Sebagai salah satu bentuk karya
fiksi, cerpen tampil utuh dan lengkap karena dibangun oleh dua unsur pembangun,
yaitu: Unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur
pembangun yang berasal dari dalam tubuh karya sastra, yang meliputi: tema,
amanat, alur atau plot, penokohan,
setting atau latar, gaya
bahasa, dan sudut pandang. Unsur Ekstrinsik merupakan segala macam unsur yang
berada di luar suatu karya sastra yang ikut mempengaruhi kehadiran suatu karya
sastra, seperti faktor sosial,ekonomi, budaya, politik, keagamaan dan tata
nilai masyarakat. Selanjutnya akan dipaparkan bagian-bagian dari unsur
intrinsik tersebut sebagai berikut.
1. Tema
Sumardjo (1984:57) berpendapat bahwa
tema adalah pokok pembicaraan dalam sebuah cerita. Pengarang atau sastrawan
tidak semata-mata menyatakan apa yang menjadi inti permasalahan karyanya.
Cerita bukan hanya sekadar berisi rentetan kejadian yang disusun dalam sebuah
bagan, tetapi susunan bagan itu sendiri harus mempunyai maksud tertentu. Tema
adalah suatu gagasan sentral yang menjadi dasar tolak penyusunan karangan dan
sekaligus menjadi sasaran dari karangan tersebut (Baribin,1985:59). Yang
menjadi unsur gagasan sentral, yang kita sebut tadi adalah topik atau pokok pembicaraan
dan tujuan yang akan dicapai oleh pengarang dengan topiknya tadi.
Jika kita membaca cerita rekaan, sering
terasa bahwa pengarang tidak sekadar ingin menyampaikan sebuah cerita demi
bercerita saja. Ada sesuatu yang dibungkusnya dengan cerita; ada suatu konsep
sentral yang dikembangkan dalam cerita itu. Alasan pengarang hendak menyajikan
cerita ialah hendak mengemukakan suatu gagasan. Gagasan, ide, atau pilihan
utama yang mendasari suatu karya sastra itu yang disebut tema (Sudjiman,
1988:50). Adanya tema membuat karya lebih penting daripada sekadar bacaan
hiburan. Istilah tema menurut Scharbach (dalam Aminuddin, 2000:91) berasal dari
bahasa Latin yang berarti ‘tempat meletakkan suatu perangkat’. Disebut demikian
karena tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperanan juga sebagai
pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diceritakannya
(Aminuddin, 2000:91) Esten (2000:22) berpendapat bahwa tema adalah sesuatu yang
menjadi pikiran, sesuatu yang menjadi persoalan bagi pengarang.
Tema merupakan persoalan yang
diungkapkan dalam sebuah cipta sastra. Ia masih bersifat netral, belum punya
kecenderungan memihak karena ia masih merupakan persoalan Pendapat yang hampir
sama juga dijelaskan oleh Sayuti (2000:187) bahwa tema merupakan gagasan
sentral, yakni sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam dan melalui karya fiksi.
Wujud tema dalam fiksi biasanya berpangkal pada alasan tindak atau motif tokoh.
Tema sering disebut juga dasar cerita, yakni pokok pemasalahan yang mendominasi
suatu karya sastra. Hakikatnya tema adalah permasalahan yang merupakan titik
tolak pengarang dalam menyusun cerita atau karya sastra tersebut, sekaligus
merupakan permasalahan yang ingin dipecahkan pengarang dengan karyanya itu
(Suharianto, 2005:17).
2. Amanat
Menurut Sudjiman (1988:57) amanat
adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang. Jika permasalahan yang
diajukan dalam cerita itu diberikan jalan keluarnya oleh pengarang maka jalan
keluarnya itulah yang disebut amanat. Amanat dalam karya sastra oleh pengarang
dapat disampaikan secara eksplisit maupun implisit.
Eksplisit, jika pengarang pada tengah
atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran, peringatan, nasihat, anjuran,
larangan, dan sebagainya, berkenaan dengan gagasan yang mendasari cerita.
Implisit, jika jalan keluar atau ajaran moral itu disiratkan dalam tingkah laku
tokoh menjelang cerita berakhir. Berbeda dengan yang dikemukakan oleh Esten
(2000, 22). Esten menjelaskan bahwa amanat itu adalah pemecahan suatu tema.
3. Alur atau Plot
Unsur yang sangat menonjol, dalam
sebuah karya fiksi adalah jalannya cerita. Fiksi di mulai dengan menceritakan
suatu keadaan. Keadaan itu mengalami perkembangan dan pada akhirnya ditutup
dengan sebuah penyelesaian, dan itulah yang dinamakan plot. Baribin (1985:61) menjelaskan bahwa alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian
dalam cerita yang disusun secara logis. Dalam pengertian ini, alur merupakan
suatu jalur tempat lewatnya rentetan peristiwa yang tidak terputus-putus.
Sudjiman (1988:29) juga menjelaskan bahwa dalam sebuah cerita rekaan, berbagai
peristiwa disajikan dalam urutan tertentu dan peristiwa yang diurutkan itu
membangun tulang punggung cerita yang disebut alur.
Pengertian alur dalam karya fiksi pada
umumnya adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa
sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu
cerita (Aminuddin, 2000:83). Menurut Sayuti (2000:31), plot atau alur fiksi
hendaknya diartikan tidak hanya sebagai peristiwa-peristiwa yang di ceritakan
dengan panjang lebar dalam suatu rangkaian tertentu, tetapi juga merupakan
penyusunan yang dilakukan oleh penulisnya mengenai peristiwa-peristiwa tersebut
berdasarkan hubungan-hubungan kwalitasnya.
Menurut
Esten (1978:26) plot adalah urutan
(sambung sinambung) peristiwa-peristiwa
dalam sebuah cerita rekaan. Biasanya plot
dari cerita rekaan terdiri terdiri atas:
a). Situasi (mulai melukiskan keadaan).
b). Generating
circumstances (peristiwa-peristiwa mulai bergerak)
c).
Rising action (keadaan mulai
memuncak).
d). Klimaks
(mencapai titik puncak).
e). Denouement
(pemecahan soal, penyelesaian).
Secara kualitatif
(menurut tingkatannya) alur ada dua macam yaitu:
a). Alur erat
b). Alur longgar
Dalam alur erat, hubungan satu peristiwa dengan peristiwa yang lainnya padu
sekali, sehingga tidak dapat dipotong-potong. Dalam alur longgar, hubungan satu
peristiwa satu dengan yang lain tidak begitu padu.
Alur atau plot ialah cara
pengarang menjalin kejadian-kejadian secara beruntun dengan memperhatikan hukum
sebab akibat sehingga merupakan kesatuan yang terpadu, bulat, dan utuh
(Suharianto, 2005:18).
4. Penokohan
Pelaku yang mengemban peristiwa dalam
cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita disebut dengan
tokoh, sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku itu disebut
dengan penokohan (Aminuddin,2000:79). Penokohan
ialah bagaimana cara pengarang menggambarkan
dan mengembangkan watak tokoh-tokoh dalam sebuah cerita rekaan (Esten,
2000:27). Penokohan yang baik ialah penokohan yang berhasil menggambarkan tokoh-tokoh
dan mengembangkan watak dari tokoh-tokoh tersebut yang mewakili tipe-tipe manusia
yang dikehendaki oleh tema dan amanat.
Penokohan atau perwatakan ialah
pelukisan mengenai tokoh cerita; baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang
dapat berupa pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat-istiadatnya, dan
sebagainya (Suharianto, 2005:20). Karena tokoh-tokoh itu rekaan pengarang, maka
hanya pengaranglah yang mengenal mereka dan oleh karena itu, tokoh-tokoh itu
perlu digambarkan ciri-ciri lahir dan sifat serta sikap batinnya agar wataknya
juga dikenal oleh pembaca. Yang dimaksud dengan watak ialah kualitas tokoh,
kualitas nalar dan jiwanya yang membedakannya dengan tokoh lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar