"OM AWIGNAMASTU NAMA SIDDHEM OM SWASTIASTU" SEMOGA SEMUA DALAM PERLINDUNGAN TUHAN, SELAMAT MEMBACA DAN SEMOGHA BERMANFAAT.jangan lupa kunjungi videobsaya di link https://youtu.be/-UJdPDAjETM

6/11/2011

Agama & Budaya Bali di persimpangan jalan

Showing newest posts with label tutur sastra weda. Show older posts
Showing newest posts with label tutur sastra weda. Show older posts

Metode Beragama dalam Veda



Dalam ajaran agama Hindu terdapat konsepsi ajaran yang disebut Tri Pramana.
“Tri” artinya tiga, “Pramana” artinya jalan, cara, atau ukuran. Jadi Tri Pramana adalah tiga jalan/ cara untuk mengetahui hakekat kebenaran sesuatu, baik nyata maupun abstrak yang meliputi:
  1. Agama Pramana
  2. Anumana Pramana
  3. Pratyaksa Pramana
Dalam Wrhaspati Tattwa sloka 26 disebutkan:

Pratyaksanumanasca krtan tad wacanagamah pramananitriwidamproktam tat samyajnanam uttamam. Ikang sang kahanan dening pramana telu, ngaranya, pratyaksanumanagama.
Adapun orang yang dikatakan memiliki tiga cara untuk mendapat pengetahuan yang disebut Pratyaksa, Anumana, dan Agama.

Pratyaksa ngaranya katon kagamel. Anumana ngaranya kadyangganing anon kukus ring kadohan, yata manganuhingganing apuy, yeka Anumana ngaranya.
Pratyaksa namanya (karena) terlihat (dan) terpegang. Anumana sebutannya sebagai melihat asap di tempat jauh, untuk membuktikan kepastian (adanya) api, itulah disebut Anumana.

Agama ngaranya ikang aji inupapattyan desang guru, yeka Agama ngaranya. Sang kinahanan dening pramana telu Pratyaksanumanagama, yata sinagguh Samyajnana ngaranya.
Agama disebut pengetahuan yang diberikan oleh para guru (sarjana), itulah dikatakan Agama. Orang yang memiliki tiga cara untuk mendapat pengetahuan Pratyaksa, Anumana, dan Agama, dinamakan Samyajnana (serba tahu).

Kalau direnungkan secara mendalam segala benda maupun kejadian yang menjadi pengetahuan dan pengamalan kita sebenarnya semua didapat melalui Tri Pramana.

Agama Pramana adalah suatu ukuran atau cara yang dipakai untuk mengetahui dan meyakini sesuatu dengan mempercayai ucapan- ucapan kitab suci, karena sering mendengar petuah- petuah dan ceritera para guru, Resi atau orang- orang suci lainnya.

Ceritera- ceritera itu dipercayai dan diyakini karena kesucian batin dan keluhuran budi dari para Maha Resi itu. Apa yang diucapkan atau diceriterakannya menjadi pengetahuan bagi pendengarnya.
Misalnya: Guru ilmu pengetahuan alam berceritera bahwa di angkasa luar banyak planet- planet, sebagaimana juga bumi berbentuk bulat dan berputar. Setiap murid percaya kepada apa yang diceriterakan gurunya, oleh karena itu tentang planet dan bumi bulat serta berputar menjadi pengetahuan yang diyakini kebenarannya, walaupun murid- murid tidak pernah membuktikannya.

Demikianlah umat Hindu meyakini Sang Hyang Widhi Wasa berdasarkan kepercayaan kepada ajaran Weda, melalui penjelasan- penjelasan dari para Maha Resi atau guru- guru agama, karena sebagai kitab suci agama Hindu memang mengajarkan tentang Tuhan itu demikian.

Anumana Pramana adalah cara atau ukuran untuk mengetahui dan meyakini sesuatu dengan menggunakan perhitungan logis berdasarkan tanda- tanda atau gejala- gejala yang dapat diamati. Dari tanda- tanda atau gejala- gejala itu ditarik suatu kesimpulan tentang obyek yang diamati tadi.

Cara menarik kesimpulan adalah dengan dalil sebagai berikut:
YATRA YATRA DHUMAH, TATRA TATRA WAHNIH
Di mana ada asap di sana pasti ada api.

Contoh:
Seorang dokter dalam merawat pasiennya selalu mulai dengan menanyakan keluhan- keluhan yang dirasakan si pasien sebagai gejala- gejala dari penyakit yang diidapnya. Dengan menganalisa keluhan- keluhan tadi dokter dapat menyimpulkan penyakit pasiennya, sehingga mudah melakukan pengobatan.

Demikian pula jika memperhatikan keadaan dunia ini, maka banyak sekali ada gejala- gejala alam yang teratur. Hal itu menurut logika kita hanya mungkin dapat terjadi apabila ada yang mengaturnya.

Contoh:
Apabila kita memperhatikan sistem tata surya yang harmonis, di mana bumi yang berputar pada sumbunya mengedari matahari, begitu pula bulan beredar mengelilingi matahari pada garis edarnya, tidak pernah bertabrakan, begitu teratur abadi. Kita lalu menjadi kagum dan berpikir bahwa keteraturan itu tentu ada yang mengatur, the force of nature yaitu Sang Hyang Widhi Wasa.

Pratyaksa Pramana adalah cara untuk mengetahui dan meyakini sesuatu dengan cara mengamati langsung terhadap sesuatu obyek, sehingga tidak ada yang perlu diragukan tentang sesuatu itu selain hanya harus meyakini.

Misalnya menyaksikan atau melihat dengan mata kepala sendiri, kita jadi tahu dan yakin terhadap suatu benda atau kejadian yang kita amati. Untuk dapat mengetahui serta merasakan adanya Sang Hyang Widhi Wasa dengan pengamatan langsung haruslah didasarkan atas kesucian batin yang tinggi dan kepekaan intuisi yang mekar dengan pelaksanaan yoga samadhi yang sempurna.

Pertama;
1. Saksi (ada Saksi yang melihat)
2. Bukti, (ada atau tidak bukti kejadian)
3. Ilikita, (Tertulis atau tidak)

Kedua:
1. Sastratah (mempertimbangkan berdasarkan sumber tertulis/sastra)
2. Gurutah (mempertimbangkan menurut Ajaran Gurui)
3. Swatah (mempertimbangkan pengalaman sendiri)

Ketiga:
1. Agama (mempertimbangkan menurut ajaran agama)
2. Anumana (mempertimbangkan menurut pikiran sehat)
3. Pratyaksa (mempertimbangkan apa yang dilihat secara langsung)

Keempat:
1. Wartamana, (Mempertimbangkan sesuai pengalaman dahulu)
2. Atita (mempertimbangkan keadaan sekarang)
3. Nagata (mempertimbangkan keadaan yang akan datang)

Kelima:
1. Rasa (mempertimbangkan dengan perasaan)
2. Utsaha (mempertimbangkan atas prilakunya.
3. Lokika (mempertimbangkan dengan pikiran logis)

Keenam:
1. Sabda (mempertimbangkan dengan memberi saran)
2. Bayu (mempertimbangkan dengan keyakinan yang kuat)
3. Idep (mempertimbangkan dengan pikiran sehat)

Orang sering berbicara tentang logika yang artinya masuk akal.
Tidak sedikit orang mengatakan agama Hindu itu tidak masuk akal, ajaran Hindu tidak logis.

Padahal………………………

Kata logika – logic sendiri berasal dari kata Sanskrit yaitu lokika yang artinya mempertimbangkan secara logis.

Hindu yang mengajarkan manusia berpikir secara logika kok ajaran Hindu dibilang tidak logis?

sumber vedasastra.wordpress. com
diposkan kembali di http://cakepane.blogspot.com

Ilmu Pengobatan-Ayurvedic


Kebudayaan Hindu kuno juga memiliki sebuah sistem yang sudah maju tentang obat-obatan.
  • Beberapa referensi paling awal mengenai bangsa India dan obat-obatan herbal untuk menangani penyakit ditemukan di dalam Rig-veda (Buku Sepuluh, Bab 97, dan 145).
  • Penyakit demam juga disebutkan di dalam Atharva-veda (5.22.12-14 & 7.116.1-2),
  • uraian tentang berbagai jenis demam daftarnya disebutkan dalam Vajasaneyi-Samhita [White Yajur-veda](12.97).
  • Taittiriya Samhita (2.3.5) menyebutkan pentingnya perhatian terhadap makanan dan pernafasan.
  • Pengetahuan tentang nadi dan arteri disebutkan di dalam Atharva-veda (1.17.1-4),
  • pembedahan didiskusikan di dalam Rig-veda (1.116.15) yang mana Asvin memasang sebuah kaki palsu terbuat dari besi kepada Vispala, seorang yang buntung kehilangan kakinya dalam peperangan, dan membantu orang pincang untuk bisa berjalan dan orang buta bisa melihat (1.112.8), dan menangani patah tulang (10.39.2). Perkembangan Ayurveda membawa ilmu pengobatan pertama ke tatanan yang lebih baru.

Dalam ilmu pengobatan terdapat ilmu Embriology.
Tulisan pertama yang membahas embriology ditemukan di dalam Rig-veda dan Atharva-veda. Walaupun bukan pembahasan yang berkembang, 

dalam Bab 31 dari Kanda Ketiga Bhagavatam Purana kita benar-benar menemukan penjelasan menyeluruh tentang bagaimana entitas kehidupan memasuki kandungan pada saat terjadi pembuahan, dan bagaimana sperma bercampur dengan sel telur lalu terbentuk embriyo, dan pertumbuhannya di dalam kandungan sampai saat kelahirannya. Bahkan membahas pikiran dan perasaan si jabang bayi semasih di dalam kandungan, dan bahkan bagaimana ia terpengaruh oleh perubahan emosi sang ibu dan jenis-jenis makanan yang dikonsumsi sang ibu, dan bagaimana ia merasa kesakitan saat ibunya makan makanan pedas.

Naskah-naskah lainnya, seperti Garuda Purana dan Manu-Samhita, membahas tentang cara meyakinkan apakah si jabang bayi laki-laki atau perempuan. Dengan bantuan buku-buku tersebut dan informasi tambahan dari naskah-naskah lain, seperti Aitareya Aranyaka dan Chandogya Upanishad, kita menemukan sebuah sistem yang benar-benar lengkap yang menguraikan terbentuknya semen dengan segala aspeknya sampain kelahiran sang bayi. Ini menunjukan bahwa para ilmuwan Veda di jaman dahulu mempunyai pemahaman tentang embriology bahkan ketika orang-orang dari bangsa-bangsa lain tidak mengetahuinya.

Dorothea Chaplin menyebutkan di dalam bukunya, Matter, Myth and Spirit, or Keltic and Hindu Links, (hal. 168-9), “Jauh sebelum tahun 460 B.C., saat Hippocrates, bapaknya obat-obatan bangsa Eropa dilahirkan, orang Hindu telah membangun sebuah pharmacopoeia besar dan telah melakukan penanganan terhadap berbagai jenis pengobatan dan pembedahan . . . Keajaiban pengetahuan orang-orang Hindu di bidang pengobatan dalam banyak hal sejauh mungkin menghindarkan si pasien dari tindakan pembedahan yang mengakibatkan kerusakan pada sistem pembuluh darah, yang mana sistem ilmu pengobatan mereka bisa mengatasinya, menghasilkan sebuah tindakan bahkan tanpa melalui krisis pendahuluan”.

Pentingnya kajian ini adalah bahwa Ayurveda sebagai sebuah sistem pengobatan Vedic adalah sebuah sistem ilahi dimana penanganannya didasarkan kepada hukum alam. Sistem ini juga tidak mahal, meminimalkan tindakan, sangat manjur, dan rasa sakit yang minimal. Sistem ini juga mengarah pada penanganan penyakit selain hanya menangani simpul saraf atau mengurangi rasa sakit. Tetapi, dalam kasus-kasus tertentu ketika perlu dilakukan pembedahan, ahli-ahli bedah India jaman dahulu sangatlah mahir.

Bahkan sejak jaman Rig-veda (1.116.15) nampaknya bahwa mereka mengetahui seni pembedahan untuk menangani luka-luka korban peperangan dan bahkan dapat membuat organ tubuh palsu dari bahan logam untuk dipasang di tubuh pasien. Seperti dijelaskan oleh A.L. Basham dalam bukunya, The Wonder That Was India (hal. 502), “Ilmu bedah bangsa India masih di depan bangsa Eropa sampai abad ke-18, ketika para ahli bedah East India Company (British) tidak malu-malu mempelajari ilmu bedah plastik (rhinoplasty) dari orang-orang India”.

Pada halaman 30-31 dari buku Bharat (India) As Seen and Known by Foreigners karya G.K. Deshpende (1950), Dr. Sir William Hunter mengamati, “Perawatan dokter-dokter bangsa India tempo dulu adalah sangat mahir dan ahli. Mereka melakukan tindakan amputasi, menghentikan pendarahan dengan tekanan, perban pembalut dan minyak mendidih, mempraktekan lithotomy, melakukan operasi pada organ bagian dalam dan uterus, menangani hernia, fistula files, memperbaiki tulang patah dan salah posisi dan cekatan dalam memisahkan unsur-unsur asing dari tubuh.

Sebuah cabang khusus ilmu bedah adalah ilmu bedah plastik (rhinoplasty), sebuah operasi untuk memperbaiki telinga dan hidung yang bentuknya tidak bagus dan membuat hidung baru, suatu tindakan operasi yang sangat bermanfaat yang mana sekarang ini dipinjam oleh bangsa Eropa. Ilmu bedah bangsa India kuno juga memberikan petunjuk tentang tindakan penanganan neuralgia, sama dengan cara-cara jaman modern dalam memotong saraf ke-lima di atas alis mata. Mereka ahli dalam kebidanan, tidak takut melakukan operasi yang paling kritis”.

Mr. P.N. Oak menjelaskan dalam bukunya World Vedic Heritage (hal. 360), “Operasi kantung prostat yang dilakukan di jaman modern, para ahli bedah Barat secara persis mengikuti tahapan-tahapan prosedur operasi yang dilakukan oleh Sushrut, ahli bedah Hindu, ribuan tahun yang lalu. Bahkan istilah kantung prostat adalah istilah Sanskrit Prasthita granthi, menunjuk kepada sebuah kantung (gland) yang terletak di depan kantung kemih”.

Ilmu bedah plastik juga dilakukan di India pada ratusan tahun yang lalu. Ini dijelaskan dalam sepucuk surat kepada editor majalah Gentlemen’s Magazine (tersedia di perpustakaan “Wellcome Institute for History of Medicine”, 183 Euston Road, London). Isi surat itu menjelaskan bahwa pernah ada seorang pengemudi bernama Cowasjee, yang membantu melayani tentara Kerajaan Inggris di India di tahun 1792. Sebelumnya, ia pernah dipenjara oleh tentara Tipu Sultan, dimana mereka mencopot hidungnya karena prilaku barbar penguasa Muslim dalam menyiksa dan melumpuhkan tawanan. Sekembalinya di rumahnya di Pune setahun kemudian, seorang ahli bedah Ayurvedic Hindu menanganinya dengan memasangkan sebuah hidung baru. Thomas Cruso dan James Trindlay, merupakan dua orang dokter Inggris yang menjadi saksi mata operasi bedah yang mencengangkan tersebut. Mereka menjadi saksi hidup atas operasi-operasi ajaib yang sangat umum dilakukan di India bahkan selama mereka di sana.
Pada halaman 360-70 dari buku World Vedic Heritage, Mr. Oak menyajikan sebuah daftar perbandingan kata-kata antara bahasa Inggris dan Sanskrit.

Ini memperlihatkan seberapa banyak kebudayaan barat berasal dari pengetahuan Vedic/Sanskrit di bidang pengobatan begitu juga berapa banyak kata-kata Sanskrit telah diambil ke dalam bahasa Inggris.

English ================> Sanskrit
fever =================> jwar, kemudian menjadi jever, kemudian fever
entrails ================> antral
nasal or nose ============> naas
herpes ================> serpes
gland ==================> granthi
drip, drop, drops ==========> drups
hydrocephalus ============> andra-kapaalas (otak/kepala ber-uap air)
hiccups ================> hicca
muscle =================> mausal (gemuk)
malign, malignant =========> mallen
osteomalacia ============> asthi-malashay (kontaminasi tulang)
dyspepsia ==============> dush-pachanashay (pencernaan tidak baik)
surgeon ================> salya-jan (pemakaian peralatan tajam)
fertility ================> falati-lti (menghasilkan buah)
anesthesia ==============> anasthashayee (terbaring tidak sadarkan diri)
homeopathy =============> Samaeo-pathy (treatment parallel terhadap symptom)
allopathy ===============> alag-pathy (treatment yang berbeda dengan symptom)

Dalam buku World Vedic Heritage karya Mr. P.N. Oak menjelaskan : “Apabila kita menyimak lebih dekat tentang terminologi-terminologi allopathi, apakah itu jenis-jenis penyakit, organ-organ fisik, symptom, rehabilitasi, atau peralatannya ternyata bahwa semua itu didasarkan kepada Ayurveda karena semasa dunia masih bersatu di bawah naungan administrasi Veda hanya ada Ayurveda yang merupakan satu-satunya sistem pengobatan yang dipakai di seluruh dunia.

Dengan mandeknya sistem pengobatan dunia setelah Perang Mahabharata, penggalan-penggalan dari sistem pengobatan Ayurveda bisa bertahan di tempat-tempat tertentu di dunia yang dianggap sebagai bentuk cara-cara pengobatan tradisional atau sebagai sistem-sistem tandingan seperti homeopathy dan allopathy.

Hal yang sama terjadi pada theologi dan agama dimana setelah tercerai-berainya theologi peradaban Veda, muncul aliran-aliran yang mengkultuskan dewa dan dewi tertentu, seperti misalnya Mithraisme, Jainisme, Judaisme, Buddhisme, dan Shivaisme, yang pertama muncul secara damai dan masih sejalan atau mirip dengan peradaban Veda.

sumber vedasastra.wordpress. com
diposkan kembali di http://cakepane.blogspot.com

Satuan Ukuran dalam pustaka Veda (Material Science)


Sebagaimana kita ketahui. Veda berasal dari kata “Vid” yang berarti “mengetahui” dan “Veda” sendiri berarti “ilmu pengetahuan”. Dalam pengertian semantik, Veda berarti pengetahuan suci, kebenaran sejati, kebijakan tertinggi atau pengetahuan spritual sejati tentang kebenaran abadi.

Veda terdiri dari 2 jenis pengetahuan, yaitu
pengetahuan rohani (Spiritual Science) tentang Tuhan, Atman dan hubungannya yang disebut “Para Vidya” dan pengetahuan tentang dunia material (Material Science) dan aturan-aturan kehidupan yang disebut “Apara Vidya”.

Veda sebagai Apara Vidya yang mengajarkan prihal dunia material, sudah barang tentu Veda bersentuhan langsung dengan dunia-dunia yang berbau ilmiah. Beberapa bagian ajaran Apara Vidya dalam Veda yang memiliki korelasi kuat dengan dunia sains yang ilmiah antara lain;
  1. Ilmu Astronomi (Jyotisa) 
  2. Ilmu Kedokteran (Ayurveda) 
  3. Ilmu Militer dan pemerintahan (Dhanurveda) 
  4. Ilmu Arsitektur (Ghandarva Veda) 
  5. Ilmu perbintangan (Siddha Vaidya) 
  6. Ilmu Politik dan Ekonomi (Artha Sastra) 
  7. Logika dan Analisa (Nyaya)

Sebagaimana layaknya sains, semua pustaka Apara Vidya diatas didasari atas ilmu hitung (Vedic Mathematic) serta satuan ukuran/besaran. Semua pustaka suci Veda menggunakan bahasa yang Ilmiah.

Kenapa disebut bahasa yang ilmiah?

Karena Veda menggunakan bahasa Sansekerta. Menurut penelitian NASA (Badan Antariksa Amerika) dalam majalah AI (Artificial Intelligence) yang diterbitkan pada musim semi 1985 yang merupakan hasil penelitian Rick Briggs, Bahasa Sansekerta adalah satu-satunya bahasa yang bisa diterjemahkan secara langsung ke dalam bahasa pemrograman komputer.

Ilmuwan NASA telah membuktikan bahwa Sansekerta adalah satu-satunya bahasa yang dapat mengekspresikan setiap kondisi yang ada di alam semesta dengan jelas. Dengan struktur bahasa yang sempurna, Bahasa Sansekerta dapat dan telah digunakan sebagai Bahasa Kecerdasan Buatan, Artificial Intelligence.

Rigg Briggs, seorang peneliti NASA, menjelaskan bahwa struktur Panini (Panini Grammer) bisa digunakan untuk menciptakan bahasa tingkat tinggi yang efisien dan sistematis tanpa perlu menggunakan karakter alfanumerik sebagaimana yang dipakai dalam semua bahasa tingkat tinggi komputer sekarang ini.

Bahasa tingkat tinggi artinya, bahasa yang menyerupai bahasa manusia dan merupakan jembatan instruksi manusia dengan mesin (komputer). Bahasa tingkat tinggi ini berkebalikan dengan bahasa mesin (bahasa tingkat rendah) pada komputer yang terdiri atas kombinasi biner: 0 dan 1 (open and close positions).

Sementara bahasa-bahasa lain membutuhkan parser (untuk memisahkan sintaksis) agar dapat dimengerti komputer dan membutuhkan karakter alfanumerik (angka dan tanda baca), Bahasa Sansekerta mampu melakukannya dengan jelas tanpa keduanya. Tidak heran selama jutaan tahun Bahasa Sansekerta dipakai sebagai bahasa tulisan dalam berbagai bidang profesi, seperti matematika, hukum, filsafat, linguistik, astronomi, kedokteran, sastra dan lain sebagainya. Mungkin hal ini jugalah yang menyebabkan Veda sebagai kitab suci tertua tetap bertahan sampai saat ini karena memang tidak terjadi perubahan makna akibat ambiguitas tafsir dalam pemahamannya.
Penyebutan istilah Matematika Veda (Vedic Mathematic) untuk metode yang digunakan dalam penyelesaian masalah aritmatika pertama kali dicetuskan oleh Bharati Krsna Tirthaji pada tahun 1911- 1918 berdasarkan metode-metode yang disebutkan pada banyak sloka-sloka yang tersebar dalam berbagai pustaka Veda. Hingga saat ini, kehebatan metode Matematika Veda untuk menyelesaikan masalah aritmatika sudah diakui di seluruh dunia sebagai metode yang paling efisien.

Sebagaimana halnya sains modern, Veda juga memiliki sistem besaran dan satuan ukuran yang sudah barang tentu dengan istilah dan standar yang berbeda.
Misalnya satuan panjang dalam “Yojana”, satuan waktu dalam “Truti”, satuan massa (berat) dalam “Maasha” dan satuan suhu/temperatur dalam “Linka”.

Dalam Veda sudah dikenal besaran jarak yang dikenal dengan istilah Yojana dan turunannya. Istilah ini dapat ditemukan antara lain dalam Bhagavata Purana 10.57.18.
Satuan Jarak dalam Veda antara lain :
  • 8 Paramanu = 1 Trasarenu
  • 8 Trasarenu = 1 Renu
  • 8 Renu = 1 Balagna
  • 8 Balagna = 1 Likhya
  • 8 Likhya = 1 Yuka
  • 8 Yuka = 1 Yava
  • 8 Yava = 1 Angula
  • 24 Angula = 1 Hasta
  • 4 Hasta = 1 Danda
  • 2000 Danda = 1 Krosha
  • 4 Krosha = 1 Yojana
  • 1 Danda = 1 Meter
  • 1 Angula = 1,0416 cm

Dan ternyata pernyataan Veda mengenai Keliling bumi dalam Surya Sidhanta sangat sesuai dengan pengetahuan modern saat ini, yaitu 4.02×10^7 Danda = 4.02×10^7 Meter

Satuan Massa dalam Veda antara lain sebagai berikut;
  • 10 Krishnala = 1 Maasha
  • 16 Maasha = 1 Suvarna Pala (Pala Emas)
  • 32 Maasha = 1 Raupya Pala (Pala Silver)
  • 48 Maasha = 1 Lauha Pala (Pala Besi)

Untuk Temperatur (Linka), Veda mengenal satuan-satuan berikut;
  • 1 Pralinka = 1 Padakakshya = 0.885o C
  • 4 Pada Kakshya = 1 Kakshya = 3,54 o C
  • 6 Kakshya = 1 Linka = 21,24 o C
  • 113 Pada Kakshya pada titik air = 100 o C
  • 101 Kakshya = titik didih merkuri (air raksa) = 357 o C
  • 50 Linka = titik didih emas = 1.062 o C

Satuan Waktu dalam Veda antara lain;
(a) Untuk ukuran waktu yang kecil;
  • TRUTI = 1/33.750 detik adalah unit terkecil dari waktu dalam Veda
  • 100 Truti = 1 Tatpara
  • 45 Tatpara = 1 Nimesha
  • 30 Nimesha = 1 Prana = 4 detik
  • 3 Nimesh = 1 Vipala = 0,4 detik
  • 60 Vipalas = 1 Pala = 24 detik
  • 60 Palas = 1 Ghatika = 24 Menit
  • 60 Ghatikas = 1 divas = 1 hari atau 24 Jam
  • 7 divas = 1 Saptah = 1 minggu
  • 15 divas = 1 Paksha = 1 Fortnight
  • 2 Paksha = 1 Maas = 1 Bulan
  • 2 Maas = 1 Ritu = 1 Season
  • 6 Ritu = 12 Maas = 1 Varsha = 1 Tahun
  • 100 Years = 1 Shatabda
  • 10 Shatabda = 1 Sahasrabda = 1 Milenium = 1.000 tahun

(b) Untuk ukuran waktu yang besar;
  • 432 Sahasrabda = 1 Kali Yuga atau Yuga = 432.000 tahun
  • 2 Yug = 1 Dwapar Yuga = 864.000 tahun
  • 3 Yug = 1 Treta Yuga = 1296.000 tahun
  • 4 Yug = 1 Satya Yuga = 1728.000 tahun
  • 10 Yug = 1 Maha Yuga = 4,32 Juta Tahun
  • 1000 Maha Yuga = 1 Kalpa = 4,32 Miliar Tahun = Siang hari Brahma
  • 2 Kalpa = 1 hari Brahma = 2.000 Maha Yuga = 8,64 Miliar Tahun
  • 360 hari Brahma = 1 Tahun Brahma = 3.110,4 Miliar Tahun = 3,1104 Triliun Tahun
  • 1 Maha Kalpa atau Brahma Ayu = 100 tahun Brahma = 311,04 Triliun Tahun = 3.1104 X 1014 Tahun matahari = 311.040.000.000.000 tahun matahari.

Satuan turunan dari waktu yang lain antara lain;
  • 2 Ghatkas = 1 Muhurta = 48 Menit
  • 60 Ghatikas = 30 Muhurtas = 1 Hari
  • 2,5 Ghatikas = 1 Hora = 1 Jam
  • 2 Paksas = 1 Maas = 1 Bulan

# Shukla Paksha (waktu setelah bulan purnama s/d bulan mati)
# Krishna Paksha (waktu setelah bulan mati s/d bulan purnama)

Disamping satuan-satuan dasar ini, dalam perhitungan Apara Vidya dalam Veda, masih dikenal satuan-satuan turunan yang setara dengan satuan-satuan yang kita kenal di dunia modern saat ini.

Jadi tidaklah mengherankan jika penemuan-penemuan arkeologi saat ini sebagaimana diuraikan oleh Michael Cremo dalam buku “Forbiden Archeology” mengarah pada kenyataan dimana teknologi manusia pada jaman dahulu sudah sangat canggih dan tidak kalah canggihnya dengan teknologi kita saat ini.

Apakah anda dapat menemukan satuan dan besaran selengkap ini dalam kitab suci selain Veda?

Banggalah sebagai orang Hindu!

Sumber:
1. http: //hindugenius. Blo gspot. com
2. http: //gosai. com/science/sanskrit-nasa. html
3. http: //ngarayana. web.ugm.a c.i d/2009/…an-dalam-veda

Beberapa Sloka Ilmiah - Saint Vedic

Beberapa Sloka Ilmiah - Saint Vedic

Atharva Veda bab III.13.5 yang menyebutkan Agnisomau bibhratiapa it tah artinya air terdiri atas Oksigen dan Hidrogen.

Ingatlah, Hindu itu ada sejak kapan?
Veda yang lebih dulu tahu unsur pembentuk air dibanding ilmuwan modern.

Sama Veda juga menyebutkan Tam it samanam vaninas ca virudhoantarvatis ca suvate ca vivaha Tumbuh-tumbuhan menghasilkan udara vital yang disebut samana (Oksigen) secara teratur.

Veda’kan yang lebih cerdas dari ilmuwan modern?

Rgveda bab II.72.4 disebutkan Aditer dakso ajayata, daksad uaditih pari artinya : Dari aditi (materi) asalnya daksa (energi) dan dari daksa (energi) asalnya aditi (materi).

Dulu Albert Enstein susah payah sampai tua akhirnya ia bisa menemukan rumus molekul E=mC2. Coba dari dulu ia membaca Veda, tidak perlu repot-repot mencari rahasia atom.

Padma Purana:
jala-jā nava-lakñāni sthāvara lakña-vimsati
krmaya rudra-sankhyakah paksinam dasa-laksani
pasavas trimsa-laksani manusya catur-laksani
“Terdapat 900.000 jenis kehidupan dalam air (aquatic species); 2.000.000 jenis kehidupan alam bentuk tumbuhan dan pepohonan; 1.100.000 jenis kehidupan serangga; 1.000.000 jenis kehidupan bentuk burung; 3.000.000 jenis kehidupan binatang buas, dan 400.000 jenis kehidupan dalam badan manusia”.

Apa para ilmuwan atau Anda tahu akan hal ini?

Atharva Veda bab VII.107.1 menyebutkan Ava divas tarayanti, sapta suryasya rasmayah artinya matahari memiliki tujuh jenis sinar, mereka adalah sumber hujan.

Dulu siapa yang repot-repot mencari pembiasan tujuh warna matahari di air?

Yayur Veda bab XVIII.40 mengatakan Susumnah suryarasmiscandrama susumnah artinya sinar matahari yang disebut susumna menerangi bulan. Dahulu kala para ilmuwan sibuk berdebat dan mencari tahu apakah bulan punya cahaya sendiri atau tidak.

Coba baca Veda dari dulu’kan tidak perlu repot-repot bikin satelit.

Agnim samudra vasasam (rg VIII.102.4)
Api ada didalam lautan dalam bentuk tenaga (energy) dasar laut

Agnir vrtrani janghanat (rg VI.16.34)
Api menghancurkan pencemaran

Athabhavad arati rodasyaoh (rg I.59.2)
Api adlah inti (nucleus) alam semesta

Murdha divo nabhir agnih prthiv yah (rg I.59.2)
Api adalah dasarnya langit dan intinya bumi

A yasmin sapta rasma yas talah (rg II.5.2)
Api mengandung tujuh sinar

Harayah suparna apo vasana
Vivam ut patanti
(ath XIII.3.9)
Matahari mengambil air dalam bentuk uap ke langit

Ava divas tarayanti
Sapta suryasya rasmayah
Apah samudra dharah
(ath VIII.107.1)
Matahari yang tujuh itu mengambil/membawa air laut ke langit dan kemudian menyebabkan hujan

Susumnah suryarasmis candrama andharvah (yayur XVIII.40)
Sinar matahari yang disebut susumna mnerangi bulan

Sumavavari prthivi sam usah sam u suryah (yayur XX.23)
Matahari bumi dan fajar (permulaan) berputar (berotasi)

Apam rasa mud vayasam
Surye santam samahitam
Apam rasasya yo rasah
(yayur IX.3)
Intisari air yg paling halus (zat air = hydrogen, helium) terdapat di dalam matahari)

Sam vato vatu te hrde (rg VIII.2.14)
Udara yg segar bermanfaat untuk jantunggmu

Yad ado vat ate grhe
Amrtam nihitam guha
(sama 1842)
Ya udara engkau berisi nectar (oksigen) ditempat kediamanmu

Mathid yad im vsto matarisva
Vivas advyam
(rg I.148.1)
Udara menghasilkan api melalui pergesekan

Apsu asit matarisva pravistah (atha X.8.40)
Udara ada didalam air

sumber vedasastra.wordpress. com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar