sastra yang bermutu tinggi (karya
sastra yang berisi nilai-nilai kehidupan, memperhalus budi, mempertajam
pikiran, kemanusiaan, dan kebenaran).
c. Kritik sastra
berguna bagi ilmu sastra itu sendiri
Analisis yang dulakukan kritikus dalam
mengkritik tentulah didasarkan pada referensi-referensi, teori-teori yang
akurat. Tidak jarang pula, perkembangan teori sastra lebih lambat dibandingkan
dengan kemajuan proses kreatif pengarang. Untuk itu, dalam melakukan kritik,
kritikus seringkali harus meramu teori-teori baru. Teori-teori sastra yang baru
inilah yang justru akan semakin memperkembangkan ilmu sastra itu sendiri.
d.Memberi sumbangan
pendapat untuk menyusun sejarah sastra
Dalam melakukan kritik, kritikus tentu
akan menunjukkan ciri-ciri karya sastra yang dikritik secara struktural
(ciri-ciri intrinsik). Tidak jarang pula kritikus akan mencoba mengelompokkan
karya sastra yang dikritik ke dalam karya sastra yang berciri sama. Kenyataan
inilah yang dapat disimpulkan bahwa kritik sastra sungguh membantu penyusunan
sejarah sastra.
1.5 Tahapan Kritik Sastra
Seseorang
yang melakukan kritik sastra secara baik harus melalui tahapan-tahapan yang
sistematis dan operasional, yaitu melalui (1) Tahap Deskritif; (2) Tahap
Penafsiran; (3) Tahap Menguraikan; dan (4) Tahap Penilaian.
1.5.1 Tahap Deskripsi
Tahap deskripsi karya sastra merupakan tahap
kegiatan mamaparkan data apa adanya, misalnya mengklasifikasikan data sebuah
cerpen atau novel berdasarkan urutan cerita, mendeskripsikan nama-nama tokoh
uatama dan tokoh-tokoh bawahan yang menjadi ciri fisik maupun fisikisnya,
mendata latar fifk ruang dan waktu atau latar sosial tokoh-tokohnya, dan
mendeskripsikan alur setiap bab atau
setiap episode.
1.5.2 Tahap Penafsiran
Tahap penafsiran karya sastra merupakan
penjelasan atau penerangan karya sastra. Menafsirkan karya sastra berarti
menangkap makna karya sastra, tidak
hanya menurut apa adanya, tetapi menerangkan juga apa yang tersirat dengan
mengemukakan pendapat sendiri.
1.5.3 Tahap Analisis
Tahap Analisi merupakan tahap kritik yang
sudah menguaraikan data. Pada tahap ini kritikus sudah mencari makna dan
membandingkan-bandingkan dengan karya sastra lain, dengan sejarah atau dengan
yang ada di masyarakat.
1.5.4 Tahap
Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir suatu
kritik sastra. Dalam suatu evaluasi dapat dilakukan melalui pujian, seperti
berbobot, baik, buruk, menarik, dan unik. Sebaliknya, dapat pula dilakukan
pencemohan, ejekan, dianggap jelek dan tidak bermutu, serta tidak
menyentuhnilai-nilai kemanusiaan. Jadi kritik sastra mencapai kesempurnaan
setelah diadakan evaluasi atau penilaian.
1.6 Masyarakat sastra
Sastra sebagai disiplin ilmu sebagaimana
dikemukakan oleh Wellek dan Warren (1968) terbagi menjadi tiga, yaitu teori
sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra. Pernyataan Wellek dan Warren itu
mengimplikasikan bahwa teori, sejarah, dan kritik sastra memiliki kedudukan
yang sejajar. Artinya, ketiga-tiganya penting sehingga tidak ada yang lebih
utama dibanding yang lainnya. Oleh karena itu, pengamatan terhadap kritik
sastra sama pentingnya dengan pemahaman terhadap teori sastra, penelitian terhadap
karya sastra, dan penelitian sejarah sastra. Dengan demikian, keberadaan suatu
kritik sastra akan menjadi bagian penting dalam perkembangan sastra. Ketiganya
memiliki hubungan yang erat dan saling mengait. Kritik sastra dapat diartikan
sebagai salah satu objek studi sastra (cabang ilmu sastra) yang melakukan analisis,
penafsiran, dan penilaian terhadap teks sastra. Kritik sastra sebagai bagian
sistem sastra tentu saja berhubungan erat dengan karya sastra, pengarang,
penerbit, pengayom, dan juga pembaca.
1.7 Hubungan Masyarakat Sastra Dengan Kritik
Sastra
Hubungan Masyarakat sastra dengan Kritik
Satra dapat dibedakan menjadi empat yaitu: (1) Pengarang; (2) Pembaca; (3);
Kritikus; dan (4) Penerbit.
1.7.1 Hubungan
Kritik Sastra dengan Pengarang.
Pengarang merupakan seorang atau
sekelompok orang yang berperan dalam mencentuskan suatu ide-ide kreatif yang
dituangkan kedalam karya tulis, baik berupa buku, artikel, majalah dan bentuk
karya sastra lainnya. Ditinjau dari hasil karya sastra yang ditulis oleh pengarang
akan kelihatan sejauh mana pendidikan, pengetahuan dan latar belakang penulis
itu sendiri.Dilihat dari hubungan pengarang dan kritik sastra sangatlah erat
sekali dimana seorang pengarang sudah pasti memperhatikan kaidah-kaedah
keindahan atau pendekatan estetika dan berusaha mengungkapkan nilai-nilai keindahan
karya sastra guna membangun kritik yang fositif untuk kemajuan bangsa dan nama
pengarang itu sendiri. Bahkan pengarang membuat suatu kritik terhadap kehidupan
ini sesuai dengan karakteristik jiwa pengarang itu sendiri untuk menuangkan ide
atau gagasan yang terbenam dalam benaknya dan kehidupan masyarakat sosial,
politik,serta prekonomian di suatu wilayah tertentu.
1.7.2 Hubungan
Pembaca dengan Kritik Sastra.
Secara umum pembaca merupakan komponen
yang sangat penting juga dalam karya sastra baik kritik sastra, sejarah sastra,
dan teori sastra sebab tanpa adanya pembaca yang membaca hasil karya sastra
tersebut maka pengarang, penerbit akan sangat rugi atas apa yang dibuat
tersebut tidak mendapatkan suatu respon yang Positif oleh masyarakat pembaca.
Hal ini akan mampu membuat suatu kesenjangan sosial budaya. Untuk mengendari
kesenjangan tersebut suatu karya sastra haruslah menarik untuk dibaca, adanya
unsur positif di-dalamnya, dan terjangkau untuk masyarakat agar karya sastra
tersebut laku.
1.7.3 Hubungan
Kritikus dengan Kritik Sastra.
Seorang Kritikus merupakan seorang
pengeritik atau penimbang yang berperan sebagai perantara antara si pencipta
dan orang banyak. (H.B. Jassin, 1983: 95 dalam Tifa Penyair dan Daerahnya.
Tanpa adanya kritikus yang menyoroti hasil penciptaan pengarang maka pengarang
merasa akan paling pintar dan egonya tinggi. Dengan adanya seorang kritikus
yang menyoroti hasil karya pengarang, secara tidak langsung kritikus bertindak
sebagai guru dan pelatih, sehingga nilai dan karyanya menjadi lebih
baik/meningkat.
1.7.4 Hubungan
Kritikus Dengan Penerbit
Penerbit merupakan suatu media penyalur
karya tulis/karya satra untuk sutu kepentingan pribadi, kelompok maupun
masyarakat, Bangsa dan Negara. hubungan Penerbit dengan kritik satra sangat
penting juga sebab tanpa adanya penerbit, buku/ karya satra tersebut tidak akan
beredar atau menyebar karena tidak diterbitkan. Serta tanpa adanya hubungan
yang baik antara penerbit dengan penulis/pengarang, serta kritikus yang
mempunyai nama maka penerbit bisa meragukan hasil karya tersebut sehingga bisa
memperlamban proses penyebaran karya sastra tersebut.
Dari
ke-empat masyrakat sastra tersebut, hubungan ke-empatnya sangat erat tidak bisa dipisahkan satu sama yang lainya.
Jadi adanya Kritik satra tidak terlepas oleh masyarakat sastra itu sendiri.
Bagi masyarakat dewasa ini kritik itu menyajikan hal-hal yang menarik berupa
petunjuk atau intruksi, sehingga dengan demikian dapat membantu menaikkan tarap
kehidupan umum, suatu bidang yang harus di kembangkan oleh para arif bijaksana.
BAB II
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Melalui kritik dapat memperbaharui karya
sasatra yang dibuat oleh seseorang sasatrawan untuk menyebarkan pengetahuan
tentang kebudayaan massa lalu dan memperlihatkan kepada para pembaca yang
terdapat dalam kehidupan, hubungan serta persesuaian suatu karya seni dengan
pengalaman sendiri, dan relasi antara nilai-nilai agama dengan nilai-nilai
sosial kemasyarakatan.
3.2 Saran-Saran
Paper ini
disusun berdasarkan materi
pelajaran yang diberikan dosen pengasuh
mata kuliah dan
juga teman-teman yang
saling bekerja sama. Oleh
karena itu, kami
mempunyai harapan besar,
agar dengan kehadiran paper ini dapat
bermanfaat bagi kami maupun para pembaca.Disadari bahwa dalam penyusunan paper
ini masih banyak terdapat kelemahan
dan kekurangan baik
dari segi materi
dan teknis penyusunan sehingga diharapkan kontrol dan
kritik dari semua pihak demi perbaikan dan penyempurnaan di masa yang akan
datang. Akhir kata, kami mengucapkan
terima kasih kepada Bapak dosen pengasuh mata kuliah kami serta semua
pihak yang telah membantu hingga selesainya paper ini.
TUGAS MATA
KULIAH KRITIK SASTRA
”KRIRTIK SASTRA
DAN MASYARAKAT SASTRA”
OLEH:
I Made Juliadi Supadi Nim:
2007.II.0019
PROGRAM
STUDY PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DAN DAERAH
BIDANG ILMU
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA DAERAH BALI
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
IKIP PGRI BALI
2010/2011
PRAKATA
Dengan
memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat-Nya, maka paper yang berjudul : Kritik Sastra dan
Masyarakat Sastra dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa karya ini
masih jauh dari sempurna, namun setidak-tidaknya atas bimbingan Bapak dosen,
dan bantuan serta partisipasi dari teman-teman, serta dari berbagai buku-buku
yang penulis jadikan sebagai acuan.
Dalam penulisan paper ini, penulis
selalu mengharuskan agar tulisan ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi
semua pihak yang berkepentingan. Terlebih bagi penulis ataupun para pembaca.
Penulis
(........................................)
DAFTAR PUSTAKA
Cabiklunik.blogspot.com/2009/01/oase-budaya-kritik.html.Sumber:
Jurnal Nasional, Minggu, 18 Januari
2009.Diakses 25-02-10.
Esten, Mursal.
1982. Sastra Indonesia dan Tradisi Subkulture, Bandung; Angkasa.
Jassin,
H.B. 1962. Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esie, Jakarta; Gunung
Agung.
Krieger,
Murray. “Criticism as a Secondary Art”, dalam What Is Criticism?, editor
Paul Hernadi. 1981. Bloomingtoon:
Indiana University Press.
Tarigan,Prof;DR.
Henry guntur. 1993, Prinsip-Prinsip Dasar Sastra, Bandung;Angkasa Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar