"OM AWIGNAMASTU NAMA SIDDHEM OM SWASTIASTU" SEMOGA SEMUA DALAM PERLINDUNGAN TUHAN, SELAMAT MEMBACA DAN SEMOGHA BERMANFAAT.jangan lupa kunjungi videobsaya di link https://youtu.be/-UJdPDAjETM

6/11/2011

Sinkronisasi Tattwa, Susila dan Upacara Dalam Pelaksanaan Yajna




        Pada awal penciptaan, Penguasa (Prajapati) menciptakan manusia bersama dengan kurban suci sambil menyampaikan sabda, “Berbahagialah engkau dengan kurban suci yajna) ini sebab pelaksanaannya akan menganugerahkan segala sesuatu yang dapat diinginkan untuk hidup secara bahagia dan mencapai pembebasan.”

     Pelaksanaan Upacara Yajna (ritual) di Bali sudah dirasakan be- rat dan sering ada penafsiran, bahwa pelaksanaan upacara (ritual) itu sudahjauh mehyimpang dan hakekat yajna yang sebenarnya. Keluhan tentang sangat beratnya pelaksanaan upacara di Bali dirasakan oleh masyarakat awam, cendekiawan, dan bahkan beberapa pejabat yang memiliki kepekaan sosial di daerah ini. Sangat dirasakan kurangnya kesadaran untuk mengumpulkan dana (dana punia) untuk kepentingan dana sosial. Untuk itu diperlukan sinkronisasi pemahaman terhadap Tattwa, Susila, dan upacara tersebut.

Yajna sebagai filsafat dan landasan Upacara. Perlu dipahami, bahwa hakekat Yajna adalah pengorbanan yang tulus. Yajna tidak hanya dalam bentuk upacara (ritual) tetapi lebih banyak berdimensi sosial seperti pendidikan, kemanusiaan dan pemeliharaan lingkungan. Ada beberapa jenis Yajna yang mesti dipahami oleh umat Hindu. Yajna sebagai pengorbanan suci merupakan kewajiban sehari-hari.

        Satyam, Sivam, Sundaram sebagai azas kehidupan. Satyam (kebenaran) kebajikan (Sivam) dan keharmonisanl keseimbangan (sundaram) yang tidak seimbang bakal menimbulkan ketimpangan kehidupan. Kebajikan (Sivam) tanpa kebenaran (satyam) adalah sia-sia. Keharmonisanlkeseimbangan (sundaram) tanpa kebenaran (satyam), dan kebajikan adalah jauh dan moralitas.

         Kebahagiaan sejati memancar dan keseimbangan Satyam-Sivam-Sundaram. Dalam pelaksanaan Upacara Yajna (ritual) hendaknya pula dilandasi pemahaman terhadap ketiganya tersebut. Upacara Yajna (ritual) tanpa pemahaman yang benar terhadap pengertian, fungsi, dan makna dan upacara tersebut menjadikan ritual tersebut memberikan pahala yang maksimal. Pemahaman terhadap pelaksanaan upacara. Setiap bentuk Upacara Yajna mengandung pengertian, fungsi dan makna tertentu. Bentuk Upacara Yajna yang umum dikenal adalah Panca Yajna yang memiliki berbagai fungsi dan makna.

Satapatha Brahmana (XI.5 .6.1) yang merupakan kitab Brahmana dan Rgveda merumuskan sebagai berikut: Bhuta Yajna, yaitu persembahan rutin kepada para Bhuta. Manusa Yajna, pemberian nasi (makanan) untuk yang memerlukan. Pitra Yajna, yaitu persembahan kepada leluhur yang disebut svadha. Deva Yajna, persenthahan kepada para dewa yang disebut svaha. Brahma Yajna, yaitu belajar kitab suci Veda.

Manavadharmasastra III.70 yang merupakan kompedium hukum Hindu merumuskan sebagai berikut: Brahma Yajna, yaitu belajar dan mengajar dengan penuh keikhlasan. Pitra Yajna, yaitu menghaturkan Tarpana dan air suci kepada leluhur. Dewa Yajna, yaitu upacara menghaturkan api Homa (Agnihotra). Bhuta Yajna, menyelenggarakan Upacara Bali kepada para Bhuta. Nr (Nara) Yajna, yaitu menerima tamu dengan ramah-tamah.

Manavadharmasastra III.74 merumuskan dalam istilah yang sangat berbeda sebagai berikut: Ahuta, yaitu mengucapkan doa-doa suci berupa mantra Veda. Huta, yaitu persembahan berupa Api Homa (Agnihotra). Prahuta, Upacara Bali dipersembahkan di atas tanah kepada para Bhuta. Brahmahuta, yaitu memberikan penghormatan kepada para Brahmana. Prasita, yaitu persembahan Tarpana kepada para leluhur.

Manavadharmasastra III. 81 merumuskan. sebagai berikut:
Svadhyaya Yajna, yaitu mengabdi kepada guru suci, sembahyang kepada para Rsj dengan mempelajari mantra Veda. Deva Yajna, yaitu mempersembahkan biji-bijian yang dibakar (melalui Agnihotra).

           Pitra Yajna, yaitu mempersembahkan upacara Sraddha kepada leluhur. Nr (Nara) Yajna, yaitu memberikan makanan kepada masyarakat. BhutaYajna, yaitu menghaturkan upacara Bali Karma (di Bali berubah menjadi Valikrama) kepada para Bhuta. Selanjutnya sumber-sumber berbahasa Jawa Kuno yang menguraikan rumusan tentang Panca Yajna antara lain:
Korawasrama dan Agastyaparwa yang masirig-masing merumuskan sebagai berikut:
Korawasrama: Dewa Yajna, yaitu persembahan sesajen dengan mengucapkan Sruti dan Stava pada waktu bulan purnama. Rsi Yajna, yaitu mempersembahkan punia, buahbuahan dan makanan, serta barang-barang yang tidak mudah rusak (Daksina) kepada para Rsi. Bhuta Yajna, yaitu mempersembahkan puja dan caru. Manusa Yajna,yaitu memberikan makanan kepada masyarakat. Pitra Yajna. yaitu mempersembahkan puja dan bhakti kepada para leluhur.
Agastyaparwa: Dewa Yajna, yaitu mempersembahkan minyak, biji-bijian kepada, Sivagni (dalam bentuk Agnihotra). Rsi Yajna, yaitu penghormatan kepada orang-orang bijaksana serta memiliki pengetahuan tentang hakekat penjelmaan sebagai makhluk hidup.
Pitra Yajna, yaitu upacara kematian agar roh mencapai alam Siva. Bhuta Yajna, yaitu upacara menyejahterakan tumbuh-tumbuhan, bumi dan bulan. Persembahan berupa caru (Tawur) dan Pancavalikrama. Manusa Yajna, yaitu memberikan makanan kepada masyarakat.
Dan kutipan tersebut di atas, maka rumusan PancaYajna menurut Agastyaparwa kiranya yang sangat dekat dengan pelaksanaan upacara Panca Yajna di Bali (Indonesia) walaupun C. Hooykaas (1975 : 251) mengatakan, bahwa khusus untuk Manusa Yajna telah terjadi penafsiran yang berbeda, yakni upacara yang berhubungan kelahiran (rites depassages). Di India, upacara yang berhubungan dengan kelahiran manusia (sejak kehamilan) disebut Sarira Samskara (upacara penyucian diri manusia /Rajbah Pandey, 1991 ).

Beberapa fungsi Upacara Yajna:
Selu. rerbahan kepada Tuhan yang Maha Esa. Para Dewa. Roh suci Leluhur dan makhluk halus (gaib). Sebagai saranai/simbol untuk pemeliharaan alam semesta dan makhluk hidup ciptaan-Nya. Beberapa makna yang terkandung dari Upacara Yajna: Makna teologis, sebagai persembahan dan penggambaran keagungan-Nya; Makna edukatif (pendidikan), sebagai sarana perubahan perilaku. Makna sosiologis, sebagai wujud solidaritas (kebersamaan dalam kehidupan) dalam suka dan duka. Hakekat pelaksanaan upacara adalah perubahan perilaku. Pengorbanan diri, seperti halnya kutipan Bhagavadgita di atas yang sumbernya kitab suci Veda (Purusa Sukta/Rgveda X.90. 7-8). Memperoleh kebahagiaan yang sejati. Meningkatkan kesadaran untuk mengumpulkan Dana Sosial. Yajna merupakan salah satu perwujudan dari 7 jenis pelaksanaan Dharma (kebajikan) menurut Wrhaspati Tattwa (26) berupa: Sila (etika), Yajna (pengorbanan), Tapa (pengendalian diri), Dana (pemberian/dana punya), Pravrijya (berkeliling memperluas wawasan pengetahuan), Diksa (penyucian diri/dvijati), dan Yoga (senantiasa menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa).

          Dana (pemberian) merupakan salah satu perwujudan dari 7 jenis pelaksanaan Dharma di atas. Dimensi sosial dan Upacara Yajna sekiranya dianggarkan 5 sampai 10 persen dari anggaran pelaksaan ritual tersebut, tergantung kesepakatan komunitas sosialnya. Semakin besar dimensi sosial yang dilandasi kesadaran terhadap ajaran agama, mensikronisasikan pemahaman terhadap Tattwa, memancar dalam perilaku (susila) dan pelaksanaan ritual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar