Sivaratri |
SADHANA [DISIPLIN SPIRITUAL] Om Swastiastu, Kehidupan manusia akan sangat sempurna bila dijadikan sebuah sadhana, setiap saat adalah hari yang baik untuk memulai sadhana, sadhana harus mampu memperluas pandangan, memperkaya pengalaman dan menggembirakan jivatman untuk bersatu dengan paramatman. Mungkin sering timbul pertanyaan berikut ini; Mengapa Beliau tak terlihat? Itu pertanyaan yang bagus; Beliau adalah laksana keju dalam susu, pada setiap tetesnya dengan sempurna. Apabila ingin melihat rupa keju, maka proses tertentu harus dilakukan, yaitu; direbus dahulu, dibekukan, ditumbuk dan seterusnya. Begitu pula dalam sadhana, dengan mengucapkan berulang – ulang nama Tuhan, Dia yang bersemayam didalam hati dapat dilihat. Dan tentunya sadhana ini harus disertai dengan vairagya yaitu kewajiban tanpa pamrih. Apabila membuat sumur bor untuk mendapatkan air dari perut bumi, maka pipa harus dibuat hampa udara, sehingga air dapat memancur keluar dari perut bumi. Apabila tidak hampa udara maka air tak dapat keluar. Begitu juga, pastikanlah agar sadhana bersih dari keterikatan duniawi, agar sadhana tidak dapat dirusak olehnya. Cinta kasih tak akan muncul apabila kenikmatan indriawi dan kebanggaan diri telah menguasai pikiran. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan oleh seseorang, yaitu: a. Aku tidak akan memikirkan sesuatu selain Tuhan b. Aku tidak akan melakukan sesuatu tanpa seizin Tuhan c. Perhatian kita sepenuhnya dipusatkan pada Tuhan. Sadhana untuk memusatkan kepada Tuhan baik melalui pikiran, perkataan, dan perbuatan sama sekali tidak dipengaruhi oleh asrama dharma maupun varna dharma. Namun keduanya akan mempengaruhi mereka yang hidup diatas kesadaran bahwa badan dianggap sebagai Kenyataan dan bertindak seolah – olah dunia ini mutlak dan kekal. Disiplin spiritual, misalkan dengan menggiatkan japa, dhyana, seva dan sankirtan semuanya ini menghasilkan tujuan yang sama untuk menghindarkan masyarakat manusia tenggelam dalam kubangan hewani. Meletakan harapan sepenuhnya pada nasib dan tetap diam berarti mengurangi usaha. Dengan usaha dan doa, nasib yang baru akan dapat dicapai. Tanpa usaha dan doa, nasib dan berkah tidak dapat diperoleh. Karena itu lakukan sadhana, yaitu disiplin spiritual. Orang ragu – ragu memasuki lapangan sadhana, meskipun mereka mengharapkan untuk memetik kegembiraan. Banyak yang enggan menggunakan tenaga sedikit juapun, tetapi berharap moksa jatuh dari keatas pangkuannya. Mereka ingin memiiki pandangan Ketuhanan yang disuntikan tanpa rasa sakit di otaknya. Ada suatu cerita, ketika Maitreyi diberi harta benda yang banyak jumlahnya oleh Yājñavalkya dalam bentuk emas dan ternak, ketika ia meninggalkan tanah dan tempat tinggalnya, demi pencarian spiritualnta, Maitreyi bertanya kepadanya, apakah barang – barang tersebut berguna baginya dalam pencariannya itu? Dan suaminya menjawab bahwa barang – barang itu hanya bersifat sementara dan sangat murah bila dibandingkan dengan kekayaan pengalaman spiritual, akhirnya Maitreyi mengesampingkannya dan berusaha mendapatkan kekayaan dengan tapa dan sraddha. Itulah angan – angan tinggi dari seorang Maitreyi dan ia berhasil menggapainya. Banyak manusia yang berangan-angan tinggi tapi tidak berusaha untuk mencapai ketinggian tersebut. Banyak orang orang yang memasuki toko dan memilih kain untuk bahan celananya atau kemeja dan memilih yang warna hitam, apa alasan memilih warna yang hitam dan tidak menyukai yang putih? Karena yang hitam mampu menyembunyikan kotoran. Keinginan tidak diusahakan untuk menyisihkan kotoran, tetapi menyembunyikannya dari pandangan. Inilah yang merupakan kelemahan menyeluruh. Orang-orang malu karena kotoran tetapi tidak berusaha untuk membuangnya yaitu dengan sadhana. Berkah Tuhan merupakan curahan air hujan, laksana sinar matahari. Untuk menggapainya harus melaksanakan sadhana. Seperti musik yang disiarkan oleh pemancar radio, semuanya berada di sekitarmu tetapi harus menghidupkan dan menyetel pesawat radio penerima pada gelombang yang benar sehingga dapat mendengarkan dan menikmatinya. Seorang Svami di India mengatakan, dimanapun kamu berada, apapun yang kamu kerjakan, lakukan itu sebagai tindakan bhakti, sebagai pengabdian, pemujaan Tuhan, sebagai pemberi inspirasi, sebagai saksi Yang Maha Kuasa. Janganlah membagi kegiatan menjadi‘ ini untuk kepentinganku‘ dan‘ ini untuk kepentingan Tuhan‘. Apabila kita mempersembahkan semua kegiatan di bawah kaki Tuhan dengan membebaskannya dari bekas-bekas sisa rasa kemilikan, akibatnya tidak akan mengikat kita dan kita dibebaskan dan mendapat moksa. Ada 4 hal di mana setiap orang harus memperhatikannya; 1. Siapakah diriku ini? 2. Dari manakah asal mula diriku ini? 3. Akan kemanakah aku ini pergi? 4. Untuk berapa lamakah aku berada disini? Kitab Catur Veda memberikan jawaban terhadap keempat pertanyaan tersebut. Dan semua pertanyaan – pertanyaan spiritual dimulai dengan keempat pertanyaan itu dan usahakan untuk mendapatkan jawabannya. Andaikata ada surat dimasukan ke dalam kotak surat tanpa alamat kemana surat tersebut harus dikirim atau dari mana surat itu berasal; surat itu tidak akan sampai dimana-mana. Merupakan pengorbanan atau kesia-siaan untuk menulisnya. Surat itu akan dikumpulkan sebagai surat-surat buntu. Demikian juga keadaannya, merupakan suatu hal yang sia-sia untuk lahir kedunia ini, apabila tidak mengetahui dari mana asal kita datang, kemana kita akan pergi. Sang jiwa atau atma akan terperangkap dalam siklus lahir mati dan tak akan pernah menemukan dirinya. Untuk mendapat jawaban yang benar, sadhana, sangatlah penting. Jawaban ini harus merupakan bagian dari pengalaman. Jadi jangan hanya memperoleh jawaban dari membaca saja tapi carilah jawaban itu dari pengalaman. Bila kita hendak menyambung listrik dari pusat listrik ke tempat tinggal untuk menerangi rumah, maka harus didirikan tiang-tiang pada jarak yang teratur dan menghubungkan rumah dengan pusat tenaga dengan kabel. Begitu juga bila kita ingin memperoleh karunia Tuhan, sadhana harus dilakukan dengan teratur dan hubungkan dirimu dengan Tuhan memakai kabel smaranam, japa, dhyana atau yang lainnya. Kita harus percaya bahwa Tuhan selalu menopang kita. Apabila Tuhan tidak menopang kita maka jatuhlah kita. Apapun yang kita kerjakan, dimanapun kita ditempatkan, maka harus percaya bahwa Tuhan telah menempatkan kita disana untuk pekerjaan itu, kemudian itu akan merupakan suatu pendidikan yaitu suatu sadhana. Setiap hari dengan setiap kegiatan, setiap pikiran, setiap ucapan, harus mendekat lagi kepada Tuhan, yang akan menganugerahi dengan kebahagiaan tertinggi. Kenalilah pada setiap makhluk, setiap manusia, seorang saudara, sebagai anak Tuhan dan buanglah segala pikiran yang terbatas dan prasangka yang didasarkan atas status, warna dan klas, daerah dan kasta. semoga dapat memberikan setitik cahaya bagi kemajuan penghayatan kita terhadap keuniversalan Weda dan keutamaan kita sebagai manusia. Semoga dapat menjadi renungan dalam SHIVARATRI bulan ini. Avighnamastu Ya Tuhan semoga di hari yang suci ini Semua mahluk mendapatkan kebahagiaan Semoga semua mahluk mendapatkan kedamaian Semoga semua mahluk bersatu dalam kebenaran Semoga semuanya tiada yang menderita Om Shantih Shantih Shantih Om |
Source : HDNet |
OM SWASTIASTU RAHAJENG RAUH RING BLOGS TITIANG, GARGITA DAHAT RAHASAYANG TITIANG YENING IRAGA SIDA SARENG-SARENG URATI LAN URATI RING SEKANCAN BASA LAN SASTRA, TITIANG NGANGGE MURDA BLOG PUNIKI "KUSUMA BUANA SASTRA<DUANING KRANA PEKIBEH UTAWI SEDAGING SASTRANE MAUTAMA PRASIDHA JAGI NYUJUR KASUKERTAN JAGAT UTAWI BUANA" MOGHI-MOGHI PUNIKI PRASIDA NGWANTU PARA BLOGER SINAMIAN PINAKA IMBA UTAWI SESULUH NGAMARGIANG SWADARMA. OM SANTI SANTI SANTI OM
OM AWIGNAMASTU NAMO SIDDHAM OM SUASTIASTU
8/20/2011
RENUNGAN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar