Benar dan Salah |
Bila manakah perbuatan itu dianggap benar dan bila manakah perbuatan itu dianggap salah? Hyang Widhi menuntun dunia ini melalui jalan yang benar. Segala sesuatu yang dapat menolong dunia ini melalui jalan yang telah ditentukan oleh Hyang Widhi sendiri adalah benar, dan segala sesuatu yang menghalangi jalan ini adalah salah. Kebahagiaan dan penderitaan mahluk lain berarti kebahagiaan dan penderitaan diri sendiri. Menyiksa orang lain sama dengan menyiksa diri sendiri, karena jiwatma kita sendiri tunggal dengan jiwatma semua orang dan semua mahluk. Keinsyafan akan tunggalnya jiwatma yang ada didalam diri kita sendiri dengan jiwatma semua mahluk, maka kita berhasrat melakuan amal saleh terhadap semuanya. Keinsyafan akan tunggalnya jiwatma dengan Brahma, maka timbul hasrat untuk mempersatukan atma seniri dengan Brahma (Hyang Widhi). Amal saleh dan kebajikan yang dilakukan untuk kesejahteraan sesama makhluk disebut dharma; dan kesatuan antara jiwatma dengan Brahma disebut moksa. Jalan untuk beramal saleh melakukan dharma disebut prawerti marga, dan jalan untuk mencapai kesatuan jiwatma dengan Brahma (moksa) disebut Niwrti marga. Setelah jiwatma dapat bersatu dengan Brahma, berarti telah menginjak alam moksa. Dan orang yang mendapat moksa disebut Mukti. Roh orang yang telah moksa menjadi murni dan sama dengan Brahma. Kemurnian Jiwatma ini menimbulkan suatu rasa bahagia yang tiada terbanding dan bahagia yang abadi yang disebut Ananda (kebahagiaan rohani). Di dalam Candogya Upanishad 6, 8, 7, terdapat suatu dalil yang bunyinya sebagai berikut: "Tat Twam Asi" yang artinya: Dikaulah itu, Dikalaulah (semua) itu; semua makhluk adalah Engkau. Engkaulah awal mula roh (jiwatma) dan zat (prakrti) semua makhluk. Aku ini adalah makhluk yang berasal dari-Mu. Oleh karena itu jiwatmaku dan prakrtiku tunggal dengan jiwatma semua makhluk dan Dikau sebagai sumberku dan sumber semua makhluk. Oleh karena itu Aku adalah Engkau; aku adalah Brahma "Aham Brahma Asmi" (Brhadaranyaka Upanisad 14.10.) Menurut ajaran upanishad, tutur-tutur, dan Bhagavad Gita dikatakan bahwa ada satu atma yang memberi hidup kepada semua makhluk dan menggerakkan alam semesta yang disebut paramatma. Adapun atma yang terdapat di dalam diri tiap-tiap makhluk, adalah bagian dari paramatma itu. Bagian dari paramatma yang ada di dalam disebut juga jiwatma. Adanya jiwatma itu ibarat sinar matahari yang memancarkan dan menyinari semua tempat, sedangkan paramatma ibarat matahari itu sendiri, sebagai sumber sinar-sinar yang memancar di segala tempat. Sebenar-benarnya tidak ada perbedaan antara paramatma yang sebagai matahari, dan jiwatma-jiwatma yang dapat kita ibaratkan sinarnya. Di dalam Bhagavad Gita XII,33 terdapat suatu sloka yang berbunyi sebagai berikut: "Yatha paraktacayaty ekah, krtsnam lokam imam rawih, ksetram ksetri tatha krtsnam, prakacayati bharata". Maksudnya: Bagaikan satu matahari menerangi seluruh dunia, demikian juga paramatma (Hyang Widhi) dari alam semesta menerangi (memberi hidup) seisi alam (semua makhluk) wahai Arjuna. Tujuan hidup kita yang terakhir adalah menuju moksa, yaitu persatuan (penunggalan) Jiwatma dan Paramatma. Jalan yang benar adalah segala sesuatu yang menuju kearah kesatuan. Segala sesuatu yang menghalangi kesatuan, adalah tidak benar. Untuk mengetahui jalan yang benar Hyang Widhi Wasa tidak membiarkan kita di dalam keadaan yang gelap (awidya). Dia mengirimkan orang-orang besar dan suci, memimpin umatnya bila ada yang merintangi. Dia memberikan kita kekuatan pikiran, dengan mana kita dapat mengertikan mana yang salah dan mana yang benar. Semasih kita kanan-kanak, kita harus menuruti apa yang diajarkan, dan bila sudah dewasa, kita dapat mengerti segala isi pelajaran itu. Dan semua ajaran-ajaran ini, diabadikan di dalam Weda-weda dan Castra oleh Para Rsi (seperti Bhagawan Byasa). Hukum-hukum yang sederhana yang diabadikan di dalam kitab-kitab suci oleh Para Rsi adalah: "Sesuatu perbuatan yang tidak kita kehendaki, janganlah dilakukan terhadap orang lain. Umpamanya, kita tidak suka dipukul atau disiksa, dimarahi, dicaci (tricapala). Kita hendaknya selalu berbuat baik kepada orang lain, jika kita menghendaki kebahagiaan, kesenangan, dibicarakan baik dan begitulah kita perbuat dengan orang lain. Kita jangan menyakiti orang lain karena orang lain akan menyakiti kita; umpamanya jika seseorang marah kepada kita, kita hendaknya menjawab dengan lemah lembut, disertai dengan rasa tenang". Sebaliknya apabila kemarahan dibalas dengan kemarahan, adalah sebagai api sedang menyala, disiram dengan minyak. Dan sikap kita janganlah hendaknya baik dan kasih hanya kepada manusia saja, tetapi juga kepada mahluk yang lainnya. Demikian pula sikap kita terhadap orang tua hendaknya kasih, hormat dan berusaha menolong dan meladeni mereka sebaik-baiknya. Sikap kita kepada saudara dan kawan-kawan, hendaknya jujur dan baik hati dan berusaha mempunyai perasaan kasih kepadanya, tidak membicarakan dan berbuat kasar kepadanya. Pada orang yang lemah, hendaknya kita memakai kekuatan kita untuk melindungi mereka dan tidak berbuat sesuatu yang menakutkan. Dan yang terpenting yang harus kita perbuat ialah: berbuat (kayika) berkata (wacika) dan berfikir (manacika) yang benar dan ketiga hal tersebut "Trikaya Parisudha". Hendaknya bersikap kstria dan berterus terang, hormat, teliti, jujur, rajin, sederhana dalam makan dan minum, dan mereka yang melakukan ini akan menjadi orang yang baik. Tata Susila Hindu Dharma (milik Bimas Hindu & Budha Dapg) |
OM SWASTIASTU RAHAJENG RAUH RING BLOGS TITIANG, GARGITA DAHAT RAHASAYANG TITIANG YENING IRAGA SIDA SARENG-SARENG URATI LAN URATI RING SEKANCAN BASA LAN SASTRA, TITIANG NGANGGE MURDA BLOG PUNIKI "KUSUMA BUANA SASTRA<DUANING KRANA PEKIBEH UTAWI SEDAGING SASTRANE MAUTAMA PRASIDHA JAGI NYUJUR KASUKERTAN JAGAT UTAWI BUANA" MOGHI-MOGHI PUNIKI PRASIDA NGWANTU PARA BLOGER SINAMIAN PINAKA IMBA UTAWI SESULUH NGAMARGIANG SWADARMA. OM SANTI SANTI SANTI OM
OM AWIGNAMASTU NAMO SIDDHAM OM SUASTIASTU
8/20/2011
TATA SUSILA HINDU DHARMA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar