Beberapa pakar telah mengemukakan
pendapat tentang arti sebuah puisi, jelaslah bagi kita betapa sukarnya
memberikan batasan yang tepat terhadap kata puisi tersebut. Namun demikian
bukanlah menjadi alasan untuk tidak mungkin untuk mendekati puisi dengan baik,
sebab masih ada sifat-sifat utama yang dimilikinya untuk mengerti dan memahami
sebuah puisi.
I.A. Richards dalam Siswanto,
menyatakan “puisi mengandung suatu makna keseluruhan yang merupakan perpaduan
dari tema, rasa, nada, dan amanat” (2008:124). Seirama dengan pendapat di atas,
Rai Putra menyatakan hakikat puisi terdiri atas tema atau makna, rasa (feeling), nada, dan tujuan (2010:06).
Dari pendapat pakar di atas dapat
disimpulkan bahwa hakikat puisi terdiri atas: 1) tema atau makna (sense); 2) rasa (feeling); 3) nada (tone);
dan 4) amanat atau tujuan (intention).
Keempat unsur tersebut merupakan catur tunggal, karena unsur satu dengan yang
lainnya memiliki hubungan yang sangat erat. Berikut ini akan diuraikan hakikat
dari sebuah puisi.
Tema atau Makna (sense)
Tema atau Makna (sense)
Siswanto mendifinisikan, tema adalah
gagasan pokok permasalahan yang terdapat dalam puisi. Media puisi adalah
bahasa. Karena bahasa berhubungan dengan makna maka puisi harus bermakna, baik
makna tiap kata, baris, bait, maupun keseluruhan (2008:124).
Rai Putra menyatakan, penyair dengan
puisinya ingin mengemukakan sesuatu bagi para penikmatnya. Sang penyair ingin
mengemukakan pengalaman-pengalamannya kepada para penikmat. Intinya puisi
mengandung subject matter. Makna yang
dikandung suatu subject matter
disebut dengan makna (sense) dari
puisi (2010:06).
Sang penulis atau penyair melihat
atau mengalami suatu peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Sehubungan dengan
peristiwa itu, ia ingin mempermasalahkan hal-hal tersebut dengan cara sendiri
kepada para pembaca atau penikmat puisi. Hal ini dilakukan karena karena setiap
puisi mengandung subject matter untuk
dikemukakan atau ditonjolkan dan hal tersebut tergantung dengan beberapa faktor
seperti: lingkungan, agama, pekerjaan, pendidikan dari penyair. Tidak ada puisi
tanpa subject matter, hanya saja sang
penyair sangat lihai menyelubungi sehingga para penikmat atau pembaca puisi
harus berusaha sekuat daya untuk menyikapi dan mengungkapkannya.
Rasa (feeling)
Rasa (feeling)
Rasa
dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat
dalam puisi (Siswanto, 2008:124). Dalam hal ini mengacu pada sikap penyair
terhadap pokok permasalahan yang dituangkan di dalam karyanya. Ada penyair yang
menaruh sikap simpatik serta penuh belas kasihan terhadap objek permasalahan,
ada juga penyair menaruh rasa benci, sikap marah/jengkel dan sebagainya.
Nada
(tone)
Nada
dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan
erat dengan tema dan rasa (Siswanto, 2008: 125). Sikap penyair yang hendak
ditanamkan terhadap pembaca karya puisinya berkaitan dengan emosional
pengarang.
Amanat
atau Tujuan (intention)
Amanat
dalam puisi adalah pesan dan kesan yang hendak disampaikan penyair kepada
pembaca lewat karya-karyanya berupa puisi. Untuk menemukan pesan dan kesan
dalam puisi sangat tergantung kepada pengalaman pembaca dan cara pandang
pembaca terhadap puisi tersebut. Misalkan penyairnya seorang guru, maka dalam
karya puisinya tersebut mengarah kedunia pendidikan. Dan jika kebetulan
penyairnya seorang pendeta dan ulama, maka dalam karya puisinya akan lebih
menonjolkan tentang hal-hal yang bersifat ajaran keagamaan (dharma).
Metode Puisi
Para
penyair ingin mengungkapkan sesuatu dengan jelas dan seluas mungkin, namun
dengan kata yang sesedikit mungkin. Untuk maksud tersebut diperlukan suatu
metode yang baik beserta sarana-sarana yang diperlukan. Menurut Siswanto,
metode dalam pusi meliputi: 1) perwajahan puisi, 2) diksi, 3) pengimajian, 4)
kata konkret, 5) majas atau bahasa figuratife, dan 6) verifikasi (2008: 113).
Perwajahan
Puisi (Tipografi)
Perwajahan
dalam puisi adalah pengaturan dan penulisan kata, larik dan bait dalam puisi.
Perwajahan puisi juga bisa mencerminkan maksud dan jiwa pengarangnya (Siswanto,
2008: 113). Pengaturan baris dalam puisi sangat berpengaruh terhadap maknaan
puisi, karena menentukan kesatuan makna, dan juga berfungsi untuk memunculkan
ketaksaan makna (ambiguitas). Setiap satu larik tidak selalu mencerminkan suatu
pernyataan. Bisa saja pernyataan ditulis dalam satu atau dua larik. Misalnya,
puisi kontemporer tifografinya bisa membentuk suatu gambar biasanya disebut
dengan puisi konkret.
Diksi
Diksi
adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Pilihan
kata dalam karya puisi sangat penting. Kalau dipandang sepintas lalu, kata-kata
yang digunakan dalam puisi pada umumnya sama saja dengan yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Namun, perlu diingat bahwa penempatan serta penggunaan
kata dalam puisi dengan hati-hati dan teliti serta tepat.
Pemilihan
kata berhubungan erat dengan latar belakang penyair. Semakin luas wawasan
penyair, semakin kaya dan berbobot kata-kata yang digunakan.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan betapa pentingnya diksi bagi suatu karya puisi.
Pilihan kata yang tepat dapat mencerminkan, membiaskan ruang, falsafah, amanat,
efek, nada suatu puisi dengan tepat.
Imaji
Imaji
adalah kata atau kelompok kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi seperti
penglihatan, pendengaran, dan perasaan (Siswanto, 2008:118). Pendapat lain,
imaji adalah segala yang dirasakan atau yang dialami secara imajinatif (Rai
Putra, 2010:07).
Imaji
berhubungan erat dengan kata konkret. Pilihan kata yang tepat dapat memperkuat
serta memperjelas daya bayang pikiran manusia, sehingga mendorong imajinasi
atau daya bayang untuk mengungkapkan gambaran nyata dalam bentuk puisi.
Jadi,
segala yang dirasakan atau dialami secara imajinatif dikenal dengan istilah
imaji (imagery). Penyair berusaha
membangkitkan pikiran dan perasaan para penikmat sehingga mereka merasa bahwa
merekalah yang mengalami peristiwa perasaan jasmani dan sebagainya.
Kata Konkret
Kata Konkret
Kata
konkret dalam puisi adalah kata-kata yang dapat ditangkap dengan indera. Dengan
kata konkret akan memungkinkan imaji muncul (Siswanto, 2008:119).
Salah
satu cara untuk membangkitkan daya bayang atau imajinasi para penikmat puisi
adalah dengan mempergunakan kata-kata yang tepat, kata-kata yang konkret, yang
dapat menyarankan suatu pengertian yang menyeluruh. Semakin tepat penyair
memakai kata-kata yang penuh asosiasi, maka semakin baik dalam menjelmakan
imaji, sehingga penikmat menganggap bahwa mereka benar-benar melihat,
mendengar, merasakan, pendeknya mengalami segala sesuatu yang dialami oleh
penyair.
Bahasa Figuratif (Majas)
Bahasa Figuratif (Majas)
Cara
lain untuk membangkitkan imajinasi adalah dengan memanfaatkan majas, yang
merupakan bahasa kias atau gaya bahasa. Para penyair menggunakan berbagai majas
untuk menjelmakan imajinasinya. Setiap orang terkadang ingin menyampaikan
pendapat, pikiran dengan sejelas-jelasnya kepada orang lain dengan kata-kata
saja belumlah begitu jelas, oleh karena itu dipergunakan gaya persamaan,
perbandingan, serta kata-kata kias lainnya. Demikian pula para penyair
mempergunakan aneka ragam majas untuk memperjelas maksud serta menjelmakan
imaji.
Verifikasi
(Rima, Ritma, dan Metrum)
Verifikasi
dalam puisi terdiri atas rima, ritma, dan metrum (Siswanto, 2008: 121).
Dalam hal ini, beliau
memberikan pengertian rima dalam puisi adalah persamaan bunyi pada puisi baik
di awal, tengah, maupun akhir baris puisi. Ritma merupakan tinggi-rendah ,
panjang pendek, keras-lemahnya bunyi. Sedangkan istilah metrum disamakan dengan
rima.
Ritma dan Rima memiliki pengaruh yang sangat besar untuk
memperjelas makna puisi. Erat sekali hubungannya dengan tema, rasa, nada, dan
tujuan atau maksud dari karya puisi.
Kerangka
Berpikir
Keterampilan
menulis puisi Bali dengan pengamatan objek secara langsung menekankan pada
pembelajaran yang berdasarkan situasi yang nyata. Siswa diarahkan pada
penguasaan materi secara langsung, penguasaan kosa kata yang lebih banyak,
serta dekat dengan lingkungan belajar siswa. Ini berarti siswa diajarkan materi
belajar yang bersifat konkret, maka prestasi belajar siswa khususnya dalam
menulis puisi Bali juga akan semakin baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar