Mengenai
puisi Bali terdapat 2 (dua) jenis yaitu puisi Bali klasik (tradisional) dan puisi Bali anyar (modern). Puisi Bali klasik
(tradisional) dapat dibedakan atas 2 (dua) jenis yaitu puisi rakyat (puisi
lisan) dan puisi sastra/puisi tulis (Rai Putra, 2010:56).
Puisi
rakyat (puisi lisan) terdiri dari: wewangsalan,
sesapan, sesonggan, sasenggakan, sesawangan, dan bladbadan. Disebut puisi Bali rakyat karena kata-katanya sangat
erat terjalin dengan kehidupan masyarakat (Bali) sehari-hari. Percakapan atau
komunikasi sehari-haripun antarkeluarga atau anggota masyarakat banyak
diselingi dengan puisi ini. Salah satu contohnya adalah jenis bladbadan. Bladbadan merupakan sebuah ucapan pendek
yang salah satu kata atau bagiannya merupakan penyimpan ide.
buin
pidan gantin titiang ngalap padi,
manyidayang,
makunyit
di alas, katemu lamun idepé,
apang
madon jaka payu, makaronan ring I Manik,
deluang
bisa ngumbara, lilayang tong dadi saru,
pangi
kaput mangda olas, Ratu Mirah,
isi
aus, managingin, sakadi pinunas titiang.
(dikutip dari oleh I.B.Rai Putra)
Nilai
estetisnya akan bertambah tinggi dan variasi sajaknya bertambah kompleks
setelah bladbadan digubah dalam
bentuk tembang seperti tersebut di atas.
Puisi
sastra (puisi tulis) terdiri dari bermacam-macam geguritan yaitu macepat, kidung, dan wirama. Puisi sastra timbul setelah sastra Bali menerima pengaruh
sastra Jawa. Pengaruh tersebut mengandung unsur-unsur Hinduisme, sehingga puisi
ini dianggap puisi Bali Jawa-Hindu (Rai Putra, 2010:57). Sesuai dengan judul
penelitian ini, maka uraian selanjutnya akan difokuskan pada puisi Bali Modern.
Puisi
Bali modern (anyar) merupakan ragam (genre) sastra berbahasa Bali yang
terikat oleh irama serta penyusunan tipografi yang berupa larik atau
larik-larik dan bait atau bait-bait. Ragam (genre)
ini menyerap unsur atau nilai-nilai sastra Bali tradisional dalam bentuk
pengungkapan yang baru. Bentuk pengungkapan yang baru itu menunjukkan adanya
suatu pengaruh dari puisi Barat yang tidak lagi terikat oleh jumlah suku kata
tiap larik, jumlah larik tiap bait, jumlah bait, bunyi akhir larik dan
sebagainya. Bentuknya yang bebas itulah yang antara lain menyebabkan iramanya
menjadi bebas pula, dalam arti tidak terikat pada pola tertentu.
Lahirnya
puisi Bali modern adalah akibat semakin kerasnya imbas sastra Indonesia modern.
Selain penyair yang sudah mapan banyak muncul penyair-penyair muda. Disamping
itu perhatian kepada bahasa-bahasa daerah di Indonesia makin besar. Sejak munculnya
puisi “Basa Bali” karya Suntari Pr. sebagai puisi modern pertama. Berikut akan disajikan puisi Bali yang
berjudul Basa Bali karya Suntari Pr.
Basa Bali
Tan uning titiang
ring kranaipun,
sukseman
titiangé sakadi kategul antuk benang sutra,
ngranjing
manyusup tulang ngantos ka sumsum,
sané dados
bagian awak tiangé.
Sareng maurip
saking ayunan ngantos kelih,
seduké ngipi, mamanah tur ngamedalang rasa.
Ring sajeroning
basa Ibu,
manah
titiangé sampun kelih antuk cayané,
kaborbor
sukseman titiange antuk cayané,
titiang
manggihin pribadin titiangé.
Titiang
magubugan ring masarakat,
terus
masemetonan sareng sawitra,
baktin titiang
ring rerama néntén ja kirang,
asin kinasihin
sareng alit-alité.
Sane encén
kirang terang kapikayunan,
titiang
nyelipang raos anyar,
anggén titiang
payas sane cocok ring kala puniki,
mamanggih
rupanipun ngenyagang manah.
(dikutip dari Kembang Rampe
Kasusastran Bali Anyar wewidangan 2, 1978)
Pada
intinya, puisi dibangun oleh dua unsur pokok, yaitu struktur fisik yang berupa bahasa yang digunakan dan struktur makna yaitu pikiran dan
perasaan yang diungkapkan oleh penyair. Kedua unsur tersebut merupakan kesatuan
yang salin jalin-menjalin secara fungsional.
Seperti
pada puisi diatas, terlihat bahwa puisi Bali modern banyak menerima pengaruh
puisi Indonesia modern, maka pengaruh bahasa sebagai media karya tidak dapat
dihindarkan. Pengaruh ini tidak terbatas pada kata-kata saja, tetapi juga struktur
kalimatnya. Sehingga terjadi persilangan pengaruh, dalam arti bahasa Bali
mempengaruhi bahasa Indonesia, dan sebaliknya melalui puisi Bali modern
unsur-unsur bahasa Indonesia mempengaruhi bahasa Bali.
Sesuai
dengan uraian di atas, maka pada penelitian ini siswa diharapkan dapat
meningkatkan keterampilan menulis puisi Bali melalui pengamatan objek secara
langsung. Dengan menciptakan kegiatan kreatif melalui kegiatan menulis puisi
khususnya menulis puisi dengan menggunakan bahasa Bali, diharapkan siswa mampu melestarikan
bahasa ibu yakni bahasa daerah Bali, melestarikan budaya Bali, menyampaikan
sikap, pendapat, atau pengalaman dalam wujud cipta sastra berupa puisi Bali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar