Apakah filsafat itu ?
Filsafat
Hubungan kebenaran dengan ilmu pengetahuan dan kebijaksanaaan
Hubungan filsafat, filsafat ilmu dan dan filsafat bahasa dari sisi ont6ologis, efis femimologis dan sosiologis
Dalam kajian filsfat bahasa, makna (kebenaran) dibedakan dengan refren mengapa?
Mengapa filsafat bahasa mempelajari tutur
Paper hirarkis fungsi bahasa yang paling komplek menurutnya adalah argumentasi karena,,,,,,,,
Filsafat berasal dari kata philein ‘mencintai’ dan sophia ‘ kebijaksanaan; pengetahuan’. Dalam perkembangannya, memiliki beberapa arti :
- Pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi tentang segala hakikat yang ada, sebab asal, dan hukumnya
- Teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan
- Ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemologi
- Falsafah
• Akal budi merupakan karunia Tuhan yang hanya dimiliki manusia yang mencakup kemampuan berpikir, dan kemampuan manusiawi lainnya : cipta, rasa, dan karsa. Filsafat mengkaji segala hal yang ada atau yang mungkin ada : mempertanyakan mengapa sesuatu itu ada; apa unsur-unsurnya?
• Filsafat sebagai teori dipandang sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa; asas dan hukum-hukumnya; pendapat, cara, aturan melakukan sesuatu.
• Logika merupakan pengetahuan tentang kaidah berpikir; estetika cabang filsafat yang menelaah seni; metafisika cabang filsafat yang menelaah hal-hal nonfisik; epistemologi cabang filsafat yang mengkaji dasar-dasar dan batas-batas ilmu pengetahuan.
• Falsafah merupakan pandangan hidup berupa anggapan, gagasan, dan sikap batin yang paling dasar seseorang / masyarakat
• Apakah filsafat bahasa itu ?
Verhaar merujuk dua hal:
- Fisafat mengenai bahasa : berbagai kajian (disiplin) yang digunakan untuk mengkaji bahasa (seperti : aliran linguistik, psikolinguistik, sosiolinguistik, dll). Ini disebut filsafat linguistik.
- Filsafat berdasarkan bahasa : kajian tentang penggunaan bahasa untuk mengungkapkan suatu kebenaran. Ini disebut filsafat bahasa. Filsafat bahasa mempejari mengapa ujaran itu bermakna sedangkan yang tidak
• Filsafat bahasa merupakan upaya memecahkan masalah-masalah filosofis dengan menganalisis makna kata dan hubungan logis antarkata dalam bahasa
• Filsafat bahasa mengandung upaya untuk menganalisis unsur-unsur umum dalam bahasa : makna, acuan, kebenaran, verifikasi, tindak tutur, dan ketidaknalaran.
• Jadi, filsafat bahasa adalah kajian filosofis tentang pengetahuan konseptual tentang cara-cara pengungkapan / mengkomunikasikan pengetahuan dalam bahasa
• Hubungan filsafat, filsafat ilmu, dan filsafat bahasa
• Filsafat : menelaah semua yang ada / mungkin ada (being).
• Salah satu yang ada itu adalah ilmu. Jadi, ilmu merupakan objek filsafat. Filsafat yang memiliki objek material ilmu disebut filsafat ilmu. Cakupannya :
• Ontologi : hakikat cabang ilmu tertentu
• Epistemologi : metodologi pemecahan masalah ilmu
• Aksiologi : manfaat ilmu itu
• Filsafat bahasa berpijak pada filsafat ilmu untuk menelaah penggunaan bahasa. Prinsip-prinsip umum filsafat ilmu diaplikasikan dalam kajian filsafat bahasa
Bahasa dan kelahirannya
• Apakah bahasa itu ?
– Bahasa adalah bunyi (vokal)
– Bahasa adalah simbol
– Bahasa itu sistematik
– Bahasa itu arbitrer
– Bahasa itu konvensi
– Bahasa itu manusiawi
– Bahasa itu komunikasi
Jadi, bahasa adalah sistem simbol vokal yang sistematik yang digunakan manusia untuk berkomunikasi secara arbitrer berdasarkan konvensi masyarakat penuturnya.
KELAHIRAN BAHASA
Ada beberapa teori tentang kelahiran bahasa :
1. Teori tekanan sosial
- Tokohnya Adam Smith
- Bahasa timbul karena manusia primitif dihadapkan pada kebutuhan untuk saling memahami
- Setiap objek mereka ingin ungkapkan dengan bunyi yang kemudian dipolakan (disistematisasi)
2. Toeri onomatope (ekoik)
- Tokohnya J.G. Herder
- Objek-objek diberi nama sesuai dengan bunyi yang dihasilkan objek itu
3. Teori interjeksi
- Tokohnya Entinne Bonnet Condillac
- Bahasa lahir dari ujaran instingtif karena tekanan batin, perasaan mendalam, dan karena rasa sakit.
- Ujaran itu bersifat spontan yang kemudian dikonvensikan menjadi kata / bahasa.
4. Teori nativistik (fonetik)
- Tokohnya : Max Müller
- Manusia secara instingtif memiliki kemampuan untuk menghasilkan bunyi.
- Setiap bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia menjadi akar pembentukan kata yang bermakna
5. Teori isyarat oral
- Tokohnya : Sapir Richard Paget
- Teori ini berpijak pada bahasa isyarat, tetapi karena menggunakan peralatan, manusia tidak dapat menciptakan isyarat sehingga manusia mencari isyarat lain.
- Ketika orang memberi isyarat, tanpa disadari ia juga memproduksi ujaran. Isyarat ujaran ini berkembang menjadi bahasa.
6. Teori kontrol sosial
- Tokohnya : Grace Andrus de Laguna
- Bahasa merupakan medium manusia bekerja sama
- Perubahan cara hidup memunculkan teriakan dan panggilan. Teriakan dan panggilan ini berkembang menjadi bahasa.
- Teori kontak
1. Tokohnya : G. Révész
2. Teori ini gabungan teori tekanan sosial dan kontak sosial. Manusia bersosialisasi melalui kontak spasial, kontak emosional, dan kontak intelektual.
3. Setiap kontak memerlukan media berupa bunyi. Bunyi ini berevolusi menghasilkan kata dan bahasa
- Teori Hockett-Ascher
i. Tokohnya : Chaerkes F. Hockett dan Robert Ascher
ii. Bahasa berkembang melalui sistem panggilan (call). Sistem panggilan bersifat tertutup
iii. Sistem panggilan tertutup itu berkembang menjadi sistem panggilan terbuka
iv. Sistem panggilan terbuka inilah yang mengembangkan berbagai sistem bahasa di dunia
9. Teori isyarat oral
1. Tokohnya : Sapir Richard Paget
2. Teori ini berpijak pada bahasa isyarat, tetapi karena menggunakan peralatan, manusia tidak dapat menciptakan isyarat sehingga manusia mencari isyarat lain.
3. Ketika orang memberi isyarat, tanpa disadari ia juga memproduksi ujaran. Isyarat ujaran ini berkembang menjadi bahasa.
- Teori kontrol sosial
1. Tokohnya : Grace Andrus de Laguna
2. Bahasa merupakan medium manusia bekerja sama
3. Perubahan cara hidup memunculkan teriakan dan panggilan. Teriakan dan panggilan ini berkembang menjadi bahasa.
- Teori kontak
1. Tokohnya : G. Révész
2. Teori ini gabungan teori tekanan sosial dan kontak sosial. Manusia bersosialisasi melalui kontak spasial, kontak emosional, dan kontak intelektual.
3. Setiap kontak memerlukan media berupa bunyi. Bunyi ini berevolusi menghasilkan kata dan bahasa
- Teori Hockett-Ascher
i. Tokohnya : Chaerkes F. Hockett dan Robert Ascher
ii. Bahasa berkembang melalui sistem panggilan (call). Sistem panggilan bersifat tertutup
iii. Sistem panggilan tertutup itu berkembang menjadi sistem panggilan terbuka
iv. Sistem panggilan terbuka inilah yang mengembangkan berbagai sistem bahasa di dunia
- Teori yo-he-ho
i. Tokohnya : Max Müller
ii. Teori ini revisi dari teori nativistik yang dirumuskannya sendiri
iii. Bahasa tercipta dari teriakan yang bertalian dengan pekerjaan khusus
- Toeri isyarat
i. Tokohnya : Wilhelm Wundt
ii. Bahasa isyarat timbul dari emosi dan gerakan ekspresif yang tidak disadari yang menyertai emosi. Emosi manusia diekspresikan dalam bentuk yang khusus dalam bentuk isyarat.
iii. Kemampuan menghasilkan isyarat mendorong manusia untuk menciptakan konsep baru yang mendorong pergerakan artikulasi sehingga menghasilkan bunyi bahasa.
iv. Gerak artikulasi ini dibantu oleh mimetik dan pantomimik
- Teori permainan vokal
i. Tokohnya : Jespersen
ii. Bahasa primitif sama dengan bahasa anak-anak sebelum menyerupai bahasa orang dewasa
iii. Bahasa diawali dengan bunyi ‘desah’ tidak teratur yang berangsur-angsur semakin jelas dan sistematis.
iv. Bahasa tercipta secara puitis yang menjembatani pembentukan vokalisasi emosional dan ideasional
• Filsafat bahasa menelaah bagaimana bahasa itu digunakan untuk menelaah hakikat segala yang ada. Intinya, filsafat bahasa menelah penggunaan bahasa.
• Ketika seseorang berbahasa, yang dikomunikasikan itu adalah makna. Tidak ada orang yang berbahasa tanpa makna. Untuk itu perlu dipahami hakikat makna.
Pandangan Frege tentang makna
Ø Temuan Frege terpenting dalam filsafat bahasa adalah pembedaan tentang arti (sense) dengan acuan (referensi), yang selama ini dikaburkan.
Ø Banyak pakar berpandangan bahwa arti suatu ekspresi linguistik adalah acuan yang dirujuk ke ekstralingual (misl. Russel dan Wittgenstein)
Ø Jika ada orang bertanya, apakah pensil itu ? Jika dijawab pensil sama dengan potlot maka formulasinya adalah a = b. Persoalan berikunya adalah informasi apa yang didapat dari formulasi a = b itu ? Informasi tidak sekadar sinonimi; informasi berupa penjelasan.
Ø Kekaburan itu oleh para filsafat bahasa diformuasikan dengan misalnya, pensil adalah alat tulis berupa kayu kecil bulat berisi arang keras. Jadi, makna lebih informatif daripada referensi.
Ø Katz mengajukan pernyataan ‘Bintang sore adalah bintang pagi’ mengandung informasi bahwa bintang yang terbit pada sore hari memiliki referen yang sama dengan bintang pagi (bintang kejora). Jika berpegang pada referen maka dapat dibuat formulasi bintang sore = bintang sore atau bintang pagi = bintang pagi, akan tetapi formuasi ini tidak memberikan informasi apa-apa.
Ø Secara filsafati harus dibedakan nama (kata) dengan referennya dan maknanya.
Ø Makna kalimat tidak sama dengan penjumlahan semua makna kata pembentuknya. Makna kalimat mengacu kepada nilai kebenaran kalimat itu.
Ø Kalimat dikatakan memiliki nilai kebenaran apabila memiliki referensi, sehingga bisa saja kalimat bermakna tetapi tidak benar, misalnya ‘Kerbau adalah bunga’.
Ø Pertentang Frege dengan Russel dan Wittgenstein diketangahi oleh Tractatus. Filosof ini mengatakan hubungan antara bahasa dengan luar bahasa diberikan oleh nama. Nama berarti objek. Namun jika kalimat merupakan rangkaian nama yang elementer, bagaimana kalimat itu memiliki makna ?
Ø Jawabnya verifikasi karena kalimat merupakan konvensi sistemik
Bahasa dan Tutur
• Samakah bahasa dengan tutur (ujaran) ?
No | Bahasa | Tutur |
1. | sandi (kode) | enkode |
2. | potensial | aktual |
3. | sosial | individual |
4. | pasti | bebas |
5. | bergerak lamban | bergerak cepat |
6. | psikologis | psikofisik |
BAHASA SEBAGAI TANDA
• Banyak linguis berpendapat bahasa bahasa pada hakikatnya adalah sistem tanda (semiotik), Charles Morris membagi menjadi tiga : sintaksis, semantik, dan pragmatik.
• Tanda dapat berdasarkan berbagai sudut pandang.
1. Berdasarkan wujud : tanda bahasa dan tanda nonbahasa (gesture), sinyal, dll.
2. Berdasarkan intensi : tanda dibedakan menjadi intensional dan tak intensional. Tanda intensional sengaja dibuat manusia untuk memenuhi harapannya, sedangkan tanda tak intensional gejala yang tidak dibuat manusia.
3. Berdasarkan sistemik : tanda sistematis dan tanda tidak sistematis
4. Berdasarkan indra yang terlibat : tanda visual dan tanda akustik (pendengaran)
5. Berdasarkan rujukan : ikonik ‘citra gambar’ dan konvesional
• Bahasa itu tergolong tanda yang mana ?
Tanda akustik, konvensional, intensional, sistemik
KEKABURAN BATAS MAKNA KATA
• Implikasi hubungan bentuk – makna adalah munculnya kekaburan batas makna kata. Pikiran kita sering tidak diwadahi secara gamblang dengan kata. Penyebabnya :
1. Sifat generik kata : kata tidak selalu merujuk sesuatu secara tunggal tetapi kelompok benda. Sifat generik kata ini merupakan wujud keabstrakan bahasa.
2. Berbagai wajah kata : kata memiliki multiaspek sehingga maknanya tergantung pada konteks
3. Kekurangjelasan batas dunia non linguisik. Misalnya, panas – dingin, terus antara panas dan dingin apa? Hangat atau sejuk ?
4. Kekurangakraban : pemakai bahasa kurang familiar dengan rujukan suatu kata
5. Makna emotif tersembunyi : subjektif perseorangan
6. Faktor fonetis : perbedaan pengucapan
7. Konteks
8. Derivasi emotif : diminutif (pengecilan), augmentatif (pembesaran), pejoratif (perendahan), dll.
9. Nilai evokatif : asosiasi-asosiasi yang dihasilkan atau yang ingin disasar.
JENIS KEKABURAN MAKNA KATA
- Kekaburan referensial : ketidajelasan rujukan sebuah kata, misalnya : ombak, gelombang, alun, riak; bukit, hutan, rimba.
- Ketidakpastian makna : keambiguitasan, misalnya : Lukisan Anita; apakah yang dimaksud lukisan yang dibuat Anita atau lukisan tentang Anita atau lukisan milik Anita ?
- Kurangnya spesifikasi makna karena menggunakan kata yang generik.
- Disfungsi interpretasi, yang disebabkan oleh :
- Struktur fonetik kalimat
- Faktor gramatikal
- Faktor leksikal : polisemi dan homonimi
FUNGSI BAHASA
• Fungsi utama bahasa adalah untuk berkomunikasi. Apa yang dikomunikasikan adalah pikiran. Apakah orang berbahasa jika ada ‘pikiran’ yang dikomunikasikan? Apakah bahasa dapat mempenga-ruhi pikiran ?
• Perhatikan pola komunikasi S – R – s – R(r)
• Ingat hipotesis Sapir-Whorf : bahwa cara berpikir, bahasa daerah, budaya, dll berpengaruh terhadap cara pandang dunia luar termasuk bahasa. Bahasa menentukan struktur pikiran seseorang. Bahasa meningkakan kualitas pikiran dan logika manusia.
• Adakah fungsi yang lain dari bahasa ?
1. Fungsi kemasyarakatan : bahasa sebagai identitas (etnis, kelompok sosial) dan pemersatu sekaligus pemisah; fungsi ‘penjajahan’, pengembangan ipteks (pragmatis).
2. Karl Bühler :
a. Appel (Simajuntak menyebut evokasi), yaitu fungsi memerintah dan meminta lawan bicara untuk melakukan sesuatu (instruksi, undang-undang, dll)
b. Ausdrück (Simajuntak menyebut ekspresi): mengungkapkan suasana hati penutur
c. Darstellung (Simajuntak menyebut representasi): bahasa mengacu pada objek tertentu yang berada di luar penutur dan petutur; yakni untuk mengacu dan menjelaskan, termasuk fungsi analisis dalam bidang ilmu.
3. Karl Raimund Popper :
a. Fungsi ekspresif : pengungkapan situasi dari dalam ke luar; merupakan ungkapan pribadi
b. Fungsi sinyal : lebih tinggi daripada dan mencakup fungsi ekspresif, yang menyebabkan reaksi petutur.
c. Fungsi deskriptif : mencakup (a-b) mengungkapkan pernyataan yang bisa benar atau salah
d. Fungsi argumentatif : mencakup (a-b-c) memberikan alasan sebagai pembuktian atas pernyataan benar / salah secara sah dan tidak salah.
4. John C. Concon Jr.
a. Membuka pembicaraan : seperti salam, sehingga terbuka saluran komunikasi
b. Menghindarkan komunikasi : untuk mencegah / menghentikan komunikasi
c. Mencatat dan meneruskan : wadah budaya dari generasi ke generasi
d. Komunikasi instrumental : ujaran yang berperan sebagai alat yang menyebabkan terjadi sesuatu (tindakan, peristiwa)
e. Komunikasi afektif : komunikasi yang bersangkut-paut dengan emosi pelibat (perhatikan bahasa iklan)
f. Melepaskan tekanan perasaan : mengungkapkan kegelisahan, dll.
g. Tahayul : Bahasa sebagai bagian budaya yang sebagian memiliki kata yang dipercaya penuturnya memiliki kekuatan gaib.
h. Fungsi ritual : contoh doa, mantra
5. M.A.K. Halliday
a. Fungsi ideasional : bahasa sebagai alat mengorganisasi pengalaman tentang dunia nyata, imajinasi yang mengacu pada sesuatu, peristiwa, dll.
b. Fungsi interpersonal : bahasa untuk membangun dan mempertahankan hubungan sosial antarorang.
c. Fungsi tekstual : bahasa menciptakan teks (lisan / tulis) yang padu sesuai dengan konteks
6. Pakar Pragmatik :
a. David A. Wilkins :
• Modalitas : menyatakan tingkat kepastian
• Disiplin moral dan evaluasi : persetuajuan, penolakan, dll
• Suasi : rekomendasi, prediksi, dll
• Argumen
• Pemikiran rasional
• Emosi personal (pasitif / negatif)
• Hubungan emosional : mengucapkan salam, dll
• Hubungan antarpribadi : kesantunan, tingkat formalitas, dll.
b. J.A. van Ek:
• Mencari informasi faktual : mengidentifikasi, melaporkan, bertanya, mengoreksi, dll
• Mengungkapkan dan menemukan sikap intelektual : setuju / tidak setuju, dll.
• Mengungkapkan dan menemukan sikap emosional : senang / tidak senang, kejutan, dll.
• Mengungkapkan dan menemukan sikap moral : minta maaf, menunjukkan kepantasan, dll.
• Suasi : menyuruh melakukan sesuatu
• Sosialisasi : hubungan kemasyarakatan antarpribadi
c. Mary Finnochiaro:
• Personal : mengungkapkan gagasan pribadi
• Antarpribadi : membangun dan mempertahankan hub. sosial
• Direktif : mempengaruhi tindakan orang lain
• Rujukan : membicarakan sesuatu, peristiwa, dll
• Imajinatif : puisi, cerita, dll.
Tugas mahasiswa :
Telaah pembagian fungsi bahasa itu hingga menjadi formula yang sederhana tetapi mencakup keseluruhan (diskusikan minggu depan)
LOGIKA DALAM BAHASA
Penalaran
• Filsafat bahasa merupakan upaya untuk menganalisis unsur-unsur umum dalam (penggunaan) bahasa, seperti : makna, referensi, kebenaran, verifikasi, tindak tutur, dan ketidaknalaran (illogic).
• Ketidaknalaran (illogic) penggunaan bahasa mengadung pengertian ada sesuatu yang tidak sesuai dengan nalar = kaidah berpikir.
• Para filosof berpendapat bahwa salah satu kaidah berpikir adalah semakin khusus sesuatu yang kita lihat, dengar, sentuh, dll. Maka makin pentinglah sesuatu itu. Berdasarkan hal-hal yang khusus tersebut manusia dapat membuat prinsip-prinsip umum (induksi) atau sebaliknya deduksi. Induksi dan deduksi = kaidah berpikir.
• Penalaran merupakan proses berpikir untuk memperoleh simpulan yang logis berdasarkan bukti (evidensi) yang relevan. Jadi, penalaran adalah proses penafsiran fakta sebagai dasar untuk menarik simpulan.
• Keraf (1985) merinci unsur-unur berpikir nalar :
1. Kritis dan logis; kritis mengacu kepada kualitas pikiran dan logis mengacu kepada hubungan fakta-fakta. Jadi, bagaimana merumuskan pikiran yang benar berdasarkan rangkaian fakta yang berhubungan
2. Kaidah berpikir : induktif dan / atau deduktif
3. Penilaian terhadap fakta-fakta sebagai landasan berpikir logis
• Fakta-fakta yang diajukan dalam sebuah penelaran dituangkan dalam bentuk kalimat yang disebut proposisi. Proposisi adalah pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau pernyataan yang dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung di dalamnya.
Contoh :
1. Semua manusia akan mati pada suatu waktu.
2. Beberapa orang Indonesia memiliki kekayaan berlimpah-limpah.
3. Kota Bandung hancur pada Perang Dunia Kedua karena bom atom. 4. Semua gajah telah punah tahun 1980.
Kalimat (1) dan (2) dapat dibuktikan kebenarannya sedangkan kalimat (3) dan (4) tidak dapat dibuktikan tetapi keempat kal itu proposisi.
• Proposisi selalu bebentuk kalimat, tetapi tidak setiap kalimat merupakan proposisi. Proposisi selalu berbentuk kalimat deklaratif. Setiap proposisi mencerminkan dua kemungkinan : (1) ucapan faktual akibat pengalaman, dan (2) pendapat atau simpulan ttg suatu hal sehingga menghasilkan inferensi dan implikasi
Contoh :
1. Terjadi tabrakan di depan kampus tadi pagi.
2. Sopir Kijang melakukan kesalahan karena tidak menjaga jarak.
• Inferensi simpulan (penilaian) atas fakta-fakta dan implikasi rangkuman atas fakta-fakta.
• Jadi, penalaran merupakan dasar berbahasa secara logis.
Kaidah berpikir : induksi dan deduksi
- Induksi = proses berpikir dari fakta-fakta khusus menuju generalisasi (inferensi). Ada dua kemungkinan :
- Loncatan induksi : yakni generalisasi yang didasarkan pada beberapa fakta (sebagai sampel), tidak keseluruhan fakta. Keakuratan loncatan induksi sangat tergantung pada kualitas evidensi yang digunakan sebagai sampel.
- Tanpa loncatan induksi : evidensi cukup banyak disajikan untuk menarik generalisasi.
Kesahihan induksi bukan pada jumlah evidensi tetapi pada kualitas evidensi itu.
|
• Proses induksi perlu mempertimbangkan hal-hal berikut :
1. Ciri kuantitatif : apakah sudah cukup banyak evidensi yang dijadikan acuan
2. Ciri kualitatif : apakan evidensi itu merupakan fakta yang baik dan relevan untuk dijadikan acuan sehingga dapat mewakili fakta-fakta yang lain
3. Perkecualian : perhitungkan adanya fakta yang menyimpang sebagai bentuk perkecualian
4. Rumusan generalisasi harus absah
• Perumusan hipotesis
1. Ciri kuantitatif : perhitungkan secara maksimal evidensi yang (mungkin) ada
2. Rumuskan hipotesis yang lebih sederhana : cakupan dan pengujiannya
3. Hipotesis tidak pernah terpisah dari pengetahuan / pengalaman umat manusia
4. Hipotesis hanya menjelaskan fakta pembentuk hipotesis tersebut
• Cara bernalar analogi
Cara berpikir yang beranjak dari sesuatu yang memiliki kemiripan untuk diinferensikan pada sesuatu yang lain.
Jenisnya : analogi logis (induktif) dan analogi deklaratif (penjelas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar