BAB I
PENDAHULUAN
Karya sastra
juga dianggap sebagai potret kehidupan masyarakat dangambaran semangat
zamannya. Dalam hal ini, karya sastra dianggapsebagai gambaran “struktur sosial, hubungan kekeluargaan,
pertentangan kelas dan lain-lain.Masalah
teoretis mengenai hubungan sosiologi (masyarakat) dengansastra telah cukup jelas dipaparkan Rene Wellek dan Austin Warren
(TosKesusastraan, 1989) Sapardi Djoko Damono (Sosiologi Sastra:
SebuahPengantar, 1984) atau Andre Hardjana (Kritik Sastra: Sebuah Pengantar,1981). Namun tentu kita tidak perlu terburu-buru
menerima atau menolaknya.Jangan pula
dilupakan penerapan hal yang bersifat teoretis itu terhadapkarya sastranya itu sendiri.Dengan cara ini, akan tampak betapa bubungan
sastra danmasyarakat sebenarnya tidak
dapat diabaikan begitu saja dalam kegiatan pengkajian sastra .Grebstein
(1968), mengungkapkan: pemahaman alas karya sastra hanya mungkin dapat
dilakukan secara lebih lengkap apabila karya itu tidak dipisahkan dari lingkungan.
kebudayaan
atau peradahan yangmenghasilkannya.Dikatakannya juga bahwa karya sastra adalah basil
pengaruh yangrumit
dan faktor-faktor sosial
dan kultural Pernyataan
itu mengisyaratkanperlunya menghubungkan faktor sosio-budaya dalam usaha memahamikarya selengkapnya.
Dan hubungan ini akan tampak bahwa
dalam beberapahal, ungkapan sastra sebagal cermin masyarakat
mempunyai nilaikebenaran. Apalagi jika ternyata kita tidak memperoleh
bahan tertulis tentangkarya itu.
BAB II
PEMBAHASAN
A.SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN MENGANALISIS KARYA SASTRA
Sosiologi sastra berasal dari kata
sosiologi dan sastra. Sosiologiberasal
dan kata Sos Yunani yang berarti bersama, bersatu, kawan, teman.dan logi (logos berarti sabda, perkataan,
perumpamaan. Sastra dan akar katasas (Sansekerta) berarti mengarahkan
mengajarkan, memberi petunjuk daninstruksi.
Akhiran tra berarti alat, sarana. Merujuk dan definisi tersebutkeduanya memiliki objek yang sama yaitu manusia
dan masyarakatMeskipun demikian.
hakikat sosiologi dan sastra sangat berbeda bahkanbertentangan secara diametral.Sosiologi dalam
sastra merupakan gabungan dan sistem pengetahuanyang berbeda. Sosiologi adalah bidang ilmu yang menjadikan
masyarakatsebagai objek materi dan kenyataan sosial sebagai objek formal.
Dalamperspektif sosiologi, kenyataan sosial dalam suatu komunitas masyarakatdipahami
dalam tiga paradigma utama, yaitu fakta sosial, definisi sosial, danparadigma perilaku sosial.Bahasan
sosiologi sastra dapat berupa 1) pengaruh-pengaruh aspeksosial pengarang terhadap karya sastra yang diciptakannya, 2)
pola-polaproduksi dan distribusi karya sastra dalam suatu masyarakat, 3)
bentuk-bentuk kesusastraan yang
dimiliki oleh suatu masyarakat, 4) hubunganantara teks dalam suatu karya sastra
dengan kenyataan sosial dalammasyarakat tempat karya sastra itu dibuat,
5) memahami secara timbal baliksastra
melalui masyarakat atau masyarakat melalui karya sastra.Menurut Rifattre
(1978), suatu karya sastra tidak diciptakan dari ruangyang kosong dan hama. Sastra tidak berasan dan ketiadaan kemudiandiciptakan oleh pengarang.
Struktur
karya sastra dan struktur sosial masyarakat dalam perspektif sosiologi sastra mempunyai hubungan baik langsung
maupun tidak langsung.Karya sastra selain mempunyai struktur formal juga
mempunyai kandungangagasan, amanat maupun
pesan yang mewakili pandangan dunia sosialyang dimiliki oleh pengarang.
Dalam pandangan sosiologi sastra, kandunganfiksi dalam sebuah karya sastra
tidak sekedar bermakna — struktur internalteks secara linguistik bukan juga
mewakili sebuah bentuk pemaknaan dalamstruktur sosial masyarakat yang
dipresentasikan oleh karya sastra tersebut.Struktur
sosial sendiri sebagai akar fundamental bagi suatu karya sastra, jugadapat
menjadi informasi pola-pola struktur estetika suatu karya sastra.Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan
sastra. Sosiologiberasal dan kata Sos Yunani yang berarti bersama,
bersatu, kawan, teman.dan logi (logos
berarti sabda, perkataan, perumpamaan. Sastra dan akar katasas
(Sansekerta) berarti mengarahkan mengajarkan, memberi petunjuk daninstruksi. Akhiran tra berarti alat, sarana.
Merujuk dan definisi tersebutkeduanya
memiliki objek yang sama yaitu manusia dan masyarakatMeskipun demikian. hakikat sosiologi dan sastra
sangat berbeda bahkanbertentangan
secara diametral.Sosiologi adalah ilmu objektif kategoris, membatasi diri pada
apa yangterjadi dewasa ini (das sain) bukan apa yang seharusnya terjadi
(das solen).Sebaliknya karya sastra bersifat evaluali4 subjektif dan
imajinatif. MenurutRatna (2003: 2) ada sejumlah definisi mengenai sosiologi
sastra yang perludipertimbangkan dalam
rangka menemukan objektivitas hubungan antarakarya sastra dengan masyarakat, antara lain.
1.Pemahaman terhadap karya sastra dengan
pertimbangan aspek kemasyarakatannya
2. Pemahaman terhadap totalitas karya yang disertai dengan aspekkemasyarakatan
yang terkandung di dalamnya.
3.
Pemahaman terhadap karya. sastra sekaligus hubungannya denganmasyarakat yang melatarbelakangi
4.
Sosiologi sastra adalah hubungan dua arah (dialektik) antara sastradengan masyarakat, dan
5. Sosiologi sastra berusaha menemukan kualitas
interdependensiantara sastra dengan masyarakat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkanbahwa sosiologi sastra
tidak terlepas dan manusia dan masyarakat yangbertumpu
pada karya sastra sebagai objek yang dibicarakan.Sosiologi sebagai suatu
pendekatan terhadap karya sastra yang masihmempertimbangkan karya
sastra. Dari segi-segi sosial Wellek dan Warren(1956: 84, 1990: 111) membagi sosiologi sastra sebagai berikut.
1.
Sosiologi pengarang, profesi pengarang, dan istitusi sastra, masalahyang berkaitan di sini adalah dasar ekonomi
produksi sastra, latar belakang sosial status pengarang. dan
ideologi pengarang yang terlihatdari
berbagai kegiatan penganang di luar karya sastra, karena setiappengarang
adalah warga masyarakat, dapat dipelajari sebagai makhluksosial. Biografi pengarang ada]ah sumber utama,
tetapi studi ini jugadapat meluas ke lingkungan tempat tinggal dan berasal.
Dalam hal ini,informasi tentang
latar belakang keluarga, atau posisi ekonomi pengarangakan memiliki
peran dalam pengungkapan masa]ah sosiologi pengarang(Wellek dan Warren,1990:1 12)
2. Sosiologi karya sastra yang memasalahkan karya
sastra itu sendiriyang menjadi pokok penelaahannya atau apa yang
tersirat dalam karyasastra dan apa yang
menjadi tujuannya. Pendekatan. yang umumdilakukan sosiologi iimempe1ajani sastra sebagai dokumen sosial sebagaipotret
kenyataan sosial. (Weflek dan Warren, 1990:122). Beranggapan dengan berdasarkan
pada penelitian Thomas Wanton (penyusun sejarah puisi Inggris yang pertama) bahwa sastra mempunyai kemampuan merekam ciri-ciri zamannya Bagi Wanton dan para
pengikutnya sastraadalah gudang
adat-istiadat, buku sumber sejarah peradaban.
3. Sosiologi sastra yang memasalahkan pembaca dan
dampak sosialkarya sastra, pengarang dipengaruhi dan mempengaruhi masyarakat;seni
tidak hanya meniru kehidupan, tetapi juga membentuknya. Banyak orang meniru
gaya hidup tokoh-tokoh dunia rekaan dan diterapkan dalam kehidupannya.
Klasifikasi Wellek dan Warren sejalan
dengan klasifikasi Ian Watt(dalam Daniono, 1Q89: 3-4) yang meliputi hal-hal
berikut.
1. Konteks
sosial penganang, dalam hal ini ada kaitannya dengan posisisosial sastrawan
dalam masyarakat, dan kaitannya dengan masyarakatpembaca termasuk juga faktor-faktor sosial yang dapat mempengaruhikarya
sastranya, yang terutama harus diteliti yang berkaitan dengan : (a) bagaimana pengarang mendapat mata pencahariannya,
apakah iamendapatkan dan pengayoman masyarakat secara langsung, ataupekerjaan yang lainnya, (b) profesionalisme dalam
kepengaragannya, dan(e) masyarakat apa yang dituju oleh penganang.
2. Sastra
sebagai cermin masyarakat, maksudnya seberapa jauh sastradapat dianggap cermin
keadaan masyarakat. Pengertian “cermin” dalamhal
ini masih kabur, karena itu, banyak disalah tafsirkan dandisalahgunakan. Yang harus diperhatikan dalam
klasifikasi sastra sebagaicermin
masyarakat adalah (a) sastra mungkin tidak dapat dikatakanmencerminkan masyarakat pada waktu ditulis, sebab
banyak ciri-cirimasyarakat ditampilkan dalam karya itu sudah tidak berlaku lagi
padawaktu Ia ditulis, (h) sifat “lain dan yang lain” seorang pengarang seringmempengaruhi pemilihan dan penampilan fakta-fakta
sosial dalamkaryanya, (c) genre
sastra sering merupakan sikap sosial suatu kelompoktertentu, dan bukan sikap sosial seluruh
masyarakat, (d) sastra yangberusaha untuk menampilkan keadaan masyarakat
secermat-cermatnya mungkin saja tidak dapat
dipercaya sebagal cermin masyarakat.Sebaliknya,
sastra yang sama sekali tidak dimaksudkan untukmenggambarkan masyarakat
mungkin masih dapat digunakan sebagaibahan
untuk mendapatkan informasi tentang masyarakat tertentu.Dengan demikian,
pandangan sosial pengarang diperhitungkan jikapeneliti karya sastra sebagai cermin masyarakat.
3. Fungsi
sosial sastra; maksudnya seberapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai-nilai sosial. Dalam hubungan ini ada
tiga hal yang harus diperhatikan (1)
sudut pandang ekstrem kaum Romantik yangmenganggap sastra sama
derajatnya dengan karya pendeta atau nabi. Karena itu, sastra harus berfungsi
sebagai pembaharu dan perombak (2)sastra
sebagai penghibur saja, dan (3) sastra harus mengajarkan.sesuatu dengan cara menghibur. Dalam bukunya A Glossary of’ Literature Term.
Abrams menulisbahwa dan sosiologi
sastra ada tiga perhatian yang dapat dilakukan olehkritikus atau peneliti yaitu:
1. Penulis
dengan lingkungan budaya tempat ia tinggal.
2. Karya, dengan kondisi sosial yang direfleksikan
di dalamnya.
3.Audien atau pembaca (1981: 178).
Lain halnya dengan Grebsten (dalam
Damono, 1989) dalam hukumnya mengungkapkan istilah pendekatan sosiologi
kulturalterhadap, sastra
dengan kesimpulan sebagai berikut.
1.Karya
sastra tidak dapat dipahami secara lengkap apabila dipisahkan dan lingkungan atau kebudayaan atau peradaban
yang telahmenghasilkannya. Ia harus
dipelajari dalam konteks, yang Seluas-luasnya dan tidak hanya dirinya
sendiri. Setiap karya sastra adalah hasildan pengaruh timbal-balik yang rumit
dari faktor-faktor sosial dan kultural. Karya
sastra itu sendiri merupakan objek kultural yang rumit.Bagaimanapun karya sastra bukanlah suatu gejala
yang tersendiri.
2. Gagasan
yang ada dalam karya sastra sama pentingnya denganbentuk dan teknik
penulisannya, bahkan boleh dikatakan bahwa bentukdan teknik itu ditentukan oleh gagasan tersebut. Tak ada karya sastrayang
besar yang diciptakan berdasarkan gagasan sepele dan dangkal;dalam pengertian ini sastra adalah kegiatan yang
sungguh-sungguh.
3. Setiap
karya sastra gang bisa bertahan lama pada hakikatnya adalahsuatu moral, baik
dalam hubungannya dengan kebudayaan sumbernyamaupun
dalam hubungannya dengan orang per ‘orang. Karya sastrabukan merupakan moral dalam arti yang sempit,
yaitu yang sesuaidengan suatu kode
atau tindak tanduk tertentu, melainkan dalampengertian bahwa Ia terlibat di dalam kehidupan dan menampilkantanggapan
evaluatif terhadapnya. Dengan demikian sastra adalaheksperimen moral.
4. Masyarakat dapat mendekati karya sastra dan dua
arah. Pertama,sebagai sesuatu kekuatan atau faktor material, istimewa, dan
kedua,sebagai tradisi yakni
kecenderungan spiritual kultural yang bersifatkolektif. Dengan demikian bentuk dan isi karya sastra dapatmencerminkan
perkembangan sosiologi, atau menunjukkan perubahan-perubahan yang halus dalam watak kultural.
5. Kritik
sastra seharusnya lebih dan sekedar perenungan estetis yangtanpa pamrih ia
harus melibatkan diri dalam suatu tujuan tertentu. Kritikadalah kegiatan yang terpenting yang harus mampu
mempengaruhipenciptaan sastra tidak
dengan cara mendikte sastrawan agar memilihtema tertentu misalnya, melainkan
dengan menciptakan iklim tertentuyang
bermanfaat bagi penciptaan seni besar.
6. Kritikus
bertanggung jawab baik kepada sastra masa silam maupunsastra masa depan. Dari
sumber sastra yang sangat hasil kritikus harusmemilih
yang sesuai untuk masa kini. Perhatiannya bukanlah sepertipengumpul
benda-benda kuno yang kerjanya hanya menyusun kembali,tetapi memberi penafsiran
seperti yang dibutuhkan oleh masa kini. Dankarena setiap generasi membutuhkan
pilihan yang berbeda-beda, tugaskritikus
untuk menggali masa lalu tak ada habisnya.Lanjut Darnono (989: 14) mengemukakan bahwa segala yang adadunia
ini sebenarnya merupakan tiruan dan kenyataan tertinggi yang beradadi dunia gagasan. Seniman hanyalah merupakan yang
ada dalam kenyataandan hasilnya bukan suatu kenyataan pandangan senada
dikemukakan olehTeeuw (1984- 220) mengatakan
bahwa dunia empirek tak mewakili duniasesungguhnya,
adanya dapat mendekatinya lewat mimesis, penelaahan, danpembayangan ataupun peniruan. Lewat mimesis,
penelaahan kenyataanmengungkapkan makna, hakikat kenyataan itu. Oleh
karena itu, seni yangbaik harus berani dan seniman harus bersifat modest,
rendah hati, Senimanharus menyadari bahwa
lewat real dia hanya dapat mendekati yang ideal.Endraswara dalam bukunya
Metodologi Pengajaran Sastra, memberipengertian
bahwa sosiologi sastra adalah penelitian yang terfokus padamasalah manusia
karena sastra sering mengungkapkan perjuangan umatmanusia dalam menentukan masa depannya,
berdasarkan imajinasi,perasaan, dan intuisi (2003: 79). Sementara, Faruk (1994:
1) memberipengertian bahwa sosiologi
sastra sebagal studi ilmiah dan objektif mengenaimanusia dalam masyarakat, studi mengenai tembaga dan proses-prosessosial. Selanjutnya, dikatakan bahwa sosiologi
berusaha menjawabpertanyaan mengenai
bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimanacara kerjanya, dan mengapa masyarakat itu bertahan hidup. Lewat
penelitianmengenai lembaga-lembaga
sosial, agama, ekonomi, politik dan keluargayang secara bersama-sama
membentuk apa yang disebut sebagai struktur sosial,
agama, ekonomi, politik, dan keluarga yang secara bersama-samamembentuk apa
yang disebut sebagai struktur sosial, sosiologi dikatakanmemperoleh
gambaran mengenai cara-cara menyesuaikan dininya dengandan ditentukan oleh
masyarakat-masyarakat tertentu, gambaran mengenaimekanisme sosialitas, proses belajar secara kultural yang dengannyaindividu-individu dialokasikann9a pada dan
menerima peranan tertentu dalamstruktur sosial Itu.Sosiologi sastra memiliki perkembangan yang cukup
pesat sejakpenelitian-penelitian yang menggunakan teori strukturalisme dianggapmengalami
stagnasi. Didorong oleh adanya kesadaran bahwa karya sastraharus difungsikan
sama dengan aspek-aspek kebudayaan yang lain, makakarya sastra harus dipahami
sebagai bagian yang tak terpisahkan dengansistem
komunikasi secara keseluruhan. Menurut Ratna (2003: 332) adabeberapa hal
yang harus dipertimbangkan mengapa sastra memiliki kaitanerat dengan masyarakat
dan dengan demikian harus diteliti dalam kaitannyadengan masyarakat, sebagai berikut.
1. Karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan
o!eh tukang cerita,disalin oleh
penyalin, ketiganya adalah anggota masyarakat
2. Karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap
aspek-aspekkehidupan yang terjadi
dalam masyarakat yang pada gilirannya jugadifungsikan oleh masyarakat.
3.Medium karya sastra baik lisan maupun tulisan
dipinjam melaluikompetensi masyarakat yang dengan sendirinya telah mengandungmasalah kemasyarakatan.
4. Berbeda dengan ilmu pengetahuan, agama, dan
adat-istiadat dantradisi yang lain, dalam karya sastra terkandung estetik,
etika, bahkan juga logika.
Masyarakat jelas sangat berkepentigan terhadap ketiga aspek tersebut.
5. Sama dengan masyarakat, karya sastra adalah
hakikatintensubjektivitas, masyarakat
menemukan citra dirinya dalam suatukarya.Berdasarkan
uraian tersebut dapat dikatakan bahwa sosiologi sastradapat meneliti melalui
tiga perspektif pertama, perspektif teks sastra, artinyapeneliti
menganalisisnya sebagai sebuah refleksi kehidupan masyarakat dansebaliknya. Kedua, perspektif biologis yaitu
peneliti menganalisis dan sisipengarang. Perspektif ini akan berhubungan
dengan kehidupan pengarangdan latar
kehidupan sosial, budayanya. Ketiga, perspektif reseptif, yaitupeneliti menganalisis penerimaan masyarakat
terhadap teks sastra.Sosiologi karya
sastra itu sendiri lebih memperoleh tempat dalampenelitian sastra karena
sumber-sumber yang dijadikan acuan mencariketerkaitan antara
permasalahan dalam karya, sastra dengan permasalahandengan masyarakat lebih
mudah diperoleh. Di samping Itu, permasalahanyang diangkat dalam karya sastra
biasanya masih relevan dalam kehidupanmasyarakat.Menurut pendekatan sosiologi sastra, karya sastra
dilihathubungannya dengan kenyataan, sejauh mana karya sastra itumencerminkan
kenyataan. Kenyataan di sini mengandung arti yang cukupluas, yakni segala
sesuatu yang berada di luar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra.
B.ANALISIS PUISI
KERAWANG
BEKASI
Titiang sane mangkin merem padem ring
pantaraning kerrawang bekasi
Nenten presida
nguncarang “Merdeka” taler nganggar
senjata malih
Merawat titiang ka arep
taler ngarerep sarira
Titiang maujar ring
manah ring petenge sane sepi tur ening
Yening manah kerasa
sepi tur jam tembok sane masuara
Titiang padem anom sane kanten asta makampuh
buk
Eling-elingang titiang
Titiang sampun mautsaha
sane prasida wehen titiang
Sakewanten karya durung
puput, durung wenten napi
Titiang sampun mebela
pati
Karya durung puput,
durung prasida nyuksemayang 4-5 laksa urip
Titiang wantah
asta-asta sane makacakan
Sakewanten nika taler
druen ragane
Ragane sane patut
matutang malih suksman asta-asta sane makacakan
Manawita urip pramanan
titiang ical antuk kemerdekaan
Kamenangan, wirasa
nenten antuk punapa punapi
Titiang nenten uning,
titiang nenten prasida malih maujar
Ragane sane mangkin
mawicara
Titiang maujar ring
ragane ritatkala ening ring peteng sane sepi
Yening keneh kerasa
sepi tur jam tembok sane masuara
Eling-elingang titiang
Abih Bung Karno
Abih Bung Hatta
Abih Bung Sjahrir
Titiang mangkin wantah
layon
Icen titing mankin
wirasa
Lanturang siaga ring
wates garis bukti lan pikayun
Eling-elingang titiang
Sane kantun asta-asta
makacakan Asiu titiang merem padem ring pantaraning Kerawang Bekasi
Olih:
Imade Juliadi Supadi,S.Pd
Analisis dengan pendekatan sosiologis
a.Aspek sosial
Aspek sosial yang dimaksudkan adalah
aspek sosial yangmenyangkut hubungan manusia dengan manusia. Baik secara
langsung maupun tidak langsung (Keluarga, masyarakat). Sikap kritis terhadap pandangan dunia
dan ideologi, maupun tanggung jawab sebagai manusia terhadap lingkungan hidup.
Aspek sosial membuat sadar akan tanggung jawab sebagai manusia dalam
kehidupan bersama menurut berbagai dimensinya. Di samping sosial yang telah disebutkan di atas
ada salah satu aspek yang sangat
mempengaruhi gerak solidaritas manusia yaknimenyangkut stafikasi sosial yaitu beberapa bentuk pelampiasan dalam masyarakat atau kelas sosial. Aspek sosial pada
puisi “pengungsi” karyaJuliadi dapat telihat pada baris perta sampai baris ke
empat yaitu:
Titiang
sane mangkin merem padem ring pantaraning kerrawang bekasi
Nenten
presida nguncarang “Merdeka” taler
nganggar senjata malih
Merawat
titiang ka arep taler ngarerep sarira
Titiang
maujar ring manah ring petenge sane sepi
tur ening.
Berdasarkan paparan puisi di atas
dapat dilihata sikap kritis
terhadap pandangan kehidupan pengarang itu sendiri , maupun tanggung jawab
sebagai manusia terhadap lingkungan kehidupannya saat itu.
b.Aspek Kejiwaan
Aspek kejiwaan yang dimaksud adalah segala hal yang
berhubungan dengan sifat dan karakter
manusia itu sendiri. Aspek yang terdapatdalam puisi ini dapat dilihat pada penggalan pusi sebagai berikut
Titiang sampun mebela
pati
Karya durung puput,
durung prasida nyuksemayang 4-5 laksa urip
Titiang wantah
asta-asta sane makacakan
Sakewanten nika taler
druen ragane
Ragane sane patut
matutang malih suksman asta-asta sane makacakan
Manawita urip pramanan
titiang ical antuk kemerdekaan
c.Aspek politik
Aspek politik yang terdapat di dalam
puisi “Pengungsi” dapat dilihatpada baris puisi sebagai berikut :
Titiang maujar ring
ragane ritatkala ening ring peteng sane sepi
Yening keneh kerasa
sepi tur jam tembok sane masuara
Eling-elingang titiang
Abih Bung Karno
Abih Bung Hatta
Abih Bung Sjahrir
Titiang mangkin wantah
layon
Icen titing mankin
wirasa
Lanturang siaga ring
wates garis bukti lan pikayun
d.Aspek Moral
Aspek moral yang dimaksud adalah segala aspek yang
menyangkut baik buruknya perbuatan. Dalam hal ini mengenai sikap, kewajiban,
akhlak,budi pekerti. Dan susila. Aspek moral yang terdapat dalam puisi
“pengungsi”dapat dilihat pada baris berikut
ini yaitu :
Eling-elingang titiang
Sane kantun asta-asta
makacakan Asiu titiang merem padem ring pantaraning Kerawang Bekasi
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari pembahasan
di atas dapat disimpulkan bahwa sosiologi dalam sastra merupakan gabungan dari sistem
pengetahuan yang berbeda.Sosiologi
adalah sebuah bidang ilmu yang menjadikan masyarakat sebagai objek materi dan kenyataan sosial sebagai objek
moral. Dalam perspektif sosiologi, kenyataan sosial dalam suatu
komunitas masyarakat dipahami dalam tiga
paradigma utama, yaitu fakta sosial, defenisi sosial, definisi sosial, dan
paradigma perilaku. Sosiologi adalah ilmu objektif kategoris, membatasi dari pada apa yang terjadi dewasa ini (das sein)
bukan apa yang seharusnyaterjadi (das solen). Sebaliknya karya sastra
bersifat evaluatif, subjektif dan imajinatif.
Sosiologi sastra dapat meneliti
melalui tiga perspektif pertamaperspektif
teks sastra, artinya peneliti menganalisisnya sebagai sebuahrefleksi kehidupan
masyarakat dan sebaliknya. Kedua, perspektif biologis yaitu peneliti
menganalisis dari sisi pengarang ketiga, perspektif yaitu peneliti menganalisis penerimaan masyarakat terhadap teks
sastra.
DAFTAR PUSTAKA
Siswanto, Wahyudi. 2008.
Pengantar Teori Sastra.
Malang : Grasindo(Gramedia Widyasarana
Indonesia)www.google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar