Tembang merupakan salah satu kesenian
tradisional yang ada di Bali. Tembang merupakan bagian seni yang dituangkan
dalam alunan suara, irama dan ritme dengan menggunakan laras pelog dan slendro
(Budiyasa dan Purnawan, 1997:1). Tembang di Bali dikenal dengan sebutan Sekar. Tembang dibedakan atas empat, yaitu (a) Sekar Rare, (b) Sekar Alit,
(c) Sekar Madia, dan (d) Sekar Agung.
a).
Sekar
Rare
Sekar Rare (gegendingan)
tidak memiliki alunan-alunan seperti tembang lainnya. Sekar Rare
(gegendingan) bersifat polos dengan menggunakan bahasa Bali lumrah. Sekar Rare merupakan tembang tertua di Bali yang sampai
sekarang gegendingan tidak memiliki
aturan yang pasti. Sekar Rare dinyanyikan sesuai dengan suara
gong yang lebih banyak menggunakan laras pelog.
Sekar Rare dibedakan menjadi tiga, yaitu
(a) Gending Rare, (b) Gending Janger,dan (c) Gending
Sangyang. Gending Rare biasanya dipakai bermain oleh anak-anak. Gending rare ini menggambarkan suasana
perasaan yang senang. Yang termasuk gending
rare yaitu Guak Maling Taluh, Meong-meong, Juru Pencar, Ongkek-ongke, Uncung-Uncung Semanggi.
Gending
Janger dinyanyikan oleh
penari janger dan kecak dalam tarian janger. Gending janger
menggunakan basa Bali kapara yang
menggambarkan perasaan senang. Sekarang ini, Gending Janger sering digunakan dalam tarian-tarian genjek. Yang
termasuk gending janger yaitu Embok Nyoman, dan Don Dapdap. Gending Sang Hyang, biasanya dinyanyikan oleh penari Sang Hyang pada waktu menari. Tujuan
tari Sangyang yaitu untuk mengundang
dewa yang dipuja oleh penari Sangyang
itu sendiri, agar dewa yang dipuja datang dan merasuki penari Sang Hyang. Salah satu contoh Gending Sangyang adalah gending Sangyang Dedari. Berdasarkan keberadaannya Sekar Rare
tidak hanya dinyanyikan oleh anak-anak saja, tetapi gending Sekar Rare juga
dapat dinyanyikan oleh para remaja.
b).
Sekar Alit
Sekar Alit sering disebut dengan pupuh atau macapat. Wangun atau
bagian tembang yang termasuk Sekar Alit
di Bali ada 14 pupuh, yaitu (1) Pupuh Dangdang, (2) Pupuh Durma, (3)
Pupuh Ginada, (4) Pupuh Ginanti, (5) Pupuh Maskumambang, (6) Pupuh Mijil, (7)
Pupuh Pangkur, (8) Pupuh Pucung, (9) Pupuh Semarandana, dan (10) Pupuh Sinom.
c).
Sekar
Madia
Sekar
Madia sering disebut
dengan istilah Kidung, yang digunakan
untuk menyebutkan puisi-puisi berbahasa Jawa Kuna, Jawa Tengahan, dan Bali Alus. Contoh kidung yaitu Kidung
Tantri, Kidung Alis-alis
Ijo, Kawitan Wargasari, Demung,
Malat, Puh Jerum
.
d).
Sekar
Agung
Sekar Agung disebut juga dengan istilah Wirama atau Kekawin.
Dalam wirama terdapat aturan-aturan seperti guru,
lagu, wretta dan matra. Guru yaitu suara atau vokal yang dinyanyikan dengan
suara yang berat atau panjang. Lagu
yaitu suku kata yang dinyanyikan dengan suara yang ringan dan pendek. Wretta yaitu banyaknya suku kata dalam
satu baris. Sedangkan matra yaitu jumlah guru dan lagu dalam satu
baris.
2.2.3 Pengertian Pupuh
Telah dipaparkan di atas, bahwa pupuh merupakan istilah lain dari Sekar Alit. Pupuh merupakan bentuk lagu yang diikat oleh padalingsa yaitu banyaknya baris dalam satu bait. Selain diikat
oleh aturan padalingsa, dalam pupuh juga terdapat guru wilangan dan guru dingdong. Guru Wilangan
merupakan banyaknya suku kata dalam satu baris. Guru ding-dong merupakan huruf vokal yang terdapat pada akhir suku
kata tiap-tiap baris dalam satu bait. Untuk lebih jelas padalingsa tiap-tiap pupuh
dapat dilihat sebagai berikut.
1) Pupuh
Sinom, jumlah padalingsa dalam satu baitnya adalah 10 baris dengan komposisi sebagai
berikut.
Baris
I, terdiri atas delapan suku
kata, dengan akhiran vokal a (8a)
Baris
II, terdiri atas delapan suku
kata, yang berakhiran vokal i (8i).
Baris
III, terdiri atas delapan suku
kata, yang berakhiran vokal a (8a).
Baris
IV, terdiri atas delapan suku
kata, yang berakhiran vokal i (8i).
Baris
V, terdiri atas delapan suku
kata, yang berakhiran vokal i (8i).
Baris
VI, terdiri atas delapan suku
kata, yang berakhiran vokal u (8u).
Baris
VII, terdiri atas delapan
suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
Baris
VIII, terdiri atas delapan
suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
Baris
IX, terdiri atas empat suku
kata, yang berakhiran vokal u (4u).
Baris
X, terdiri atas delapan suku
kata, yang berakhiran vokal a (8a).
Pupuh Sinom memiliki sifat yang romantis, enak didengar, yang cocok
digunakan untuk menyampaikan nasehat dan
bercakap-cakap secara bersahabat.
2) Pupuh
semarandana, jumah padalingsa dalam satu baitnya adalah 7 baris dengan komposisi sebagai
berikut.
Baris I, terdiri atas delapan suku kata, dengan akhiran vokal i (8i).
Baris II, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
Baris III, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal o (8o).
Baris IV, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
Baris V, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
Baris VI, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal u (8u).
Baris VII, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
Pupuh Semarandana disebut juga
Asmarandana merupakan paduan antara kata Asmara dan dana (dhana) yang berarti api. Asmarandana berarti api asmara. Pupuh Semarandana memiliki sifat sedih
akibat dirundung asmara.
3) Pupuh
Ginada, Jumlah padalingsa dalam satu baitnya adalah 7 baris dengan komposisi sebagai
berikut.
Baris I, terdiri atas delapan suku kata, dengan akhiran vokal a (8a).
Baris II, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
Baris III, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
Baris IV, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal u (8u).
Baris V, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
Baris VI, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
Baris VII, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
Karakteristik
Pupuh Ginada, mencerminkan kesedihan, kekecewaan dan
merana. Hal ini cocok digunakan dalam
pementasan yang tokohnya sedang bersedih dan merana.
4) Pupuh
Ginanti, jumlah padalingsa dalam satu baitnya adalah 6 baris, dengan komposisi sebagai
berikut.
Baris I, terdiri atas delapan suku kata, dengan akhiran vokal u (8u).
Baris II, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
Baris III, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
Baris IV, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
Baris V, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
Baris VI, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
Pupuh Ginanti memiliki sifat senang atau riang, yang cocok untuk
menyampaikan ajaran agama yang berisi
nasehat.
5) Pupuh
Durma, jumlah padalingsa dalam satu baitnya adalah 7, dengan komposisi sebagai
berikut.
Baris I, terdiri atas dua belas suku kata, dengan akhiran vokal a
(12a).
Baris II, terdiri atas tujuh suku kata, yang berakhiran vokal i (7i).
Baris III, terdiri atas enam suku kata, yang berakhiran vokal a
(6a).
Baris IV, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
Baris V, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
Baris VI, terdiri atas enam suku kata, yang berakhiran vokal a (6a).
Baris VII, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
Pupuh
Durma, memiliki sifat yang keras, bengis, kasar. Pupuh Durma
mengungkapkan kemarahan dan emosi.
6) Pupuh
Dangdang Gula, jumlah padalingsa dalam satu baitnya adalah 12, dengan komposisi sebagai
berikut :
Baris I, terdiri atas delapan suku kata, dengan akhiran vokal i (8i).
Baris II, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
Baris III, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal e (8e).
Baris IV, terdiri atas tujuh suku kata, yang berakhiran vokal u (7u).
Baris V, terdiri atas sembilan suku kata, yang berakhiran vokal i (9i).
Baris VI, terdiri atas tujuh suku kata, yang berakhiran vokal a (7a).
Baris VII, terdiri atas enam suku kata, yang berakhiran vokal u (6u).
Baris VIII, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
Baris IX, terdiri atas duabelas suku kata, yang berakhiran vokal i
(12i).
Baris X, terdiri atas tujuh suku kata, yang berakhiran vokal a (7a).
Baris XI, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
Baris XII, terdiri atas
delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
Pupuh Dandang memiliki sifat yang lembut, manis, dan
menyenangkan.
Oleh karena itu, pupuh dang-dang sangat tepat digunakan untuk melukiskan perasaan
yang menyenangkan dan perasaan kasih sayang.
7) Pupuh
Maskumambang, terdiri atas
5 baris dengan komposisi sebagai
berikut.
Baris I, terdiri atas empat suku kata, dengan akhiran vokal a (4a).
Baris II, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
Baris III, terdiri atas enam suku kata, yang berakhiran vokal a (6a).
Baris IV, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
Baris V, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
Pupuh Maskumambang, memiliki sifat yang sedih, merana, yang cocok
untuk melukiskan keprihatinan.
8) Pupuh
Mijil, terdiri atas
9 baris dalam satu bait, dengan
komposisi sebagai berikut.
Baris I, terdiri atas empat suku kata, dengan akhiran vokal u (4u).
Baris II, terdiri atas
enam suku kata, yang berakhiran vokal i (6i).
Baris III, terdiri atas
enam suku kata, yang berakhiran vokal o (6o).
Baris IV, terdiri atas
empat suku kata, yang berakhiran vokal e (4e).
Baris V, terdiri atas
enam suku kata, yang berakhiran vokal e (6e).
Baris VI, terdiri atas
empat suku kata, yang berakhiran vokal u (4u).
Baris VII, terdiri atas
enam suku kata, yang berakhiran vokal i (6i).
Baris VIII, terdiri atas
enam suku kata, yang berakhiran vokal i (6i).
Baris IX, terdiri atas
delapan / enam suku kata, yang
berakhiran vokal u
(8/6u).
Pupuh Mijil, memiliki sifat yang penuh perasaan, yang
melukiskan
perasaan kasih sayang dan memberikan nasihat kepada anak-anak.
9)
Pupuh Pucung,
terdiri atas 6 baris dalam satu baitnya dengan komposisi sebagai berikut
Baris I, terdiri atas empat suku kata, dengan akhiran vokal u (4u).
Baris II, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal u (8u).
Baris III, terdiri atas enam suku kata, yang berakhiran vokal a (6a).
Baris IV, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
Baris V, terdiri atas empat suku kata, yang berakhiran vokal u (4u).
Baris VI, terdiri atas delapansuku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
Pupuh Pucung, mempunyai sifat santai, kendur dalam arti tidak
tegang
Cocok untuk cerita yang tidak serius.
10) Pupuh
Pangkur, terdiri atas 9 baris dalam satu baitnya dalam komposisi
sebagai berikut.
Baris I, terdiri atas delapan suku kata, dengan akhiran vokal a
(8a).
Baris II, terdiri atas empat suku kata, yang berakhiran vokal a
(4a).
Baris III, terdiri atas delapan suku kata, yang berakhiran vokal
i (8i).
Baris IV, terdiri atas
delapan suku kata, yang berakhiran vokal u (8u).
Baris V, terdiri atas
delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
Baris VI, terdiri atas
empat suku kata, yang berakhiran vokal a (4a).
Baris VII, terdiri atas
delapan suku kata, yang berakhiran vokal u (8u).
Baris VIII, terdiri atas
delapan suku kata, yang berakhiran vokal a (8a).
Baris IX, terdiri atas
delapan suku kata, yang berakhiran vokal i (8i).
Pupuh Pangkur, memiliki watak perasaan yang meledak-ledak dan
memuncak, cocok untuk cerita yang serius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar