"OM AWIGNAMASTU NAMA SIDDHEM OM SWASTIASTU" SEMOGA SEMUA DALAM PERLINDUNGAN TUHAN, SELAMAT MEMBACA DAN SEMOGHA BERMANFAAT.jangan lupa kunjungi videobsaya di link https://youtu.be/-UJdPDAjETM

6/11/2011

Majikan vs Pembantu




Maunânmukah pravacanapaturvâcako
jalpako vâ dhrstah pârsve bhavati ca tadâ
duratoapyapragalbhah ksântyâ bhiruryadi na
sahate prâyaso nâbhijâtah
sevâdharmah paramagahano
yoginâmapyagamyah

(Niti Sataka, 47)
Mutiara Weda – NusaBali, Rabu, 20 Januari 2010.
Majikan vs Pembantu Oleh: I Gede Suwantana
Maunânmukah pravacanapaturvâcako
jalpako vâ dhrstah pârsve bhavati ca tadâ
duratoapyapragalbhah ksântyâ bhiruryadi na
sahate prâyaso nâbhijâtah
sevâdharmah paramagahano
yoginâmapyagamyah

(Niti Sataka, 47)
Menjadi pembantu adalah pekerjaan yang sulit. Jika diam dianggap bisu, jika terlalu pandai bicara dianggap cerewet, jika terlalu dekat dianggap tolol, terlalu jauh dianggap bodoh, jika memiliki sifat pemaaf disebut pengecut, dan jika tidak sabar dianggap jahat. Sesungguhnya menjadi pembantu sangat sulit, para Yogipun sulit memahaminya.

Menjadi pembantu berarti melayani keinginan orang lain. Segala sesuatu yang dilakukan adalah sepenuhnya perpanjangan tangan dari keinginan orang lain (majikan). Hanya jika badan dan pikirannya siap dijadikan alatlah yang disebut dan bisa menjadi pembantu. Jika keinginan pribadi masih berada di dalam diri orang yang melakukan, maka sebutan pembantu menjadi mustahil. Menjadi pembantu berarti melenyapkan keinginan pribadi dan sepenuhnya menjalankan keinginan orang lain.

Demikian juga sebaliknya, hanya jika orang yang mampu secara penuh mengekspresikan
keinginannya melalui orang lain yang bisa disebut boss. Seorang boss akan sempurna apabila ia tidak mau dan tidak pernah tersentuh oleh keinginan orang lain. Orang lain hanyalah instrument atas keinginannya. Bisa dikatakan boss adalah perwujudan keinginan yang menyala dan pembantu adalah alat yang mengantarkan keinginan itu terpuaskan. Boss adalah symbol pencari kepuasan dan pembantu adalah mereka yang dengan tekun melaksanakan segalanya yang mengantarkan bossnya puas.

Hal ini bisa terjadi di semua level kehidupan. Di dalam rumah tangga misalnya. Yang punya
keinginan untuk rumahnya bersih, pakaiannya tetap bersih tanpa perlu mencuci sendiri, masakan selalu siap adalah majikan, yang punya rumah atau boss. Pembantu dengan tanpa punya pilihan melakukan pekerjaan itu. Bagi mereka yang ingin memuaskan nafsu birahi, si boss akan dengan sesuka hatinya menikmati dan lawannya dengan setia meladeninya tanpa memikirkan apakah dirinya puas atau tidak. Demikian juga di dalam lembaga spiritual, si boss (Guru) dilayani dengan setia oleh mereka yang dengan suka cita melakukan apapun yang diperintahkán kepadanya. Jadi hanya mereka yang memiliki keinginan yang bisa menjadi boss, sedangkan yang tidak memiliki keinginan lebih bisa menjadi pembantu.

Dalam ranah spiritual (tanpa, menunjuk lembaga) menjadi pembantu lebih banyak menolong, sebab pekerjaan inilah yang secara langsung melatih diri untuk melepaskan ego orang lain. Ketika mereka mampu total melakukannya, maka dengan sendirinya lenyap egonya. Proses bhakti hanya mungkin terjadi apabila ego yang melakukan kehilangan akarnya. Seorang Bhakta tidak pernah mengukur dari kacamata dirinya, sebab dirinya telah larut di dalam keinginan majikannya. Bagaimana bisa menjadi cermin sedangkan cerminnya sendiri tidak eksis? Yang eksis hanya gurunya/majikannya.

Jika kita masih mampu mengatakan bahwa diri kita seorang Bhakta dari siapa, maka dipastikan kita belum seorang Bhakta siapa-siapa, sebab kita masih bisa sombong dengan mengatakannya. Menjadi pembantu artinya kita telah kehilangan ego. Yang bisa disebut eksis hanyalah majikan. Oleh karena itu bukan jenis pekerjaan kita yang menyebabkan kita disebut pembantu atau tidak, tetapi bagaimana menjalani pekerjaan itu. kualitasnya terletak apakah mereka mampu membawa semua tindakan itu ke dalam Karma Yoga atau tidak. Inilah mengapa menjadi pembantu itu dikatakan sangat sulit oleh. pengawi di atas. Kemudian apa yang terjadi selama ini secara riil di masyarakat tentang hubungan majikan dan pembantu, seorang guru dan bhakta?

Mereka sesungguhnya sama-sama boss. Yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga melakukan pekerjaannya karena ingin mendapatkan gaji dan tidak pernah merasa bangga atas pekerjaannya. Si pembantu juga menjadi budak atas keinginan dan kelemahannya. Demikian juga si boss menjadi budak atas keinginan dirinya sendiri untuk tetap bergantung pada orang lain. Ia tidak bisa berdiri sendiri tanpa pekerjaannya dibantu orang lain. Seorang Bhakta juga ingin memperbudak majikannya (Tuhan atau Guru) agar memenuhi segala keinginannya apapun bentuknya (keselamatan, keharmonisan, kebahagiaan, dll.) Demikian juga guru (manusia) merasa hebat telah mampu mengumpulkan sekian banyak pengikut setia dan mampu mempengaruhi pikiran orang dengan dalil-dalilnya. Ia diperbudak oleh
kehebatannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar