"OM AWIGNAMASTU NAMA SIDDHEM OM SWASTIASTU" SEMOGA SEMUA DALAM PERLINDUNGAN TUHAN, SELAMAT MEMBACA DAN SEMOGHA BERMANFAAT.jangan lupa kunjungi videobsaya di link https://youtu.be/-UJdPDAjETM

6/24/2011

KARYA ILMIAH SUKU KATA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Linguistik adalah ilmu yang menelaah keuniver salah bahasa atau telaah tentang asas-asas umum yang berlaku pada bahasa secara universal. Salah satu prinsip dasar linguistik adalah bahasa adalah vocal, dimana hanya ujaran sajalah yang mengandung segala tanda utama suatu bahasa.
Fonologi adalah cabang linguistik yang salah satunya mempelajari seluk beluk suku kata. Suku kata bisa dihitung dengan melihat jumlah bunyi vokal yang ada dalam kata itu. Suku kata jika bergabung maka akan membentuk kata yang nantinya memiliki makna sendiri, sehingga sempurnalah sebuah bahasa itu.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam paper ini dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan dibahas selanjutnya, antara lain :
1. Apa penjelasan tentang suku kata ?
2. Bagaimana pola suku kata dalam bahasa Indonesia ?
1.3 Tujuan
Paper ini ditulis dengan harapan agar mampu memberikan gambaran kepada para pembaca tentang suku kata dan pola suku kata dalam bahasa Indonesia. Selain itu juga, sebagai bahan kepustakaan tentang bunyi bahasa.
1.4 Teori/Struktural
1. Teori motor/teori pulsa (pulse theory) dikemukakan oleh R. H. Stetsm. Mengantakan bahwa suku kata dapat diidentifikasi berdasarkan tekanan udara dari pau-paru yang dilepaskan melalui serangkaian gerakan pulsa di dada.
2. Prominence Theory, dikemukakan oleh Otto Jespersen yang mengatakan bahwa beberapa bunyi ujar, terutama vokal, memiliki ciri yang lebih nyaring (sonorous) dibandingkan dengan bunyi ujar yang lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Suku Kata
Setiap kata yang kita ucapkan pada umunya dibangun oleh bunyi-bunyi bahasa, baik berupa bunyi vokal konsonan maupun berupa bunyi semi konsonan. Kata yang dibangun tadi dapat terdiri atas satu segmen atau lebih. Di dalam kajian fonologi segmen tersebut disebut suku. Suku kata merupakan bagian atau unsur pembentuk suku kata. Setiap suku paling tidak harus terdiri atas sebuah bunyi vokal atau merupakan gabungan antara bunyi vokal dan konsonan.
Bunyi vokal di dalam sebuah suku kata merupakan puncak penyaringan atau sonority, sedangkan bunyi konsonan bertindak sebagai lembah suku. Di dalam sebuah suku hanya ada sebuah puncak suku dan puncak ini di tandai dengan bunyi vokal. Lembah suku yang di tandai dengan bunyi konsonan bisa lebih dari satu jumlahnya. Bunyi konsonan yang berada di depan bunyi vokal disebut tumpu suku, sedangkan bunyi konsonan yang berada di belakang bunyi vokal disebut koda suku.
Jumlah suku di dalam sebuah kata dapat dihitung dengan melihat jumlah bunyi vokal yang ada dalam kata itu. Dengan demikian, jika ada kata yang berisi 3 buah bunyi vokal, maka dapat ditentukan bahwa kata itu terdiri atas 3 suku kata saja. Misalnya, kata teler [ tElEr] adalah kata yang terdiri atas dua suku yaitu [tE] dan [lEr]. Masing-masing suku berisi sebuah bunyi vokal, yaitu bunyi [ E ].
Dalam penguraian kata atas suku-sukunya ada beberapa hal yang mesti diperhtikan, antara lain :
1. Jika sebuah konsonan diapit dua vokal maka konsonan tersebut ikut vokal dibelakangnya. Contoh : Ibu menjadi I – bu.
2. Awalan dan akhiran harus dituliskan tercerai dari kata dasarnya.
Contoh :
a). Pelaksanaan, menjadi Pe – lak - sa – na – an
b). Memperbaiki, menjadi Mem – per – ba – ik – i
3. Jika dua konsonan diapit dua vokal, maka kedua vokal tersebut harus diceraikan.
Contoh :
a). Anda, menjadi An – da
b). Bantu, menjadi Ban – tu
2.2 Pola Suku Kata
Jika jumlah suku dan penentuan suku pada sebuah kata dapat ditentukan, maka untuk mengetahui pola persukuannya amat mudah. Pola persukuan diambil dengan merumuskan setiap suku yang ada dalam kata. Bubyi vokal (disingkat : V) dan bunyi konsonan (yang disingkat K) serta bunyi semi konsonan (disingkat ½ K) akan menjadi rumusan pola setiap suku. Bunyi semi konsonan di dalam pola persukuan diberikan rumus ½ K, agar tidak menimbulkan kekaburan di dalam perumusan.
Di dalam bahasa Indonesia ditemukan kata-kata yang setiap sukunya bisa hanya berupa sebuah bunyi vokal, bunyi vokal dengan bunyi semi konsonan, satu vokal dengan sebuah bunyi semi konsonan, satu vokal dengan sebuah bunyi konsonan, dan sebuah vokal dengan dua buah bunyi konsonan. Berdaserkan ketentuan inilah, maka didalam bahasa indonesia ditemukan beberapa jenis pola persukuan. Jenis – jenis vola persukuan itu dapat dilihat dibawah ini.
a) Suku kata berpola V, suku kata ini dibangun olh sebuah bunyi vokal saja sebagai puncak
Contoh :
I + bu [ I ] + [ bu ]
a + nak [ a ] + [na? ]
u + mum [ u ] + [ mUm ]
i + par [ i ] + [ par ]
o + rang [ o ] + ran ]
e + nak [ E ] + [ na? ]
b) Suku kata berpola VK, suku ini dibangun oleh sebuah bunyi vokal sebagai puncak dan sebuah bunyi konsonan sebagai kode.
Contoh :
an + jing [ an ] + [ jIn ]
an + tar [ an ] + [ tar ]
un + tuk [ Un ] + [ tUk ]
am + bil [ am ] + [ bll ]
in + dah [ In ] + [ dah ]
ong + kos [ o n ] + [ kos ]
c) Suku kata berpola KV , suku ini dibangun oleh sebuah bunyi konsonan, sebagai tumpu suku dan sebuah bunyi vokal sebagai puncak.
Contoh :
Pu + nah [ pu ] + [ nah ]
Pu + sing [ pu ] + sIn
mu + al [ mu ] + [ al ]
bi + sul [ bi ] + [ sUl ]
ne + kat [ nE ] + [ kat ]
tu + buh [ tu ] + bUh ]
lu + rus [ lu ] + [ rUs ]
d) Suku kata yang berpola KVK , suku ini dibangun oleh sebuah bunyi konsonan sebagai tumpu suku, sebuah bunyi vokal, sebagai puncak sebuah bunyi konsonan sebagai koda suku.
Contoh :
Pan + tat [ pan ] + [ tat ]
Sum + ber [ sUm ] + [ bor ]
Tun + ber [ tUn ] + [ dUk ]
Lin + tas [ dir ] + [ tas ]
Tak + dir [ tak ] + [ dIr ]
Pin + dah [ pIn ] + dah
Ling + lung [ IIn ] + [ IUn ]
e) Suku kata yang berpola KKV , suku ini dibangun oleh dua buah bunyi konsonan sebagai tumpu suku, dan sebuah bunyi vokl sebagai puncak suku.
Contoh:
Dra + ma [ dra ] + [ ma ]
Gra + tis [ gra ] + [ tis ]
Pro + duk + si [ pro ] + [ duk ] + [ si ]
Gro + gi [ gro ] + [ gi ]
Pra + kar + sa [ pra ] + [ kar ] + [ sa ]
f) Suku kata yang berpola KKVK, suku ini dibangun oleh dua buah bunyi konsonan yang bertindak sebagaitumpu suku, sebuah bunyi vokal sebagai puncaknya dan sebuah bunyi konsonan sebagai koda suku.
Contoh :
Prak + tik [ prak ] + [ tIk ]
Dras + tis [ dras ] + [ tIs ]
Frak + si [ frak ] + [ si ]
Klas + ter [ klas ] + [ ter ]
Klen + teng [ klen ] + [ tEn ]
g) Suku kata yang berpola ½ KV, suku ini dibangun oleh sebuah bunyi semi konsonan sebagai tumpu suku, dan sebuah bunyi vokal sebagai puncak.
Contoh :
Wa + jah [ wa ] + [ jah ]
Ya + kin [ ya ] + [ kIn ]
Wa + ni + ta [ wa ] + [ ni ] + [ ta ]
Ya + tim [ ya ] + [ tim ]
Wa + dam [ wa ] + [ dam ]
h) Suku kata yang berpola ½ KVK, yaitu sebuah suku yang di bangun oleh bunyi semi konsonan sebagai tumpu suku, sebuah bunyi vokal sebagai puncak dan sebuah bunyi konsonan sebagai koda suku. Hal ini dapat dilihat dalam contoh di bawah ini.
Contoh :
Wak + tu [ wak ] + [ tu ]
Sa + wah [ sa ] + [ wah ]
U + ang [ u ] + [ wan ]
Win + du [ win ] + [ du ]
Wi + la + yah [ wi ] + [ la ] + [ yah ]
Pa + yah [ pa ] + [ yah ]
A + yah [ a ] + [ yah ]
i) Suku kata yang berpola KKVKK, yaitu suku kata yang dibangun oleh dua buah bunyi konsonan yang bertindak sebagai tumpu suku, sebuah bunyi vokal sebagai sonarity dan dua buah bunyi konsonan yang bertindak sebagai koda suku. Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut.
Contoh :
Trans + mi + gra + si [ trans ] + [ mi ] + [ gra ] + [ si ]
Trans + por [ tras ] + [ por ]
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Suku kata merupakan unsur pembentuk suatu kata. Bunyi vokal dalam sebuah suku merupakan puncak kenyaringan atau sonority, sedangkan bunyi konsonan bertindak sebagai lembah suku.
2. Didalam bahasa Indonesia terdapat beberapa jenis pola persukuan atau pola suku kata antara lain suku berpola V, VK, KV, KVK, KKV, KKVK, ½ KV, dan KKVKK.
DAFTAR PUSTAKA
Emzet, Amien. 1989. Struktur Pengajaran Tata Bahasa Indonesia Untuk SMTA. Surabaya. Indah.
Yusuf, Suhendra. 1998. Fonetik dan Fonologi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar