"OM AWIGNAMASTU NAMA SIDDHEM OM SWASTIASTU" SEMOGA SEMUA DALAM PERLINDUNGAN TUHAN, SELAMAT MEMBACA DAN SEMOGHA BERMANFAAT.jangan lupa kunjungi videobsaya di link https://youtu.be/-UJdPDAjETM

4/06/2012

Puisi Bali Modern


Anatomi Puisi Bali Modern
                        Yang termasuk anatomi puisi terdiri dari : (1) pengertian puisi; (2) jenis-jenis puisi; (3) aspek-aspek menonjol Puisi Bali Modern.

 Pengertian Puisi Bali Modern
                  Yang dimaksud dengan puisi ialah karangan terikat (Hidayat, 1994: 114). Menurut Tarigan, puisi adalah hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kata-kata kiasan (1984: 4). Kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan puisi adalah hasil seni sastra yang terikat oleh syarat-syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang berisi kata-kata kias. Kalau dibandingkan dengan Puisi Bali bahwa Puisi Bali Modern adalah: gendra (ragam) sastra berbahasa Bali yang terikat oleh irama serta penyusunan tipografi yang berupa larik-larik dan bait atau bait-bait. (Rai Putra: 1) Gendra ini menyerap unsur atau nilai-nilai sastra Bali tradisional dan bahkan puisi Jawa Kuna (kekawin dalam bentuk pengungkapan yang baru). Bentuk pengungkapan yang baru itu menunjukkan adanya suatu pengaruh dari puisi barat yang antara lain terwujud dalam bentuk yang tidak lagi terikat oleh jumlah suku kata tiap larik, jumlah larik tiap bait, jumlah bait, bunyi akhir larik. Bentuknya yang bebas itulah yang antara lain menyebabkan iramanya menjadi bebas pula, dalam arti tidak terikat pada pola tertentu seperti pupuh dan geguritan misalnya.

 Jenis-jenis Puisi Bali
                  Jenis-jenis puisi di dalam kesusastraan Bali itu ada dua yaitu Puisi Bali Tradisional (Purwa) dan Puisi Bali Modern (Anyar). Puisi Bali Tradisional (Purwa) berupa tembang, contohnya: sekar alit, sekar madia, miwah sekar agung. Puisi Bali Modern (Anyar) itu bisa dibaca dan dideklamasikan. Sedangkan Puisi Bali Purwa dibaca dan dinyanyikan (Puspa Sari 2, 2006: 73). Puisi Bali Modern (Anyar) dibuat berdasarkan unsur-unsur intrinsik sepeti: tema (indik napi tatuwek daging puisi), rima (perasaan-perasaan buyi), ritma (perhentian atau tekanan-tekanan yang teratur), majas (gaya bahasa), kesan (isi perasaan yang diungkap), diksi (pilihan kata-katanya). Dan juga dibangun oleh unsur-unsur ekstrinsik seperti: riwayat hidup pengarang, kehidupan sosial para janane, tujuan yang diinginkan (Kesusastraan Bali, 2005: 47).

 Aspek-aspek Menonjol Puisi Bali Modern
1. Melukiskan Puisi Bali Modern
                  Puisi-puisi Bali Modern cukup memperhatikan unsur bunyi guna menunjang aspek musikalitasnya. Pada periode 1960-an lebih banyak digunakan bunyi-bunyi nyaring (euphony) sehingga menimbulkan kesan romantik pada puisi, sedangkan pada periode 1970-an bunyi-bunyi nyaring dikonfrontasikan dengan bunyi-bunyi berat (cacophony), guna mendapatkan efek ironi atau paradok yang lebih tajam.

2. Gaya Bahasa Puisi Bali Modern
                  Unsur gaya bahasa Puisi Bali Modern pun ukup kuat mendukung intensitas puisi, sebagai salah satu hakekat puisi. Selain itu unsur gaya bahasa ini juga dapat lebih mengkongkretkan makna puisi secara keseluruhan, walaupun dengan itu berarti puisi menyampaikan maksudnya secara tidak langsung, hal ini disebabkan oleh pemakaian gaya perbandingan yang lebih banyak dari gaya yang lainnya. Gaya bahasa perbandingan, baik berupa metafora maupun personifikasi, dimanfaatkan dengan sangat efektif oleh para penyair Bali Modern. Gaya tersebut masih ditunjang pula dengan gaya bahasa paralelisme yang dengan jelas dapat mendukung intensitas puisi, disamping juga menimbulkan persamaan bunyi yang cukup bervariasi sebagai penunjang intensitas puisi.

Hakekat Puisi Bali Modern
                        Rai Putra (2007: 8) mengatakan bahwa, hakekat Puisi Bali Modern terdiri atas: tema, rasa, nada dan amanat. Keempat unsur tersebut merupakan catur tunggal, karena unsur yang satu sama lainnya sangat erat hubungannya. Berikut ini akan dipaparkan tiap-tiap unsur secara ringkas.
 Tema atau makna
                  Jelas bahwa penyair dengan puisinya ingin mengungkapkan sesuatu bagi para penikmatnya. Sang penyair melihat atau mengalami beberapa kejadian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Dia ingin mengemukakan, mempersoalkan, mempermasalahkan hal-hal itu dengan caranya sendiri. Dengan kata lain sang penyair ingin mengemukakan pengalaman-pengalamannya kepada para penikmat. Intinya puisi mengandung subject matter. Makna yang dikandung suatu subject matter itulah makna (sense) dari puisi.
Rasa (feeling)
                  Menurut Richard yang dikutip oleh Tarigan, rasa ialah sikap sang penyair terhadap pokok permasalahan yang terkandung dalam puisi. Apakah benci atau kasihan dan sebagainya.
Nada
                  Nada dalam dunia perpuisian adalah sikap penyair terhadap pembacanya, yaitu sikap sang penyair terhadap para penikmat karyanya. Ada sangkut pautnya dengan tema dan rasa yang terkandung pada sanjak. Sumbang bila pada suatu sanjak yang bertemu kegagalan, terdapat rasa keangkuhan dan juga rasa kegembiraan dan yang lainnya.
Amanat
                  Amanat maksudnya, orang hidup bekerja, belajar semuanya itu ada tujuan. Tujuanlah yang mendorong orang melakukan sesuatu. Jadi amanat itu sama artinya dengan tujuan. Hanya terkadang tujuan tersebut tidak disadari, namun tetap ada secara eksplisit dan secara implisit. Demikian juga para penyair sadar atau tidak sadar dia mempunyai tujuan dengan sanjak-sanjak ciptaannya itu. Apakah tujuan tersebut untuk memenuhi hubungan pribadi sendiri atau yang lainnya terkandung kepada pandangan hidup sang penyair (Tarigan, 1971: 20). Kalau penyairnya seorang guru, maka dalam sanjak-sanjak mungkin dominant ingin mendidik para penikmat karyanya itu. Maka sanjak-sanjaknya bersifat didaktis. Kalau kebetulan penyairnya seorang pendeta dan ulama, maka ia membawa orang kepada hal-hal atas dasar kendali dharma.

Metode Puisi:
Diksi (diction)
                  Diksi berarti pemilihan kata. Pemilihan dan pemaparan kata merupakan aspek yang utama dalam dunia puisi. Satuan arti yang menentukan struktur formal linguistik karya sastra adalah J. Elema yang dikutip Antara mengatakan bahwa, puisi mempunyai nilai seni bila pengalaman jiwa yang menjadi dasarnya dapat dijelmakan ke dalam kata. Seorang penyair mestinya sensitif kepada bahasanya, kepada pemilihan kata-kata. Hal ini dapat disimpulkan bahwa, kata merupakan bahasa baku puisi, oleh sebab itu pilihan kata atau diksi merupakan unsur penting dalam menciptakan kepuitisan sebuah puisi. Puisi Bali Modern dominant menggunakan kata-kata atau ungkapan-ungkapan yang bermakna kekhasan daerah (Bali). Periode selanjutnya menggunakan kata-kata keseharian yang merujuk pada kehidupan modern.

Imajinasi
                  Pilihan kata yang tepat dapat memperkuat serta memperjelas daya bayang pikiran manusia, dan energi tersebut dapat pula mendorong imajinasi atau daya bayang kita untuk menjelma akan gambaran nyata. Dengan menarik perhatian dan perasaan kita, sang penyair berusaha membangkitkan pikiran dan perasaan penikmat sehingga mereka menganggap bahwa merekalah yang benar-benar mengalami peristiwa tersebut. Segala yang dirasakan atau dialami secara imajinatif inilah dikenal dengan istilah imagery atau imaji.

Kata Nyata
                  Salah satu cara untuk membangkitkan daya bayang atau imajinasi para penikmat sesuatu puisi adalah dengan mempergunakan kata-kata yang tepat, kata-kata yang kongkret, yang dapat menyarankan suatu pengertian menyeluruh. Kata nyata adalah kata yang konkret dan khusus, bukan kata yang abstrak dan bersifat umum.

Majas
                  Cara lain yang sering dipergunakan oleh para penyair untuk membangkitkan imajinasi itu adalah dengan memanfaatkan majas yang merupakan bahasa kias atau gaya bahasa. Penyair mempergunakan aneka ragam majas untuk memperjelas maksud serta menjelmakan imajinasi itu.

Ritma dan Rima
                  Besar pengaruhnya untuk memperjelas makna puisi. Erat sekali hubungannya dengan sense, feeling, tone, dan intention yang terkandung di dalamnya, perubahan ritma cendrung untuk menimbulkan perubahan keempat unsur puisi itu. Ritma atau irama adalah turun naiknya suara secara teratur, sedangkan rima atau sanjak adalah persamaan bunyi (Rai Putra, 2007: 11).

Makna dan Tujuan Puisi
                        Agar kita mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai apa yang dimaksud dengan “maksud dan tujuan” dari karya puisi adalah dengan bimbingan sebagai berikut:
1.       Bukan menyatakan makna tetapi justru menyarankannya.
2.       Bukan untuk menceritakannya tetapi melukiskan.
3.       Bukan untuk menerangkan atau menjelaskan tetapi mengajak atau mendorong para pembaca berkreasi.
4.       Bukan untuk berbicara, tetapi berdendang atau berlagu.
5.       Bukan untuk berdendang atau berlagu melulu tetapi justru membangun atau menimbulkan dendang atau lagu pada para penikmatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar